Setelah berdebat cukup lama membahas asal usul titan, akhirnya Sean memutuskan untuk memulangkan Ara kembali ke habitatnya. Selama perjalanan pulang pun, Ara masih terus saja menanyakan apakah titan bisa menikah dan beranak pinak. Dan untuk kesekian kalinya, tak bosan-bosan Sean menjawab dengan sumpah serapah 'gue bukan titan, jadi tolong jangan tanyain gue lagi. Plis'
Motor sport Sean akhirnya berhenti tepat di halaman depan apartemennya Azka. Ara langsung turun begitu mesin motor tersebut mati.
Ara melepas helmnya, lalu mengembalikannya pada Sean. "Nih, makasih ya."
Sean hanya mengangguk tipis dibalik kaca helmnya yang masih tertutup rapat.
"Lo tinggal berdua bareng Azka?" tanya Sean penasaran.
Ara mengangguk bersemangat, seakan tak merasa sungkan sedikitpun. "Iya."
Sean mulai melepas helmnya, dan menghela napas panjang. Kepalanya mendongak dan tak sengaja bertatapan dengan Azka yang ternyata mengawasi dari atas balkon.
Berkali-kali Azka memalingkan wajahnya, menahan emosi. Sebelum akhirnya ia melenggang pergi, masuk lagi ke dalam kamar apartemennya.
Sean lantas tersenyum, lalu balik menatap Ara. "Gak takut emangnya tinggal berdua doang sama Azka?"
"Enggak." Ara menggeleng yakin. "Malahan kalo tinggal sendirian, aku takut tiba-tiba jadi titan."
"Plis Ra, gausah bahas titan lagi," lirih Sean sambil tersenyum lelah.
Ara nyengir tak berdosa. "Hehehe. Sorry..."
Sean pun menghembuskan napas panjang. "Gak ada perasaan takut gitu Azka bakal macem-macemin lo? Kan dia cowok."
"Hmm..." Ara terlihat menggaruk tengkuknya, berpikir keras. "Gak ada sih, soalnya dia kan tunangan gue."
"Tunangan tapi kalo belum nikah ya belum sah namanya."
"Tapi kan--" ucapan Ara terhenti ketika otaknya menyadari sesuatu. "Bentar deh, lo kok nanya begituan sih. Lo gak terima ya gue sama Azka tinggal berdua?"
Sean langsung salting sendiri. "N-Nggak gitu... gue cuman kasih warning aja ke lo. Takutnya ada penggrebekan gitu, atau semacamnya."
"Digrebek? Gak mungkin juga sih..." Ara sejenak memandangi area sekitar apartemen yang dipenuhi cctv dan keamanan tingkat tinggi. Mustahil bapak-bapak polisi 86 akan melakukan penggrebekan disini. "Emangnya gue sama Azka salah apa sampe digrebek?"
"Ya... kali aja... entahlah." Sean buru-buru berbalik badan memakai helmnya, lalu naik ke atas motor. Gak tau kenapa jantungnya tiba-tiba deg deg an kenceng banget.
"Udah sana masuk, ngapain masih berdiri disini!" Sean mengusir Ara untuk segera masuk ke apartemen.
Ara mendecak sebal. "Ish! Lagi diajak ngomong malah diusir. Kalo Mama gue sampe tau kelakuan lo, bakalan dicopot tuh knalpot motor lo. Trus dijual lagi di shopee."
Ara pun berbalik badan dan berlari masuk ke dalam apartemen. Sementara itu, Sean langsung mencopot helmnya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Sean mulai menepuk-nepuk pipinya berulang kali, biar sadar.
Anjir lah, Sean... sadar woy! Ngapain lo pake salting segala! Mereka kan udah tunangan, terserah mereka dong, batin Sean.
***
CKLEK
Ara membuka pelan pintu apartemen di depannya. Ia masuk dengan berjalan mengendap-endap. Tubuhnya seketika menegang diam di tempat ketika melihat Azka yang menatapnya tajam sembari duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...