Ara terbangun begitu mendengar suara alarm yang berbunyi nyaring di ruang tengah. Tangannya meraba-raba mencari saklar lampu, namun tak kunjung ketemu. Terpaksa, Ara menyibakkan selimut di tubuhnya, lalu turun dari kasur. Ia pun berjalan sempoyongan membuka pintu kamar sambil menguap lebar.
CKLEK
Seketika sorot cahaya mentari dari luar jendela menerangi wajahnya. Ara reflek menyipitkan mata selagi berusaha memandangi keadaan sekitar.
Tatapan Ara tertuju pada sosok Azka yang masih tidur nyenyak di sofa. Beberapa kertas laporan dan peralatan kuliah terlihat masih berserakan diatas meja. Ara pun berbalik badan untuk mengambil selimut, lalu berjalan sempoyongan menghampiri Azka.
Ara duduk sebentar di pinggiran sofa itu. Ia menatap wajah Azka cukup lama, sebelum akhirnya menyelimuti tubuh Azka dengan selimut. Sejenak Ara tersenyum, melihat Azka tidur nyenyak kayak gini mengingatkannya pada kenangan jaman SMA dulu. Ara jadi kangen masa-masa itu, ketika mereka sama-sama tertawa bahagia tanpa harus merasakan beban seberat ini.
Kriiiing~
Alarm jam weker di dekat meja TV berbunyi lagi. Ara pun bangkit berdiri, hendak mematikan alarm itu, namun tiba-tiba ada yang menahan tangannya dari belakang.
Ara menoleh, ternyata itu tangan Azka.
Langsung saja Azka menarik tangan Ara hingga tubuhnya jatuh ke dalam pelukan. Azka pun mendekap tubuh Ara dan memeluknya dari belakang.
"Tumben kakak udah bangun?" tanya Azka pelan, matanya masih terpejam.
Ara tak menjawab. Mulutnya tiba-tiba bungkam. Entah kenapa jantungnya berdegup sangat kencang sekarang.
Dag.. dig.. dug..
Serrr..
Begitu kira-kira bunyinya.
Azka makin mengeratkan pelukannya, sedangkan Ara mulai menggeliat tak nyaman. Azka pun mengunci tubuh Ara dengan menjadikannya seperti guling biar gak bisa kabur.
Ara hanya bisa berdzikir dalam hati, berharap Azka gak bakal melakukan sesuatu yang aneh kepadanya.
"Kak..." panggil Azka.
Ara meneguk ludahnya gugup. "Y-Ya?"
"Tadi malem aku mimpiin kakak."
"Mimpi apa?"
Azka tersenyum pelan, lalu membalikkan tubuh Ara hingga menghadap ke arahnya.
"Rahasia," bisik Azka.
"Ih, gamau main rahasia-rahasiaan..."
Azka terkekeh kecil, Ara pun mendongak sambil cemberut. Azka menatap mata Ara cukup lama.
"Ntar kalo udah nikah, baru Azka ceritain."
Ara mendecak kesal. Bikin penasaran kan jadinya. "Mimpi apaan sih emangnya?"
"Rahasia."
"Az..."
"Pokoknya rahasia."
Ara lantas mendengus kesal, membuat Azka tersenyum gemas lalu memeluk tubuh Ara lagi. Azka mencium kening Ara sekilas, kemudian mengelus pelan surai rambut Ara.
"Jangan bilang... kamu habis mimpi yang aneh-aneh ya?" tebak Ara. "Hayo, ngaku!"
Azka ketawa nyengir tak berdosa. Ara langsung memukul dada bidangnya.
"Udah dibilangin waktu tidur baca doa dulu, ih!" tutur Ara.
"Maaf kak, Azka mana tau bakal mimpi gituan. Spontan tiba-tiba muncul gitu. Mana ceweknya Kak Ara lagi, gak bisa nolak jadinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...