"Satu"
"Dua"
"Tiga... senyum guys!"
Ckrek
Rose tersenyum puas melihat hasil jepretan foto di kamera polaroid nya. Gadis itu buru-buru berlari menghampiri Ara dan Azka yang terlihat sabar menunggu hasilnya.
"Ttara!!" Rose mengangkat hasil foto itu ke udara. "Nih, kenang-kenangan kalian berdua."
Ara pun meraih foto tersebut dan memperhatikannya sejenak. Bibirnya perlahan tersenyum, tak terasa waktu berjalan begitu cepat.
Hari ini adalah hari dimana Azka wisuda dan diumumkan lulus dengan predikat peraih nilai UN tertinggi se-provinsi. Ara benar-benar tak bisa mendeskripsikan rasa bahagianya. Dede gemes kesayangannya kini sudah lulus dan tak lagi menjadi adek kelas.
"Selamat ya Azka! Pasien pertama klinik mak comblangku. Uwu~" Rose berjinjit dan mencubit kedua pipi Azka.
Langsung saja Ara menepis tangan Rose. "Jangan pegang-pegang, ih! Punya gue tau. Lo kan udah punya Revan."
"Hehehe." Rose nyengir malu-malu, kemudian sedikit berbalik badan menatap Revan yang sedang mengobrol dengan adik kelas tim basketnya dulu.
Rose berlari kecil menghampiri Revan dan ikut nimbrung. Sudah dua tahun semenjak kejadian itu, Revan akhirnya sembuh dari terapinya dan menyadari bahwa selama ini yang setia menemani dirinya adalah Rose. Revan juga telah meminta maaf pada Ara dan berjanji takkan pernah mengganggu hidupnya lagi. Ara berhak memilih masa depannya sendiri, begitupun dengan Revan.
Dan sekarang, Ara hanya bisa diam canggung ketika merasa Azka terus menatapnya sambil senyum-senyum.
Ara jadi salting sendiri dan gak berani membalas tatapan Azka. "K-Kenapa senyum-senyum?"
"Gapapa." Azka tertawa kecil lalu meraih foto di tangan Ara. Azka ikut melihat hasil foto itu sebentar.
"Kakak cantik."
Ara pura-pura gak denger, tapi senyuman di bibirnya gak bisa dipungkiri kalo dia happy banget dapat pujian itu dari Azka, pacarnya sendiri.
"Lagi dong." Ara menunduk memainkan jarinya. "Aku gak denger."
Azka tertawa lagi. "Kakak, cantik."
Oh my God, batin Ara. Wajahnya auto memerah bak kepiting rebus. Baru kali ini dia merasa seperti melayang ke kahyangan hanya karena sebuah pujian.
Azka pengen banget memeluk Ara saking gemasnya, tapi sayangnya kondisi rame kayak gini gak akan memungkinkan. Apalagi dari kejauhan, Azka melihat kedua orang tuanya--Kirana dan Yuda--perlahan berjalan menghampirinya.
Kirana memeluk erat tubuh Azka lalu mengelus puncak kepalanya.
"Anak Bunda udah lulus. Selamat ya sayang."
Sementara Yuda menepuk-nepuk bahu Azka sambil sedikit berbisik. "Barang dari Ayah, udah kamu simpen baik-baik kan? Gak ilang kan?"
Azka menggeleng, "Enggak, Yah. Aman kok."
"Oke, mantap! Itu baru anak Ayah."
Yuda menunjukkan otot lengannya, Azka ikutan menunjukkan otot lengannya. Mereka berdua tertawa sebentar lalu berpelukan.
Kirana mengernyit bingung lalu menoleh menatap Ara yang terlihat kebingungan juga.
"Mereka lagi bahas apa emangnya?" tanya Kirana.
"Nggak tau, Tan. Kan Om Yuda suami Tante. Azka juga anak Tante."
"Oh iya."
Kini Yuda menoleh menatap Ara. "Ara, nanti malem ikutan makan malam bareng ya di rumah. Ajak juga orang tua kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...