Harus kalian ingat untuk tidak mudah percaya kepada manusia, apalagi teknologi yang sejatinya juga hasil produksi tangan manusia.
Secanggih apapun itu. Kesalahan kerap terjadi.
Makadari itu mulai lah untuk tidak terlalu bergantung pada benda terkait teknologi.Termasuk perkiraan cuaca.
Salah satu situs prediksi kepercayaan Jihoon telah mengkhianatinya.
Jihoon menatap lesu jendela kelas nya, menumpukan berat kepala nya pada kaca bening yang semakin ber-embun.
Cuaca cerah apanya
"Galau ji?"
Jihoon menoleh menatap seseorang mendekat ke meja nya membawa dua Americano, tersenyum sebagai salam sapaan.
Menggerakkan dagu nya menunjuk kursi di seberang sebagai kode yang untung langsung dipahami. "kemana aja Lo buset"
Manik kedua nya bertemu, Jihoon menaikan alisnya bingung menunggu jawaban.
"Sibuk gue mah"
"Idiihh gaya Lo" cibir Jihoon.
"Masih suka Americano kan?" Tanya nya menyodorkan minuman hangat itu pada Jihoon dan tanpa segan di terima dengan ikhlas.
"Of course"
"Kalo gue?"
setelah beberapa menit terdiam Jihoon merengut. "Anjing Lo Cheol"
"Makin lemes aja tu bibir"
Sudah terhitung sebulan dua sejoli ini tidak saling menunjukkan kedekatan dihadapan publik, terakhir mereka bertemu saat Jihoon bilang akan mengakhiri hubungan kedua nya.
Iya, Choi Seungcheol. Mantan Jihoon.
Garis bawahi kata mantan.
Sebenarnya dalam menjalin kasih pun mereka tidak pernah serius, diawali Seungcheol yang pengen bikin mantan nya -yang lain- cemburu dan Jihoon yang gabut tertarik karena diiming-imingi traktiran sebanyak yang Jihoon mau.
Ini berbeda dengan menjual diri, ara?
Makanya begitu hubungan kedua nya berakhir tidak ada musuh musuhan seperti tidak pernah mengenal satu sama lain. Toh, Jihoon tau sahabatnya ini masih menyukai mantan sebelum nya.
"Gimana sama si itu?" Tanya Jihoon memecah keheningan.
Kepercayaan diri Seungcheol muncul, sangat lucu saat ia terlihat kesusahan mengeluarkan ponsel nya disaat tangan nya tremor.
"Lo gak bakal percaya ini Ji!"
Ia mendial nomor seseorang.
Kedua nya menunggu panggilan tersambung.
Klik.
"Halo sayang?"
Tutt-
Seungcheol mematikan panggilnya disertai alis mata nya yang bergerak narik turun, sedangkan jihoon masih menganga.
"Starbucks ya!"
"Yee gak berubah, ntar dah ntar gue ajak Jeonghan sekalian kenalan sama Lo, Temen nya juga banyak yang cakep loh ji"
"So?"
"Gak mau cari pengganti gue apa? Gamon ya lu"
Kemudian kedua nya tertawa bersama. Melanjutkan banyak pembahasan menarik sampai akhirnya seseorang datang menghentikan kegiatan keduanya.
"Jun?"
•••
"Gue lagi belajar masak bibimbap cobain dah Ji" Jun mengarahkan satu sendok bibimbap kearah Jihoon. Tak lupa sebelah tangan nya yang siaga dibawah menampung agar makanannya tidak jatuh.
Hujan masih mengguyur kota Seoul dan untungnya Jun tadi datang menjemput Jihoon sebelum deras nya air langit itu semakin memberontak turun bagai badai.
Tidak bisa dibayangkan jika harus jauh dari kasur disaat hujan hujan begini.
Oke kembali lagi ke sepasang roommate yang malah adu mulut.
"Aman gak?" Selidik jihoon curiga pada isi sendok di depan mulut nya.
"Gak tau makanya gue suruh coba"
"Kok berasa tumbal ya gamau ahh"
"Ji.. please kalo enak kan gue mau buka resto"
"Cita cita Lo kan artis"
"emang artis gaboleh punya resto?"
"Lo tu Kebanyakan cita cita"
"Jadi gamau bantuin Jun-ie tampan ungg?"
Sudah tidak awam lagi melihat Jun yang aegyo dengan wajah mengerikan, dari semua makhluk di bumi cuma Jun yang pd dan bangga melakukan hal yang -sok- imut.
Dan kegiatan itu tidak akan berhenti sampai jihoon menuruti kemauan Jun.
Jihoon membuka mulut membiarkan bibimbap itu masuk dalam rongga mulut, sampai makanan berbahan utama nasi itu melewati tenggorokan nya barulah jihoon melotot.
"Uhukk! ASIN BANGET ANJENG!"
Melihat Jihoon yang kesusahan memuntahkan makanan, pemuda yang masih mengenakan apron ikutan kalang kabut dan malah memberikan segelas air.
•CHOI BUCIN SEUNGCHEOL
•22 TAHUN
•KETUA UKM
KAMU SEDANG MEMBACA
PICKPOCKET
Fanfiction"Kalo jadi maling bisa bikin tajir ngapain cape cape kerja" -🐯