Naya membanting keras pintu rumahnya sambil menangis tersedu-sedu. Bahkan sekarang dia disuguhkan dengan pemandangan tak senonoh oleh Mamanya yang asyik berselingkuh dengan seorang pria asing di ruang tamu.
Naya menyeka air matanya cepat lalu melenggang pergi menuju kamarnya, tanpa memerdulikan suara desahan yang memekakkan telinganya itu.
BRAK
Naya menutup pintu kamarnya begitu keras, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Naya terus menangis sesenggukan seiring emosi di dalam tubuhnya yang makin tak terkendali.
"Jahat lo, Az!! JAHAT!!"
Tangan Naya berkali-kali memukul bantal di hadapannya hingga kusut. Tangisannya makin menjadi-jadi tatkala otaknya mengingat lagi kejadian tadi pagi. Naya menyesal tak menyingkirkan Ara lebih awal.
CKLEK
Pintu kamar Naya tiba-tiba terbuka. Naya langsung bangkit mengusap pipinya ketika mendapati Sang Mama yang masuk ke dalam kamar.
Lina berkacak pinggang kesal melihat tingkah laku putrinya itu.
"Nangis terus!! Kerjaanmu tiap pagi siang sore nangis terus!!! Habis kelayapan kemana lagi kamu hah?! Jam segini baru pulang!" teriak Lina emosi.
Naya tak menjawab sepatah kata pun.
"JAWAB KALO ORANG TUA NGOMONG!!!"
Naya malah menangis sesenggukan, kemudian membungkam wajahnya.
"Lama-lama kamu Mama kirim ke rumah Papa kamu. Capek Mama ngurusin kamu disini. Bikin repot aja," gerutu Lina.
Sedetik kemudian Naya berhenti menangis. Raut wajahnya berubah sangat drastis. Ia melirik wajah Sang Mama dengan tatapan sangat dingin.
"Selingkuh sama siapa lagi, Ma?" Naya perlahan turun dari kasur lalu menyisir rambutnya di depan kaca. "Mama dibayar berapa sama Om itu?"
PLAK
Lina langsung menampar keras pipi Naya.
Naya justru tersenyum lalu mendongak menatap wajah Mamanya.
"Tampar lagi Ma! Tampar!!" bentak Naya sambil menunjukkan pipinya lagi. "Tampar sampe berdarah kalo bisa! Biar Mama puas nyesel ngelahirin aku!"
"Durhaka kamu jadi anak..."
Naya tiba-tiba menangis dengan sangat cepat. "Aku capek tinggal sama Mama. Aku capek lihat Mama mabuk sama Om-Om itu. Aku capek... lihat Mama selingkuh tiap malem."
"Salahin Papa kamu yang ceraiin Mama duluan setelah ngelahirin kamu," balas Lina.
Naya mengepalkan tangannya emosi.
"Justru Mama yang salah! Papa ceraiin Mama karena kebiasaan Mama sendiri yang hobi selingkuh sama pria lain!"
"Naya... jaga mulut kamu..."
"Papa kurang apa sih Ma?! Uang, harta, jabatan, semua Papa udah punya! Mama mau cari yang gimana lagi?!"
PLAK
Lina menampar Naya lagi. Sekarang amarahnya benar-benar meledak melihat anaknya ini sudah kelewat batas.
"Asal kamu tau, Papa yang kamu banggain itu udah ngehancurin masa muda Mama. Mama difitnah sana-sini, hamil di luar nikah, dipermalukan di keluarga besar Papamu. Mama kerja keras banting tulang buat nyukupin kebutuhan kamu. Jadi gausah kamu minta bantuan sama laki-laki brengsek itu," desis Lina. Matanya terlihat berkaca-kaca, mengingat masa-masa kelamnya dulu. Ketika mantan suaminya itu dengan gampangnya menyuruh untuk aborsi tanpa mau bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...