Keesokan harinya...
Ara terbangun begitu mendengar suara orang mengobrol di luar. Ia segera bangkit dan menyibakkan selimut dari tubuhnya. Ara sedikit terkejut, sejak kapan dia bisa pindah tidur di kamar ini, perasaan kemaren malem dia tidur di sofa depan TV.
Ara berjalan mengendap-endap membuka pintu kamar.
Krieeet~
Sebuah celah kecil terbuka, cahaya terang dari ruang tamu yang jadi satu dengan ruang keluarga dan dapur seketika menyorot terang menyilaukan mata.
Ara sejenak mengintip sosok Azka yang sekarang sibuk mondar-mandir di dapur. Lelaki itu terlihat menelpon seseorang sambil fokus memasak sesuatu di kompor.
Telfonan sama siapa sih?, batin Ara penasaran. Ia pun mengendap-endap keluar dan perlahan menghampiri Azka.
Azka langsung terdiam kaget ketika mengetahui kehadiran Ara yang muncul tiba-tiba di belakangnya.
"Lagi telfonan sama siapa?" tanya Ara curiga.
Azka malah tersenyum dan mulai menyalakan speaker HP nya.
"Bun, dicariin sama menantu Bunda nih," ujar Azka tiba-tiba.
Mata Ara langsung membulat kaget. Ia buru-buru menggeleng cepat.
Plis, Ara masih malu dengan dirinya sendiri. Mau ditaruh mana mukanya kalo Kirana sampe tahu calon menantunya ini masih bangun kesiangan.
"Mana? Bunda mau ngomong sama dia. Bunda mau curhat"
Demi kerang ajaib sponsbob, jangan curhat lagi
Azka menyodorkan HP nya itu kepada Ara. Mau tak mau, Ara pun meraihnya. Ia mengambil napas dalam-dalam lalu tersenyum canggung.
"H-Halo Tante... Hehehe."
"Ya ampun Ara, kenapa kemaren kamu nggak ngabarin Tante sih? Tante kan khawatir kamu gak bisa nemuin alamatnya Azka. Kamu gak tersesat kan kemaren?"
Ara meneguk ludahnya sebentar, mendengar curhatan dari Kirana yang panjang lebar tiada henti rasanya seperti naik kereta express
"Ara gak tersesat kok, Tante."
"Oh, syukurlah. Tapi Tante yakin sih kemaren Azka pasti jemput kamu di stasiun, jadinya Tante sengaja gak kasih no lantainya Azka, cuman no kamarnya aja. Si Azka juga gak bakal tega biarin kamu jalan sendirian malem-malem. Sekarang kamu baik-baik aja kan?"
Ara sedikit melirik Azka yang pura-pura fokus menggoreng sesuatu di wajan. Ingin sekali Ara cerita ke Kirana kalo sebenernya kemaren malem ada cabe-cabean impor masuk secara ilegal di apartemennya Azka.
Ara kembali melanjutkan obrolannya dengan Kirana.
"Ara gapapa kok, Tante. Ara baik-baik aja. Kemaren Azka juga jemput Ara di stasiun."
"Ah, syukur deh kalo gitu. Yaudah, Tante pamit ya. Minta tolong ingetin Azka buat sarapan dulu sebelum berangkat ke kampus. Makasih Ara. Kalian berdua jaga diri ya disana."
"Iya, Tante."
"Jangan lupa kalo pulang kasih Om momongan ya!"
Ara sontak membeku kaget mendengar teriakan dari Om Yuda.
"Hush! Apaan sih kamu, Mas. Mereka belum nikah. Gak boleh pokoknya, gak boleh unboxing duluan."
"Loh tapi kan niat aku beliin apartemen disana memang buat itu sayang. Biar mereka bisa nyobain banyak gaya. Kalo kamar kos kan sempit, takut di grebek warga juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...