***
Malam harinya, Lisa kembali mendapat kiriman ayam. Sama seperti sebelum-sebelumnya, keponakan Bobby yang mengantar ayamnya, sebab Bobby sudah kembali ke Ibu Kota, mulai kembali bekerja. Mino dan Jisoo sudah pergi saat Lisa keluar dari rumahnya. Lisa tidak tahu kapan mereka pergi, tapi mobil yang Mino kendarai sudah tidak lagi ada di sebelah mobil Jiyong. Berencana memberikan ayamnya untuk Jiyong, Lisa melangkah naik ke lantai dua. Ia tekan belnya, namun tidak seorang pun membukanya. Ia ketuk pintunya, tapi tidak ada Jiyong yang membukanya. Kemana pria itu pergi tanpa mobilnya? Lisa penasaran, sebab Jiyong hampir tidak pernah naik kendaraan umum.
Kecewa karena pria itu tidak ada di rumah, Lisa kembali melangkah turun. Sembari menghela nafasnya gadis itu menuruni tangga kemudian melihat Jiyong baru saja kembali dengan tubuh penuh peluh. Pria itu baru selesai berolahraga, lari sore menjelang malam.
"Diet atau stress?" tanya Lisa, sedang Jiyong masih menutup gerbang di belakangnya.
"Yang kedua," jujur Jiyong. "Kenapa? Kau takut lagi? Sebenarnya dengan siapa kau menonton film? Kekasihmu? Kenapa dia tidak tahu kau takut film horor?"
"Tidak, aku sudah tidak takut," jawab Lisa, berdiri berhadapan dengan Jiyong di depan pintu rumahnya. "Untukmu," tuturnya, mengulurkan ayam goreng yang Bobby berikan padanya.
"Kau membelikanku ayam goreng?"
"Tidak, itu diberi Bobby," geleng Lisa. "Dan soal film horor, aku pergi dengan Bobby tapi aku ke sana untuk mengikuti Junho oppa. Aku penasaran apa dia berkencan dengan seseorang lalu-"
"Kau tidur dengannya? Kalian tidur bersama? Padahal kau berkencan dengan Bobby? Sekarang kau... Playgirl?"
"Wah... Tiba-tiba?" tanya Lisa, yang kini menjauhi Jiyong untuk duduk di kursi terasnya. "Aku memang tidur di rumah Junho oppa tapi tidak tidur dengannya, aku tidur dengan Johnny, kucingnya, di kamar. Junho oppa tidur di ruang tengah. Lalu Bobby, kami tidak berkencan. Dia tidak tertarik secara seksual padaku. Dia takut padaku karena aku pernah mematahkan tangan pencuri di rumahnya, di depan matanya."
"Lalu diangkat dan diikat?"
"Aku sengaja jatuh dan terkilir lalu dia menggendongku. Tidak di bahu, bridal style tapi dia tidak kesulitan sama sekali. Dia menggendongku dengan Johnny sekaligus. Padahal Johnny gemuk sekali. Dan soal mengikat, aku memintanya membantuku mengemasi beberapa buku. Dia mengikat buku-buku itu dengan tali tapi simpulnya kuat sekali, aku tidak bisa melepas simpulnya, jadi aku menggunting talinya. Apa semua pikiran mesummu sudah pergi? Ada pertanyaan lain?" tutur Lisa, masih memegangi ayam gorengnya sebab Jiyong tidak juga menerima ayam itu.
"Hanya itu?"
"Apa lagi? Oppa sedang mengintrogasiku? Bawa surat perintahnya kalau begitu," balas Lisa, yang kemudian mengeluh, lelah memegangi seplastik ayam yang tidak juga Jiyong ambil.
Jiyong mengambil ayan goreng itu. Berterimakasih lantas duduk di kursi lainnya. Sementara Lisa mulai menyalakan rokoknya sembari duduk dengan kaki yang sengaja diangkat, Jiyong bersandar pada sandaran kursinya. Ia luruskan kakinya di teras, seolah tubuhnya bisa lurus sempurna di kursi kecil itu.
"Aku ingin kau berhenti," ucap Jiyong kemudian. "Aku tidak suka melihatmu sengaja mendekati Junho atau Jin hanya untuk kasus ini. Aku khawatir kau benar-benar jadi korban selanjutnya. Aku khawatir karena seseorang menguntitmu. Aku khawatir karena kau sakit. Aku tetap khawatir, meski aku tahu kau lebih kuat dari beberapa pria. Jadi, berhenti lah dari kasus ini. Akan aku kerjakan sendiri kasusnya."