MBN 37

4.6K 348 1
                                    

Hujan yang tiba-tiba mengguyur kota tanpa peringatan, membuat Dikta menghentikan motornya di depan ruko yang tak buka. Zoeya turun dari boncengan Dikta, melangkah cepat untuk berteduh di depan ruko itu. Bajunya basah, karena tak sengaja terguyur hujan saat mereka belum menemukan tempat pemberhentian.

Dikta menyusul gadis itu, memposisikan dirinya di samping Zoeya sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang banjir air hujan.

Dikta menoleh, memperhatikan Zoeya yang basah kuyup tanpa memakai jaket atau sekedar cardigan. Pria itu melirik tubuhnya sendiri, melihat jaket Stark yang di desain anti air sedang ia kenakan. Tanpa banyak berpikir, pria itu melepas jaketnya, lalu memberikannya pada Zoeya dengan cara dilempar.

Nyaris saja jaket kebanggan Dikta itu berakhir di lantai ruko, untung saja Zoeya sigap menahannya. Lagipula Dikta itu melemparkan jaket secara tiba-tiba, jadi Zoeya tak bersiap untuk menangkapnya. Zoeya kini menoleh ke arah Dikta, kemudian mulutnya mulai terbuka dan berkata, "Nggak usah, Dikta, lo pakai aja." Tangannya juga bergerak, menyodorkan benda di tangannya pada pemilik aslinya.

Dikta menggidikan bahunya, tampak tak peduli dengan ucapan Zoeya. "Lo aja, gue gerah," ucapnya.

Bullshit, Zoeya jelas tahu Dikta hanya mengucapkan omong kosong saja. Lagi pula mana mungkin Dikta merasa gerah, sekarang sedang hujan, dan suhu juga tak seperti Jakarta yang biasanya.

Memilih tak mau memusingkan, Zoeya kini mulai memasangkan jaket Dikta di tubuhnya. Kebetulan dia sedang kedinganan, dan Dikta juga tak mau memakainya. Jadilah, biarkan dia menghangatkan diri dengan jaket Stark kebanggaan Dikta.

Keduanya diam, tak mengeluarkan kata-kata dan memilih untuk memperhatikan air hujan yang turun menghujam dataran kota.

Suara deru knalpot motor yang memekakkan tiba-tiba menyapa telinga, kedua remaja itu seketika menoleh ke sisi barat, tepatnya ke arah sumber suara. Dikta langsung berdecak, bisa-bisanya orang-orang Avelon melewati daerah ini saat ada dirinya.

Dikta bergerak, dia mendekat ke arah Zoeya dan langsung menyembunyikan perempuan itu di belakang tubuhnya saat beberapa motor anggota Avelon berhenti di depan ruko. Ia tahu kebiasaan Avelon, mereka beberapa kali pernah melukai perempuan yang sedang bersama musuhnya hanya untuk membuat musuhnya kelabakan dan kehilangan konsentrasi saja.

Salah satu dari anggota Avelon membuka kaca helmnya, menatap Dikta kemudian berkata, "Mesin petarung Stark nggak berani terobos hujan ternyata."

Dikta tak menjawab, dia hanya bisa mengepalkan tangannya saja pertanda dia sedang tak suka.

"Wahh, cewek barunya, tuh, pacarnya Aji pasti sakit hati kalau lihat," ucap satu lainnya. Pria yang tak mengenakan pelindung kepala.

"Coba sini lihatin cewek lo, bisa kali kalau dibagi-bagi." Orang yang pertama berbicara kembali bersuara. Dia menggerak-gerakan kepalanya, berusaha melihat Zoeya yang Dikta tutupi dengan tubuhnya.

"Betul, tuh, cakep dan berkelas tinggi kayaknya," timpal satu lainnya. Orang yang sedang dibonceng pria yang tak mengenakan helm tadi.

"Elo juga udah rasain dia, kan, Leon? Kita-kita bisa kali kalau minta. Satu malam juga cukup buat kita," sahut satu lainnya.

Kepalan tangan Dikta semakin kuat, apalagi saat dia merasakan Zoeya yang meremas seragamnya di belakang. Mulut kotor Avelon, membuat Dikta rasanya ingin memotong mereka.

"Wah, marah, tuh, dia. Sini kalau berani hujan-hujanan. Takut demam kan lo?" ucap pria yang tadi bersuara ke dua. Perkataannya itu langsung disambut gelak tawa yang lainnya.

Kalau dihitung, anggota Avelon sekarang hanya ada tujuh, dan semuanya tak masuk anggota inti atau sekedar unggulan. Karena setiap ada perang Dikta tak pernah melihat mereka di baris depan. Pria itu sekarang melangkahkan kakinya, bergerak ke depan hendak menghabisi orang dengan mulut yang kurang ajar itu. Namun itu tertahan, karena Zoeya yang menarik seragamnya. Dikta diam sebentar, namun pada akhirnya dia tetap melangkah dengan tenaga yang lebih besar, membuat Zoeya tak lagi bisa menarik seragamnya.

Tubuhnya langsung basah karena guyuran hujan, rasa dingin sama sekali tak Dikta pedulikan. Keinginannya untuk menghajar anggota Avelon jauh lebih besar daripada dingin yang ia rasakan.

Anggota Avelon yang melihat Dikta mendekat, mulai membuka helm mereka, kemudian turun dari motor dengan senyum miring penuh kepercayaan diri.

"Berani juga ternyata. Nggak takut demam, Dek?" ucap salah satu dari mereka dengan nada mengejeknya.

"Cowok itu berantem pake tenaga, bukan mulut."

Bughh

Satu pukulan berhasil Dikta layangkan begitu ia merampungkan kalimatnya. Orang yang mendapatkan pukulan itu mundur beberapa langkah, sedangkan anggota lainnya yang melihat itu mulai menyerang Dikta. Tentunya keroyokan.

Dikta berlari semakin menerobos hujan, dia tak bisa bertarung kalau di sekitarnya banyak motor yang terparkir.

Bugghh

Pukulan keras berhasil Dikta dapatkan di ulu hatinya, membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan. Namun Dikta tak berhenti, dia kini menangkap kaki yang melayang padanya, lalu memutar kaki itu hingga pemiliknya memekik kesakitan. Setelahnya Dikta melempar orang yang kakinya ia putar ke arah temannya hingga mereka berdua ambruk menghantam jalanan yang sepi.

Dikta meloncat, menendang rahang musuhnya dengan kakinya, berlanjut menyikut musuh yang lainnya yang hendak memukulnya.

Pukulan demi pukulan Dikta dapatkan, namun dia juga tak kalah banyak memukul tiap musuhnya. Tiga diantara mereka telah tumbang, hingga kini hanya tersisa empat orang saja.

Bughh

Dikta limbung saat tempurung kepalanya baru saja dihantam helm dari belakang. Pria itu menggeleng, berusaha menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

Dikta terkepung empat orang, namun dia bukanlah petarung pemula. Pria itu melompat, melancarkan aksi pamungkasnya pada dua orang sekaligus.

Suara klakson terdengar, disusul dengan suara pintu mobil yang dibanting keras. Mereka melihat ke arah sumber suara, dan orang-orang dari Avelon langsung menelan ludah begitu melihat siapa yang datang. Sedangkan Dikta tak bereaksi apa-apa, dia hanya menatap datar pada orang yang baru saja tiba dan kini telah langsung melumpuhkan satu orang.

"Zoya, masuk mobil sekarang!" Orang itu berteriak, dia menyadari kehadiran Zoeya yang sejak tadi memperhatikan pertarungan Dikta.

"Nggak usah nolak, Leon juga pasti ngijinin!" teriak orang yang sama begitu dia melihat Zoeya yang seperti enggan bergerak.

"Gue bisa--"

"Ijinin, Leon!" tekan orang itu saat menyadari Dikta akan menolak.

Meski setengah hati, namun Dikta sekarang berteriak, menyuruh Zoeya untuk masuk ke dalam mobil seperti kata orang yang baru datang.

Zoeya menurut, meski ragu-ragu gadis itu mulai menggerakan kakinya, menerobos hujan dan memasuki mobil di kursi penumpang.

Mobil itu melaju, membuat Dikta membulatkan matanya. Hey, ia siapa yang membawa tetangganya!

"Anak Stark! Nggak usah panik!" Seakan mengetahui isi pikiran Dikta, orang yang baru datang itu bersuara. "Lo masih di tengah pertarungan! Fokus!"

Benar, pertarungan masih belum berakhir. Anggota Avelon masih ada yang belum tumbang, terlebih dua dari tiga orang yang semula Dikta kalahkan sekarang telah bangkit lagi. Kembali menyerang membantu teman mereka yang terpojok karena kedatangan seseorang. Tapi percuma, kekuatan Dikta saja sudah mampu membuat mereka kewalahan, apalagi ditambah wakil ketua dari Stark yang saat ini tersenyum miring siap menghabisi mereka.

----🛹🛹🛹----

Yey, gyludh.
Tarung di tengah hujan, drama banget nggak, sih, mereka itu? Padahal bisa gitu bertengkarnya pas cuasa cerah biar lebih keren, eh malah milih pas hujan-hujan. Avelon juga aneh banget, udah gede masih aja naik motor sambil hujan-hujanan. Hadeuh, kalah kan mereka. Pasti kalah, sih, ada Pak Wakil Ketuanya Alan soalnya. Wahahahahha. Kasihan, deh, Avelon.
Kritik, saran, vote, dan komentar selalu aku nantikan, ayang-nim!

22.07.2021

----TBC----

My Bad Neighbor (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang