***
Di sofa toko buku, Jiyong duduk bersama Yongbae juga Daesung. Sementara Mino menelepon Jisoo dan memintanya untuk datang, lalu Lisa yang pergi ke toko sebelah untuk membeli beberapa kue. Di sofa, dengan wajah seriusnya Jiyong meminta maaf pada dua temannya yang baru saja datang dari ibu kota itu.
"Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bisa memberikan kasusku pada kalian," ucap Jiyong, berhadapan dengan Yongbae dan Daesung yang hanya berjarak sebuah meja kaca. "Aku yang lebih dulu mengerjakan kasus ini, juga kasus lima tahun lalu. Aku harus menyelesaikannya," tuturnya, menolak untuk bekerja sama, menolak untuk mentransfer kasus yang diduga pembunuhan berantai ini ke Kantor Polisi Metropolitan.
"Hyung, apa kau sengaja datang ke sini karena tahu dia ada di sini?" tanya Kang Daesung, sama sekali tidak berbasa-basi.
"Tentu saja tidak!" seru Jiyong. Ia menoleh, memastikan Lisa juga Mino tidak ada di sana, lantas melanjutkan ucapannya. "Mana mungkin aku sengaja memukul Kepala Choi hanya untuk diusir ke sini? Kalau aku memintanya, bajingan itu pasti langsung mengirimku tanpa basa-basi. Aku juga terkejut saat tahu Lisa ada di sini dan jadi tetanggaku-"
"Tetangga?!"
"Hm... Dia tinggal di bawah," angguk Jiyong, menanggapi seruan terkejut dua temannya itu.
"Wah... Padahal waktu itu aku menyuruhmu melupakannya," gumam Yongbae, lantas Jiyong memberitahunya kalau ia sudah melihat Lisa beberapa menit sebelum Yongbae memberi saran. "Berarti Lisa juga melihat Vic? Mereka bertemu?" susul Yongbae dan sekali lagi Jiyong menganggukan kepalanya. Tanpa mengatakan kalau Victoria sudah mengganggu Lisa dan kena pukul karenanya.
Di tengah obrolan itu, pintu kaca tokonya terbuka, loncengnya pun berdenting namun bukan Lisa maupun Mino yang datang. Seorang pria dengan helm hitam dan jaket kulit yang datang. Seolah tidak peduli dengan pengunjung lainnya, pria itu berjalan ke sederet rak. Ia berdiri di depan salah satu rak, mencari sesuatu di sana. Ia tidak mencari Lisa. Ia juga tidak membawa buku apapun. Yang dilakukannya hanya datang, mengambil selembar kertas di dalam sebuah buku, lantas pergi lagi tanpa mempedulikan orang-orang yang duduk di sofa. Mungkin pria itu tidak menemukan buku yang ia cari— nilai Jiyong, memilih untuk mengabaikannya.
Sementara itu di toko roti, Lisa seharusnya bisa langsung pergi setelah memilih rotinya. Hanbin pemilik tokonya tidak keberatan kalau di suruh mengantarkan kopi pesanan Lisa ke sebelah. Namun gadis itu memilih untuk menunggu kopi pesanannya.
"Hanbin-ah, bisakah kau mengatakan padaku kalau keputusanku sudah tepat?" tanya Lisa, menyandarkan tubuhnya ke lemari es sembari menunggu Hanbin selesai menyeduh enam gelas kopi yang berbeda. Segelas americano hangat untuk Yongbae, segelas yang dingin untuk Daesung, segelas esspreso dengan krim vanila dan es untuk Jiyong, segelas capuccino untuk Jisoo, double shot ice shaken esspreso untuk Mino yang kelihatan mengantuk dan gelas terakhir berisi caramel macchiato untuk dirinya sendiri.
"Aku tidak tahu kalau kau mantan detektif. Apa itu sebabnya kau selalu berhasil menemukan peliharaan yang hilang di sekitar sini? Kau sudah terlalu lama menyia-nyiakan bakatmu. Keputusanmu sudah tepat, bantu Jisoo, bantu Mino hyung, siapa tahu setelah membantu mereka kau bisa kembali ke kantor polisi. Anggap ini adalah kesempatan untukmu kembali ke kantor polisi," jawab pria itu. Menutup satu persatu gelas kopinya, kemudian memasukannya ke dalam nampan khusus berbahan dasar bubur kertas.
"Saat aku meminta seseorang memberitahuku kalau keputusanku benar, itu berarti aku merasa bahwa keputusanku salah."
"Hm?"
"Itu yang aku tonton di drama. You're my spring. Thanks," jawab Lisa, meraih minumannya, lantas membawa kopi juga rotinya kembali ke tokonya.
"Apa-apaan itu? Dia sedang menyindirku atau berterimakasih?" cibir Hanbin, yang tentu bisa Lisa dengar sebab gadis itu belum benar-benar keluar dari toko rotinya.
Saat Lisa kembali ke tokonya, Mino langsung menghampirinya di depan pintu. Meraih kopi juga roti dari tangan Lisa kemudian membawanya ke sofa. Persis seperti Jiyong, saat mereka masih berkencan dulu, sebelum aroma bangkainya tercium. Lisa berterimakasih, tersenyum pada Jisoo yang menatap sebal padanya lalu membagikan minuman mereka.
"Permintaan maafku," ucapnya, meletakan segelas capuccino pertama di depan Jisoo, yang duduk tepat di sebelah Jiyong. Gadis itu kemudian memberikan gelas-gelas kopi lainnya pada Yongbae, Daesung, juga Mino. "Esspreso-" ucapnya terhenti disaat ia memberikan segelas kopi untuk Jiyong. Jisoo menyelanya, mengatakan kalau Jiyong tidak minum esspreso karena terlalu pahit.
"Akan ku minum, terimakasih," susul Jiyong, sebelum Lisa jadi canggung karena selaan Jisoo.
"Dengan krim vanila dan es. Itu manis," ucap Lisa, membuat Daesung kemudian memujinya. Memuji Lisa yang ternyata masih mengingat selera senior-seniornya, meski gadis itu sudah lama berhenti dari kepolisian. "Bagaimana mungkin aku lupa? Aku sudah bertahun-tahun mengurus kopi kalian," santai gadis itu, tersenyum pada Mino sebab pria itu terus melihatnya. "Apa yang membuatmu penasaran, oppa?" tanyanya kemudian, kepada Song Mino yang duduk di seberangnya, di atas sebuah kursi tambahan yang di ambil dari meja kasir.
"Kenapa kau berhenti?" tanya Mino, membuat Jiyong juga dua temannya langsung tersedak kopi masing-masing. Kasihan Yongbae, sebab kopinya masih panas.
"Aku terluka," jujur Lisa. "Lalu orangtuaku ingin aku berhenti. Sedari awal mereka memang tidak setuju," lanjutnya, masih mengatakan yang sebenarnya meski jawaban itu tidak menjelaskan semua kejadian yang dulu terjadi.
Sampai Yongbae dan Daesung pergi, tidak satu pun menyebut tentang kasus yang tengah mereka selidiki. Mereka hanya minum kopi, menikmati beberapa potong roti, berbasa-basi sementara Lisa bekerja. Hari ini Lisa mendapat lebih banyak pengunjung di banding kemarin.
"Kau sudah membawa semua berkasnya kan?" tanya Jiyong pada Jisoo, sembari menunggu Daesung juga Yongbae berbincang dengan Lisa, keduanya harus kembali ke ibu kota siang ini, memberi laporan kalau Jiyong akan menyelesaikan sendiri kasusnya.
"Ya," angguk Jisoo, menunjukan USB yang ia bawa dari kantor, sesuai pesan Mino dalam panggilannya tadi.
"Berikan berkasnya pada Lisa. Minta dia menghubungimu kalau dia punya pertanyaan. Sekarang aku punya urusan lain, aku akan pergi bersama teman-temanku," perintah Jiyong, yang selanjutnya melangkah pergi, masuk ke dalam mobil temannya kemudian pergi bersama mereka. Jiyong harus segera menemui Victoria, memastikan wanita itu tidak akan datang dan menganggu Lisa lagi.
***