♥31

130 16 0
                                    

Setelah hari hari berlalu kini tiba saatnya, hari dimana Soonyoung melepas pijakan pada negara ginseng demi menuntut masa depan nya di negeri sakura.

Tidak ada lagi bantahan atau penolakan, ia ambil jalan yang telah disediakan.

Ditemani sang ibunda dan ayah nya Soonyoung duduk sambil memikirkan hal hal apa saja yang bisa dia lakukan, bisakah menjadi pencuri disana?

Tidak, jangan. Saat ini dia ingin sebuah keinginan yang bisa memperbaiki diri muncul.

"Soonyoung"

Kepala anak itu menengadah, bersamaan kepala nya yang elus perlahan. "Kenapa, pa?"

"Maaf"

"....Papa yang merusak masa depan kamu, sekarang papa mau tanggung jawab.. papa siapin ini semua untuk kemudahan kamu. Dan tolong Soonyoung lakukan dengan baik biar papa gak merasa bersalah."

"Ini semua juga akarnya dari Sooyoung, papa jangan ngerasa-"

"Saya tau apa yang kamu lakukan selama ini"

Sebelumnya

Pagi pagi sekali saat Jihoon baru terbangun karena pintu kamar nya– oh tidak, ini dirumah Soonyoung.

Buru buru dia menepuk pipi nya mengumpulkan sisa nyawa, lalu melompat membuka pintu.

"Baru bangun, ya?" tanya sang pemilik rumah.

Dengan kikuk Jihoon menggaruk tengkuknya. "Hehe iya om"

Terlihat sosok pria tegap itu mengangguk, tatapan mata yang lunak namun masih tetap terlihat tajam diiringi senyum tipis membuat Jihoon terkesima. "Mau minum teh?"

Dan setelahnya dua orang itu saling berbincang tentang banyak hal, banyak hal yang dimaksud itu kebanyakan tentang Soonyoung. Dari pembicaraan ini Jihoon sedikit heran, sebegitu asing kah diri Soonyoung dirumahnya sendiri sampai orang tua nya saja harus tau fakta sang anak dari orang lain.

"Jadi dia berbuat seperti itu?"

Habislah Jihoon, mungkin ia terlalu larut sampai hampir semua yang dia tau sudah bocor.

"Jangan bilang Soonyoung ya, Om kalau Jihoon yang kasi tau" mohon Jihoon.

Iya tentang aksi Soonyoung, kelakuan kriminal pemuda itu sampai ekhem kedekatan nya.

Jihoon tidak bermaksud,sungguh. Mulut nya hanya terus bercerita tanpa didampingi sang otak yang mengontrol.

Tak ayal untuk Soonyoung diam seribu bahasa saat sudah tertangkap basah begini, Jihoon Jihoon...

"Jangan gitu lagi, ya" ujar yang lebih tua, kemudian bangkit sesaat setelah suara operator menginterupsi jadwal penerbangan Soonyoung.

••••

Jihoon sedang kesusahan melewati khalayak antrian saat masuk ke bandara. Meski di awal dia ogah datang namun Soonyoung meminta, salam perpisahan katanya.

Kalau takdir baik, pertemuan pasti terjadi kembali dan Soonyoung bisa mengejar harapannya.

Kalau tidak, entahlah skenario tuhan itu tidak bisa diprediksi.

Akhirnya Jihoon mencoba menghubungi Soonyoung.

—•—

Ponsel Soonyoung bergetar, ia terpaksa melepaskan pelukannya pada sang ibunda.

"Jihoon.. gue kesana"

"Harusnya kan gue yang datengin Lo ogeb" cerca Jihoon pada pemuda Kwon yang baru sampai dihadapan nya.

"Gapapa kalo buat Uji mah rela gue"

"Idih gokil, baru berani ngomong gitu pas Lo mau pergi"

Soonyoung tertawa meledek, entah apa maksudnya tiba tiba begitu, lalu pandangan nya mengarah ke mini Tote bag yang dibawa si mungil. "Buat gue?"

Mata Jihoon ikut melihat ke tangan nya. "Oh, itu tadi ada yang jual karena lucu gue beli, napa? Lo mau?"

Bukannya menjawab Soonyoung justru tertawa lalu membawa makhluk mungil itu dalam pelukannya erat sampai menutup pandangan Jihoon.
"Kalo kamu kaya gini ke orang lain nanti banyak yang suka loh, ji"

"Kalo kamu kaya gini ke orang lain nanti banyak yang suka loh, ji"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"terus?" Balas Jihoon pelan.

"Aku gak mau nanti banyak yang suka sama kamu, kan makin susah peluang nya"

"Wow you're so cringe, tau ah lepas soon"

Sooyoung mengendurkan pelukan nya beralih menjadi memegangi kedua bahu sempit milik Jihoon, meminta lawan bicara untuk beradu tatap.

"Inget janji Lo"

Jihoon mengangguk paham. "Setiap natal, di pusat kota"

"Pinter, gak sia sia di kasi makan nasi" mata Jihoon merotasi malas, kumat lagi ni orang. "Sama terakhir nih,ji" lanjut Soonyoung melirik arloji nya.

Cup, secepat kilat setelah mendarat kan bibir pada kening mulus Jihoon, Soonyoung berlari menyambar Tote bag dan hilang dari pandangan sebelum Jihoon sadar dari keterkejutannya.

Aksi itu tak luput disaksikan oleh sepasang suami istri yang menunggui anak nya yang bilang izin ke toilet, tanpa sepengetahuan mereka. Iya, Papa dan Mama nya Soonyoung.

Mereka lihat itu.

PICKPOCKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang