[19] Sisa Waktuku Bersamamu

4.3K 940 263
                                    

Sesampainya di kampus, Azka memarkirkan mobilnya di ujung parkiran yang terlihat sepi. Dia tersenyum melihat Ara yang duduk anteng sambil memeluk sebungkus permen yupi. Azka pun turun duluan, berjalan ke sisi lain untuk membukakan pintu mobil, lalu mempersilahkan Ara turun dengan gelagat seperti seorang pelayan kerajaan.

"Silahkan, Tuan Putri," ujar Azka.

Ara lantas tersenyum, lalu iseng memberikan sebungkus yupi itu ke tangan Azka sebagai bayaran. "Makasih, Bang. Kembaliannya ambil aja."

Azka tertawa. Ia pun menggamit gemas tangan Ara dan menariknya masuk ke dalam gedung kampus.

Di koridor, mereka berdua disambut dengan sosok anak kecil yang tiba-tiba berlarian kencang dari ujung. Azka langsung menangkap tubuh anak itu dan menggendongnya.

"Yupi acu mana?" Anak itu mengerucutkan bibir sembari celingukan menatap tubuh Azka, mencari permen yupi.

"Cium dulu." Azka mengarahkan pipinya pada Baby Kenzo.

Cup

Baby Kenzo langsung menciumnya cepat hingga meninggalkan bekas iler di pipi Azka. Ara jadi iri pengen dicium juga, tapi gak mau kalo sampe di-ilerin.

Azka tertawa gemas, lalu memberikan permen yupi itu pada Baby Kenzo.

Azka mulai menurunkan Baby Kenzo dari gendongan ketika netranya menatap sosok Professor Hendra yang terlihat keluar dari ruangan.

"Kak Ara, titip Ken bentar ya." Azka menyuruh Ara untuk menjaga Baby Kenzo.

Ara mengangguk, kemudian mengajak Baby Kenzo duduk di sebuah bangku sambil nyemilin yupi. Sesekali Ara mengintip dari jauh si Azka yang mengobrol serius dengan seorang pria tua berambut putih dan berkepala agak botak. Ara yakin pria itu sudah berumur diatas 60 tahun.

"Itu kakemu ya?" tebak Ara sambil menunjuk pelan kakek-kakek itu.

Baby Kenzo melirik sekilas, lalu balik fokus menghitung jumlah permen yupi di tangannya. "Iya."

Ih, nih anak pinter juga kalo ditanyain langsung nyambung jawab, batin Ara takjub. Pengen dia culik rasanya nih anak, trus dimasukin ke karung.

"Umurmu berapa?" tanya Ara lagi.

Baby Kenzo menunjukkan ketiga jarinya pada Ara. Mulutnya yang mungil juga terlihat bergerak mengunyah permen yupi.

Ara reflek mencubit gemas kedua pipi Baby Kenzo. "Ih! Gemesss!! Ikut kakak pulang ya nanti."

Baby Kenzo menggeleng cepat. "Gamau."

"Ih, kenapa? Kakak punya banyaaaaak banget permen yupi di rumah lho."

Baby Kenzo masih cemberut malas sambil mengayunkan kedua kakinya.

"Ken atut dicuntik," gumam Baby Kenzo.

"Siapa yang berani nyuntik kamu? Sini aku gigit orangnya sekarang." Ara memperlihatkan gigi taringnya.

Baby Kenzo langsung menunjuk punggung Azka.

Ara meneguk ludahnya gugup, lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehehe. Kalo itu mah kakak juga takut disuntik."

"Ken bakal dicuntik kalo gamau cikat gigi."

Ara meneguk ludahnya lagi. "Eh, kok sama?"

"Ken juga dicuntik kalo gamau bobo ciang."

"Eh, sama lah kita." Ara membulatkan matanya menatap Baby Kenzo. Akhirnya ada yang senasib dengan dirinya, meskipun dia masih bayi.

"Tapi Ken cayang kakak Azka. Ken nanti mau nikah," ujar Baby Kenzo tiba-tiba.

Eh! Lo masih bayi anjir! Lo juga cowok! Ngapain nikah sama Azka, batin Ara melotot gak percaya.

Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang