⚠️⚠️⚠️
Azka terus memutar pulpennya selagi berpikir keras menelaah setiap ucapan dari Devano--ketua organisasi yang menyelenggarakan ospek.
Azka selaku koor acara yang diketuai oleh Naya, sedikit bimbang dengan keputusan Devano yang terkesan memberatkan salah satu pihak. Azka tak setuju jika para Maba (Mahasiswa baru) yang tak bisa menyelesaikan tugasnya dihukum menginap di ruang kadaver (mayat manusia yang diawetkan). Azka beralasan, mental mereka masih belum dilatih dengan cukup untuk bertemu dengan kadaver.
Akhirnya Azka terpaksa mengangkat tangannya ke udara, menyela perkataan Devano. "Interupsi kak!"
Devano pun menghentikan ucapannya, lalu menoleh menatap Azka yang duduk di ujung ruangan. "Kenapa, Az?"
"Apa nggak sebaiknya mereka dikasih tugas tambahan aja? Soalnya berhadapan dengan kadaver butuh mental dan keahlian yang khusus," ujar Azka.
Devano tiba-tiba menunduk, lalu tertawa kecil. "Justru itu aku mau melatih mental mereka dari sekarang."
"Tapi kak, terlalu beresiko," balas Azka.
Jujur saja, Azka tau para kakak tingkatnya ini ingin balas dendam kepada adik-adik Maba. Seperti sudah menjadi aturan sejarah yang tertulis secara turun-menurun. Entah kenapa Azka merasa masih ada saja praktik senioritas di kampus-kampus.
Devano sejenak menghela napas. Pandangannya mengamati sekeliling ruangan. Beberapa mahasiswa lain hanya diam menunduk. Enggan berpendapat dan tak ingin berdebat dengan Devano.
"Trus, kamu mau gimana, Az? Tradisi nginep sama kadaver udah selalu ada tiap tahunnya di kampus kita. Biar mereka yang males-malesan jadi kapok dan gak ngulangin kesalahan mereka lagi."
Azka terlihat diam sebentar, sebelum akhirnya menatap mata Devano lagi. "Kalo misal kadaver nya diganti sama kadaver palsu kayak manekin gitu, gimana menurut kakak?"
Devano tertawa mendengar jawaban dari Azka. "Hahaha, bukannya takut, mereka malah ngetawain kita nanti."
"Tapi Azka ada benernya juga sih, Dev. Mereka masih belum siap mental. Jangan samain zaman kita ospek ke zaman mereka. Seenggaknya mereka udah ngerasain masuk ruang kadaver, tapi gak ketemu sama kadaver nya langsung. Gue aja yang udah semester 5 gini sering pingsan kalo praktikum ketemu sama kadaver," ujar salah satu mahasiswa.
Seketika Devano bungkam. Ia pun berjalan ke arah meja sekretaris, kemudian mengambil setumpuk kertas proposal serta LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban).
Devano mulai melangkah mendekat ke Azka dan menyerahkan setumpuk kertas itu padanya.
"Besok kita semua udah jadwal gladi bersih. Kalo lo bener-bener ngeyel pengen ganti peraturan ospek tahun ini, lo siapin proposal dan LPJ yang baru. Gue tunggu besok," tutur Devano. Nadanya seperti campuran antara kesal, kecewa, dan mengancam.
Azka mengangguk menyetujui, kemudian memasukkan semua kertas itu ke dalam tasnya. "Oke."
"Dev, gue boleh bantuin Azka kan bikin proposal? Gue kan ketua acaranya, jadi gue harus tahu," pinta Naya, tiba-tiba ikut nimbrung.
Devano mengibaskan tangannya gak peduli, lalu melenggang pergi. "Terserah lo deh."
🍁🍁🍁🍁🍁
Disisi lain, Ara tengah tertidur pulas di dalam mobilnya Azka. Efek dinginnya AC dan empuknya kursi mobil membuat tubuhnya benar-benar tepar pengen rebahan. Seharian penuh Ara kelelahan nungguin duduk di kursi sampe-sampe pantatnya kebas dan panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...