13

485 111 14
                                    

***

Lisa sedikit bingung ketika matanya menangkap sosok Jin— sang bintang— berdiri di tengah-tengah tokonya. Baru kemarin Bobby menempelkan sebuah pengumuman mencari pegawai paruh waktu, dan hari ini Jin datang. Bukan sebagai pelanggan tapi sebagai seorang pria yang ingin melamar pekerjaan. Pria itu datang dengan setelan jas yang keren, memakai dasi bahkan pantofel. Ia buat Lisa yang hanya mengenakan kaus dan celana jeans, juga Bobby yang memakai satu set pakaian olahraga bertukar tatapan canggung.

"Kenapa?" tanya Lisa kemudian. "Kenapa anda ingin bekerja di sini?" susulnya, benar-benar heran dengan apa yang baru saja Jin katakan. Kalau ia ingin bekerja di toko buku bekas yang hampir tidak pernah untung itu.

"Ini lelucon yang lucu sebenarnya, tapi entah kenapa aku tidak bisa tertawa," komentar Bobby. Sebelumnya pria itu akan pergi, akan pulang ke rumahnya setelah setengah hari menjaga toko— selama Lisa tidur di rumahnya, sepulang dari rumah Junho.

"Dua bulan lagi aku akan syuting drama. Peranku jadi seorang penulis miskin yang kerja sambilan di toko buku. Aku ingin mencoba memahami peranku, tapi aku tidak bisa bekerja di toko buku sungguhan. Kebetulan kemarin aku melihat pengumuman kalau kalian mencari pekerja sambilan."

"Jadi anda ingin mendalami peranmu di sini?" singkat Lisa, membuat Jin sedikit mengangguk.

"Aku membawa resume-"

"Tunggu sebentar," potong Lisa. "Biarkan aku menelepon lebih dulu," susulnya, ia persilahkan Jin untuk duduk di sofa, menyerahkan resumenya pada Bobby sedang ia berlari kecil keluar toko. Gadis itu menelepon Jiyong, sebab ia memang perlu menyelidiki Jin atas keterkaitannya dengan korban-korban pembunuhan itu. "Jin datang ke tokoku, melamar kerja katanya. Bagaimana?"

"Terima saja," malas Jiyong, sebab ia pikir Lisa pasti bercanda.

"Aku sungguhan, kekasih dari mantan kekasihmu ada di sini," ucap Lisa, yang kemudian merubah panggilan itu jadi panggilan video. "Lihat, dia datang dengan jas seolah akan melamar di perusahaan besar."

"Wahh... Dia sudah gila?"

"Dia mungkin di suruh kekasihnya. Untuk konten di akunnya. Kekasih baruku sekarang bekerja dengan pelacur yang merebut kekasih lamaku."

"Tidak mungkin tapi lebih baik jangan."

"Tolak dia?"

"Hm... Tolak saja. Jangan berhubungan dengan-"

"Ya, baiklah," potong Lisa, mengakhiri panggilan itu tanpa menunggu Jiyong menyelesaikan ucapannya.

Lagi, Lisa melangkah masuk ke tokonya. Dengan tenang gadis itu mengatakan kalau ia bisa menerima Jin bekerja di sana. Jin tidak perlu digaji— katanya. Pria itu bahkan bersedia kalau Lisa memintanya membayar untuk pengalaman yang mungkin akan Jin dapatkan di toko buku bekas itu. Namun Lisa tentu menolaknya. Ia memang tidak bisa menggaji Jin sebesar yang produser drama berikan padanya, namun Lisa mengatakan Jin perlu mendapatkan apa yang harus ia dapatkan untuk mendukung aktingnya.

"Aku akan memperlakukanmu seperti pekerja paruh waktu sungguhan. Aku akan membayarmu, per jam. Harian? Mingguan? Setiap minggu saja ya? Aku akan membayarmu setiap minggu, jadi tulis jam berapa kau datang dan jam berapa kau pulang di... Uhm... Dimana? Ah kirim pesan saja, ini nomor teleponku," ucap Lisa, memberikan sendiri kartu namanya pada Jin. "Kapan kau bisa mulai bekerja? Apa kau bisa mulai hari ini?"

"Hm... Ya, aku tidak punya jadwal apapun sampai dua bulan ke depan," angguk pria itu, yang lantas melihat ke sekeliling toko Lisa. "Apa yang harus aku kerjakan?" susulnya.

"Kami sudah membuka toko dan membersihkan toko hari ini. Kau hanya perlu menunggu dan melayani pelanggan kalau ada. Harga-"

"Pergilah ke sebelah," potong Bobby. "Daftar harga di sini, sama seperti di sebelah. Majalah dan koran bekas gratis, atau seharga sepotong roti yang paling murah. Kalau buku, yang paling tipis seharga segelas americano. Semakin tebal, semakin mahal. Kalau ada yang menjual bukunya ke sini, sesuaikan harganya dengan uang di kasir. Kalau uang di kasir kurang, hubungi Lisa. Bagaimana, bisa memahaminya? Aku tidak bisa memahaminya di hari pertamaku."

"Tidak ada harga pasti? Semuanya hanya kira-kira?" tanya Jin, membuat Bobby mengangguk lantas memprotes Lisa yang terlalu malas untuk menentukan harga pasti. Toko itu tidak akan berkembang kalau terus begitu.

"Padahal kau tidak punya pemasukan lain selain dari toko ini, kau bisa bangkrut beberapa tahun lagi," cibir Bobby kemudian.

"Aku punya pemasukan lain. Paman yang mengurus kebun orangtuaku mengirimiku uang panennya setiap bulan," balas Lisa. "Jangan mengkhawatirkan hidupku. Bagaimana pun caranya, aku tetep bisa hidup. Kau juga, pekerja paruh waktu. Mau aku kenalkan dengan pemilik toko sebelah? Biasanya dia sangat membantu kalau perutmu lapar," tawar Lisa, mengajak Jin berkunjung ke toko sebelah.

Kebetulan toko Hanbin sangat ramai siang ini. Mereka yang baru saja pulang kuliah, atau justru akan pergi ke kampus, sejenak mampir di sana— membeli kudapan sekaligus melihat pria tampan yang menjual kopi dan rotinya. "Ah... Kita tidak bisa berkunjung sekarang," ucap Lisa, kembali berbalik, mengajak Jin untuk kembali ke tokonya.

Kebetulan sekali ada seorang pria yang masuk ke dalam toko itu. Seorang pria dengan ransel besar di punggungnya. Sepintas di lihat, pria itu pasti mahasiswa di kampus dekat sana dan ia adalah pelanggan pertama Jin. Sementara Lisa dan Bobby duduk di sofa, Jin melayani pria itu. Ia carikan buku yang si pelanggan butuhkan, bersama-sama mengecek rak buku mencari buku pengantar arsitektur.

Jin selesai dengan pelanggan pertamanya. Ia memuaskan pelanggan itu, meski awalnya membuat si mahasiswa sempat terkejut. Lisa pun puas dengan harga yang Jin tawarkan untuk bukunya, seolah pria itu sudah lama memperhatikannya, seolah ia sudah lama ada di toko buku itu. Tanpa ambil pusing, Lisa memuji Jin. Mengatakan kalau Jin punya bakat untuk bekerja di sana dan kini bisa bersantai sampai ada pelanggan lain yang datang.

"Kalau kami meninggalkanmu sendirian di sini, apa kau akan baik-baik saja?" tanya Lisa kemudian, setelah mereka selesai makan siang dengan pizza dan salad yang Lisa pesan.

"Ya, anda bisa mempercayakan tokomu padaku," sopan Jin.

"Tidak perlu terlalu sopan, kita sepantaran. Tapi, kau bisa melakukan apa yang membuatmu nyaman," balas Lisa yang setelahnya bangkit, ia bahkan mengulurkan tangannya untuk menggandeng Bobby di sebelahnya. "Kalau begitu, kami pergi dulu. Aku akan kembali jam lima sore nanti. Tolong jaga tokoku sampai jam lima sore nanti," ucapnya kemudian, sebelum ia benar-benar membawa Bobby pergi dari sana.

***

Life DisorderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang