"Terkadang, cara terbaik untuk mencintaimu adalah melepaskanmu"
🍁🍁🍁🍁🍁
Tak menyangka kalo Azka sudah punya tunangan, Raka dan Riki buru-buru menggeret Ara untuk diinterogasi di lab anatomi yang sepi. Mereka berdua mendudukkan Ara di sebuah kursi, lalu berkacak pinggang seperti dokter psikopat yang menemukan calon mangsanya.
Devano yang tak ingin hal buruk terjadi pada nasib mahasiswanya, terpaksa mengikuti Raka dan Riki untuk sekedar mengawasi. Ia menyuruh mahasiswa lain untuk mengambil alih sementara corong speakernya dan memimpin jalannya gladi bersih.
Devano tak mau si kembar absurd itu bermain-main dengan keahliannya. Mereka berdua terkenal hobi bereksperimen dengan hewan-hewan kecil seperti kodok, tikus, dan hamster untuk dijadikan percobaan pembedahan. Beberapa temuan penelitian mereka berhasil lolos uji, namun beberapa juga ada yang gagal. Raka dan Riki memang bercita-cita menjadi dokter bedah, sama seperti kedua orang tuanya.
Hanya saja Devano tak suka dengan sifat mereka berdua yang terlalu 'penasaran' dengan hal baru. Seperti sekarang, mereka berdua sedang serius mengintrogasi Ara.
"Nih cewek enaknya diapain ya? Udah bikin gue hampir ngompol, mana doi gue lihat lagi waktu gue jerit-jerit tadi," bisik Riki pada kembarannya.
"Dibikin sate enak nih kayaknya. Apalagi dia tunangannya Azka. Pasti seru kalo diumpetin," balas Raka. "Gue pengen lihat sisi emosinya Azka tuh kayak gimana. Pangeran kampus kalo lagi marah bakalan dibakar gak ya nih gedung?"
Devano yang sedari tadi nguping di ujung pintu langsung mengacungkan jarinya. "Heh! Gue tampol lo berdua kalo bikin masalah lagi."
Raka dan Riki tak memperdulikan ancaman dari Devano.
"Apaan sih tuh makhluk. Ikut campur mulu perasaan."
"Udah biarin aja, Rik, ntar juga dikasih anestesi tuh mulut bakal diem."
Disisi lain, Ara hanya bisa celingukan bingung mendengar percakapan si kembar aneh ini. Siapa yang Raka, siapa yang Riki. Mukanya bener-bener kembar, Ara gak bisa bedain.
Raka dan Riki kembali menoleh memperhatikan Ara.
Ara mulai mengernyit bingung. Dia heran, darimana Azka dapet temen-temen gak jelas semua kayak gini. Entah itu Naya, si cowok pake speaker oren, ataupun si kembar aneh ini.
"Nama? Umur? Jenis kelamin?" tanya Riki tiba-tiba.
Raka langsung menampol pipi adeknya itu. "Ngapain lo pake nanya jenis kelamin bege... emangnya lo gak bisa lihat bentukannya kayak begini."
"Kali aja dia nyamar jadi Lusayang Luna, Bang."
Ara hendak bangkit kabur, tapi kedua bahunya langsung ditahan sama Raka dan Riki untuk duduk lagi di kursi.
"Jangan kemana-mana, gue masih penasaran lo makhluk dari mana, orang mana, tinggal dimana, kenapa lo tiba-tiba muncul jadi tunangannya Azka," cerocos Raka.
"Bilang aja lo gak terima kalo Azka udah tunangan. Lo kan gay," dumel Riki, membuat Raka langsung mencubit kesal mulutnya.
"Mentang-mentang lo udah punya doi, semua cowok yang masih jomblo seenaknya lo bilang gay. Lama-lama gue balikin lagi lo ke rahimnya Mama," balas Raka emosi.
Ara langsung menghela napas pasrah mendengar semua cuitan dari si kembar ini. Rasanya seperti nostalgia waktu dia bertengkar sama Muna dulu. Tapi bedanya nih anak kembar, jadinya kalo dilihat sama orang lain kayak lagi ngatain dirinya sendiri, soalnya wajah mereka sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tingkat ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai janjinya pada waktu itu, Azka takkan pernah meninggalkan Ara sampai kapan pun. Azka benar-benar menjadi...