Azka masih tak henti-hentinya menggeret tangan Ara sambil ngomel-ngomel.
"Pokoknya kalo ada Kak Sean muncul, langsung lari aja. Jangan malah dideketin," titah Azka.
Ara mengangguk pelan. "Iya..."
"Kalo Kak Sean ngasih kakak barang, buang aja. Ntar Azka beliin yang baru."
"Iya..." Ara mengangguk lagi. "Btw ini kita mau kemana?"
Sontak saja Azka menghentikan langkahnya ketika menyadari koridor di depannya ternyata jalan buntu. Gatau kenapa, tiba-tiba saja Azka jadi buta arah. Mungkin efek karena terlalu banyak emosi.
Tak beberapa lama, Azka pun melanjutkan langkahnya lagi ketika otaknya sudah sadar. Ia jadi bingung, kok bisa dirinya lupa sama area kampusnya sendiri
"Az..." panggil Ara.
Azka hanya diam sambil terus menarik lengan Ara
Ara mulai menunduk cukup dalam. "Aku laper..."
Refleks Azka menghentikan langkahnya, membuat Ara yang berjalan di belakang tak sengaja menabrak pelan punggungnya.
Azka berbalik badan, sedikit menunduk menatap Ara, kemudian lanjut menggeretnya lagi entah kemana.
"Oke, ayo makan dulu," ujar Azka.
***
Mereka berdua akhirnya sampai di kantin. Suasananya lumayan sepi karena hari masih pagi, dan kebetulan hari ini adalah hari Minggu, jadi tak ada mahasiswa lain selain panitia dan para Maba. Untung saja ada beberapa stand warung yang masih buka.
Azka menyuruh Ara untuk duduk di salah satu kursi selagi ia memesankan makanan. Ara memainkan kakinya sambil tersenyum memperhatikan Azka yang mengobrol dengan penjaga kantin.
Sesaat, pandangan Ara celingukan menatap sekitar. Dari kejauhan, Ia melihat Naya yang berlarian seperti dikejar oleh sesuatu. Saat Naya berbelok masuk ke toilet, barulah Ara sadar ternyata Naya dikejar oleh Sean.
Sean masih terus berlari hingga masuk area kantin dan tiba-tiba duduk begitu saja di hadapan Ara.
Sean melambaikan tangannya sambil bernapas terengah-engah. "Oh, hai."
Ara mendelik kaget.
Sean pun bangkit untuk memesan makanan. Lelaki itu tak sengaja berpapasan dengan Azka yang sudah selesai memesan makanan. Azka terlihat memberikan tatapan tajam pada Sean, sebelum akhirnya duduk disamping Ara.
Azka memberikan sepiring sate kambing pada Ara, karena kebetulan makanan yang dijual hari ini hanya ada menu sate itu.
"Kak Ara doyan sate kambing kan?" tanya Azka memastikan kalo Ara bisa makan daging kambing.
"Gue mah doyan-doyan aja, yang penting gratis," jawab Ara.
Azka pun tersenyum mendengarnya. Ara mulai melahap makanan itu dengan cepat.
Seperti biasa, Azka bertopang dagu memperhatikan Ara makan.
"Pelan-pelan makannya, kak," ucap Azka.
Ara langsung tersedak, batuk-batuk. Entah kenapa dia jadi teringat momen-momen jaman SMA nya dulu waktu Azka sering mengajaknya makan seblak berdua.
Tangan Azka menyodorkan segelas es teh pada Ara.
Ara buru-buru meminumnya sebelum tenggorokannya macet total.
Belum sempat Ara selesai minum, tiba-tiba Naya ikut nimbrung dan duduk di hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...