20

468 112 12
                                    

***

Lagi-lagi Lee Junho terlibat dalam kasus pembunuhan Nancy. Beberapa minggu lalu, Lee Junho pernah melaporkan Nancy ke kantor polisi, sebab wanita itu merekamnya tanpa izin kemudian mengunggah rekamannya. Awalnya Junho hanya menegur Nancy, tentu secara pribadi, ke rumahnya sebab mereka bertetangga. Namun Nancy menolak menghapus video itu hingga mereka bertengkar dan Junho melaporkan Nancy ke kantor polisi terdekat. 

"Video apa yang membuat Lee Junho begitu marah?" tanya Mino kemudian. Di teras rumah Lisa, hanya berdua dengan Lisa sebab Jisoo dan Jiyong punya kesibukan mereka masing-masing.

"Junho oppa sedang berbelanja di minimarket. Dia membeli beberapa bir, camilan, beberapa keperluan rumah lainnya, lalu dia juga membeli kondom dan lubricant-nya. Itu bukan masalah karena Junho oppa sudah dewasa, tapi di minimarket itu Junho oppa bertemu seorang siswinya. Awalnya siswi itu hanya menyapa, lalu mereka membayar belanjaan ke kasir dan duduk untuk berbincang di kursi depan minimarket. Mereka membicarakan masalah sekolah. Anak itu atlet di sekolahnya, atlet voli. Lalu mereka membicarakan peralatan olahraga, dan Junho oppa bilang, datang lah ke rumahku, aku akan meminjamkan alatnya. Junho oppa punya banyak alat gym di rumah, tapi dia bukan guru olahraga dan dia juga tidak punya mobil. Maksudnya datang lah bersama teman-temanmu, ambil alatnya di rumahku dan kalian bisa memakai alat itu sampai pertandingannya selesai. Inti pembicaraannya sebanyak itu, tapi Nancy memotong semuanya, mengeditnya, membuat si Junho oppa yang baru saja membeli kondom seolah sedang mengajak muridnya ke rumahnya. Lalu Nancy berkomentar, apa yang akan terjadi selanjutnya? Kasihan anak itu. Gurunya baru saja memintanya datang ke rumah setelah membeli kondom! Meski Nancy tidak pernah bilang kalau Junho oppa ingin meniduri muridnya, tapi komentarnya merusak banyak hal."

"Dan dia tidak mau menghapus videonya?"

"Hm... Saat ditegur dia tidak mau menghapusnya. Dia hanya mengedit wajah Junho oppa dan muridnya, hanya di blur. Tapi sudah terlambat, orang-orang sudah melihat wajah mereka dan tentu saja di sekolah orang-orang bergunjing."

"Lalu bagaimana akhirnya?"

"Nancy harus membayar denda karena mengunggah privasi orang lain. Tapi untuk apa itu? Hidup si anak yang dituduh tidur dengan gurunya tetap hancur. Tetap jadi bahan gunjingan sampai anak itu berencana untuk pindah sekolah," cerita Lisa dengan senyum getir di wajahnya. Karena video yang Nancy buat, si atlet voli sekolah kehilangan segalanya. Sama seperti dirinya yang kehilangan banyak hal karena video rekaman Victoria beberapa tahun lalu. "Sekarang, orang-orang mudah sekali memotong dan mengedit hidup orang lain. Membuat orang lain terlihat buruk karena memotong dan menyambung bagian yang sama sekali tidak berhubungan. Aku bisa mengerti kalau Junho oppa sangat marah pada Nancy. Aneh, ya?"

"Dia tersangka-"

"Oppa tidak tahu tentang praduga tak bersalah? Sampai dia benar-benar terbukti bersalah, dia bukan pelakunya," potong Lisa. "Tapi wajar saja kalau oppa mencurigainya, bahkan aku yang temannya juga mencurigainya. Aku benar-benar khawatir sekarang. Bagaimana kalau temanku ternyata pelakunya? Bagaimana kalau aku harus melihatnya ditangkap? Dia jahat pada orang lain, tapi dia baik padaku. Sebagian diriku marah padanya, karena dia sangat mencurigakan. Tapi sebagian lainnya, aku tidak ingin mempercayainya, aku tidak ingin mempercayai hasil penyelidikannya. Temanku tidak mungkin melakukannya. Selama ini dia tidak begitu. Apa selama ini dia menipuku? Apa selama ini dia hanya berpura-pura? Apa kebaikannya padaku juga pura-pura? Semua perasaan itu mengangguku."

"Kenapa kau tidak pernah membicarakannya? Kau sangat tenang setiap kali kita membahas bukti-buktinya."

"Karena itu pekerjaan. Aku mungkin tidak bisa banyak membantu kalian, tapi setidaknya aku tidak boleh menganggu kalian dengan mengaburkan penyelidikannya. Kurasa begitu?" senyum Lisa, masih terasa getir di penglihatan Mino. "Kuharap begitu, tapi nyatanya bukan. Aku tidak akan diizinkan ikut menyelidiki kalau terlalu menunjukkan perasaanku. Jiyong oppa tidak akan menyukainya, kalau aku tidak bisa memisahkan masalah pribadiku dengan pekerjaan. Padahal dia yang selama ini tidak bisa memisahkannya. Dia selalu mencari-cari alasan untuk mengeluarkanku dari penyelidikan ini."

"Tapi tidak pernah benar-benar melakukannya," gumam Mino, membuat Lisa melirik pria itu lantas mengatakan kalau hatinya belum bisa melepaskan Jiyong.

"Oppa, aku tahu kau pernah melihatku bersama dengan Bobby dan menganggap kami berkencan. Jisoo bahkan bilang kalau kau melihatku berciuman dengan Bobby di toko. Cerita selalu cepat berkembang. Kau pasti merasa sangat terganggu, iya kan? Padahal aku berkali-kali memberitahumu kalau aku belum bisa melupakan seorang pria yang ku tinggalkan, karena itu aku menolakmu, berulang kali. Apa yang membuatmu marah sampai menghindariku beberapa waktu ini tidak benar. Aku tidak berkencan dengan Bobby."

"Aku tahu," angguk Lisa. "Kau berkencan dengan Jiyong hyung. Pernah dan mungkin akan berkencan lagi. Kau belum bisa melupakannya dan dia masih mencintaimu, tapi dia tidak berani melakukan apapun karena kesalahannya di masa lalu. Orang lain mungkin bisa memaafkan dan melupakan perselingkuhan. Cintaku akan membuatnya berubah, mereka akan berfikir begitu. Tapi kalian tidak. Kau tidak bisa memaafkannya, dia juga tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, benar 'kan? Aku kesal. Aku cemburu. Aku marah. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Bahkan setelah bertahun-tahun kau masih merindukannya," tutur Mino, seolah ia pernah mendengar semua pembicaraan pribadi Lisa juga Jiyong.

Mungkin orang lain bisa melihat kalau Lisa dan Jiyong pernah punya hubungan spesial. Tapi Lisa ingat ia tidak pernah memberikan detail kisahnya pada Mino. Meski Mino dekat dengan Hanbin, rasanya juga tidak mungkin Hanbin menceritakan kisahnya itu pada Mino. Bobby dan Junho? Rasanya mustahil Mino membicarakannya bersama kedua pria itu.

"Kenapa?" tanya Mino, sebab Lisa hanya diam, menebak-nebak darimana Mino tahu tentang detail perasaannya, juga perasaan Jiyong seolah ia sudah mendengar langsung semuanya. "Kau penasaran darimana aku tahu itu? Semuanya terlihat jelas, kalau kalian jauh lebih dekat dari sekedar partner kerja."

"Ah begitu?" tanya Lisa, masih ragu sebab meski ia kerap terlihat bersama dengan Jiyong, rasanya masih mustahil kalau orang-orang bisa melihat sebanyak yang Mino lihat. "Mungkin oppa terlalu memperhatikanku, sampai tahu semuanya tanpa perlu aku beritahu. Maaf, karena aku tidak bisa membalas perasaanmu," simpul Lisa, mengakhiri pembicaraan itu, lantas melarikan diri dengan mengatakan kalau ia harus pergi ke tokonya. Sesegera mungkin.

Jin sedang berdiri di balik rak buku ketika Lisa datang. Pria itu tengah membaca sebuah novel di sana, tersenyum pada Lisa yang baru saja datang, menyapanya lantas melanjutkan kembali aktivitasnya. "Lisa, aku sudah selesai bekerja hari ini," ucap Jin, sembari mengirim pesan pada Lisa kalau ia sudah pulang. Untuk menghitung gajinya di akhir minggu nanti.

"Ya, terimakasih banyak untuk kerja kerasmu hari ini," balas Lisa, tanpa membuka pesan yang Jin kirim ke ponselnya. "Kau akan langsung pulang?"

"Tidak, aku ingin menyelesaikan ini lebih dulu," balas Jin, menunjukan sebuah novel misteri karangan Sandra Brown di tangannya. "Aku akan ke sebelah, membeli kopi, kau mau?" tawarnya dan dengan santai Lisa menerima tawaran itu.

Melihat Jin melangkah pergi, dengan kepala tertunduk dan rambut yang tertutup hoodie, Lisa jadi mengingat pria yang sering menguntitnya beberapa waktu lalu. Ia ingat Jin di hari pertama mereka bertemu, saat Lisa tengah membaca buku dan Jin datang untuk buku yang Lisa baca itu. Sembari duduk di kursinya, Lisa memperhatikan Jin.

"Aku jadi penasaran kenapa Victoria belum datang ke sini, padahal sudah beberapa minggu kekasihnya bekerja di sini, Victoria masih hidup kan?" gumam Lisa, dengan jemari yang mulai menelusuri akun-akun pribadi Victoria. Mencari keberadaan wanita itu lewat postingan-postingannya di akun pribadinya. "Syukurlah, dia masih hidup," bisiknya kemudian, bersamaan dengan hadirnya kembali Jin di sana, membawa dua gelas kopi di tangannya lantas memberikan satu gelasnya untuk Lisa.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jin kemudian, sebab matanya menangkap foto Victoria di layar ponsel Lisa.

"Uhm... Apa aku masih harus berpura-pura tidak tahu?" tanya Lisa kemudian. "Kita punya hubungan yang sedikit rumit, iya kan? Kau tahu 'kan?"

"Hubungan dengan Victoria dan Detektif Kwon?"

"Hm... Mungkin juga lebih dari itu?"

"Kau akan melaporkanku? Pada kekasihmu?"

***

Life DisorderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang