Seorang perawat membuka pintu, mata nya mengarah pada Jihoon. Mempersilahkan si manis masuk. Ini aneh, perasaan ini berbeda dengan sebelumnya.
Persetanan, dengan binar haru Jihoon berteriak memanggil Nenek nya. Mata sayu itu hidup saat melihat kearahnya. Tanpa bangkit dari tidur bibir sang wanita tersenyum simpul menanti Jihoon menghampiri.
"Ada yang sakit? Udah gapapa kan? Makasih udah berjuang, jangan sakit lagi" Jihoon terus bicara membiarkan air mata membanjiri pipi nya.
Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut si wanita, hanya anggukan sedikit. Tangan nya direntangkan memberi akses Jihoon masuk dalam pelukan.
Hanya sebentar, Jihoon memeluk sambil terus menciumi pipi nya. Tiba tiba, darah kembali mengalir dari hidung dan mengenai pipi Jihoon yang bersentuhan wajahnya. Suara yang tadi terdengar teratur seketika lenyap berganti menjadi irama tak beraturan, dan yang tertinggal hanya bunyi nyaring memekakkan telinga.
Bibir Jihoon bergetar. "A-apa alat nya rusak? Kenapa garis nya lurus?" Ucapnya terbata bata menahan tangis.
Seorang laki laki berkacamata memegang pergelangan tangan Nenek nya yang sudah tergolek lemas melepaskan pelukan Jihoon, sebuah gelengan mengisyaratkan tentang kenyataan yang harus Jihoon terima.
Pikiran buruk telah menguasai Jihoon.
"Saya minta maaf dan sangat berduka" ujar Dokter mewakilkan perawat lain yang terus menunduk.
Tidak mungkin.
Wajah Jihoon menengadah memandang Dokter dengan tatapan meremehkan. "Kenapa ngomong nya gitu?!" Yang justru mengundang isak tangis nya sendiri.
Kembali Jihoon meneriakan Nenek nya, meminta wanita itu bangun barang sebentar menunjukan kalau dia belum pergi, mengguncang tubuh rentan yang terlihat tak bernyawa.
"Dia gak sakit lagi" ujar Jihoon tersedu-sedu. Menundukkan kepala nya dalam. Bahu yang bergetar hebat itu bagaimana perasaan Jihoon yang bercampur aduk membuncah begitu saja.
Soonyoung yang baru di izinkan masuk menyapu pandangan ke sisi bangsal pilu. Ia berjalan mendekat.
Grebb
Sebelum akhirnya menarik tubuh Jihoon hingga jatuh dalam pelukannya.
"Menangislah" bisik Soonyoung.
Jihoon membalas pelukan Soonyoung erat, membenamkan wajahnya pada dada lelaki itu. Tangis nya pecah, meraung histeris menumpahkan segala kesedihan.
Pemuda itu menangis kencang didada Soonyoung, ia tidak mampu menahan gelenyar menyesakkan dalam tubuhnya. Ini menyakitkan.
“Hidup itu gak bisa diprediksi, kadangkala Tuhan menciptakan skenario buruk bagi umat nya untuk menyadarkan mereka agar kembali pada nya.....’’ -LJH
•••
Hujan turun membasahi bumi, Menghapus debu menoreh luka. Udara terasa dingin padahal sudah memasuki musim panas. Tetesan air jatuh diiringi kesedihan. Langit langit sangat berisik ditambah gemuruh suara guruh yang memekakkan telinga.Tetap kesunyian lah yang Jihoon rasa.
Orang orang berbaju hitam yang datang melayat memandang anak itu dengan iba.
Duduk termenung didepan foto yang dihiasi bunga dan banyak lilin, tidak lagi memanggil, tidak lagi menangis.Semua orang pernah merasakan yang namanya kehilangan, pernah terjatuh pada titik terendah dalam kehidupan, lelah dan ingin menyerah–
"Yang sabar ya, Ji" suara Mingyu, Wonwoo menghampiri dan memberi pelukan hangat pada sahabatnya.
Johnny dan Ten juga ikut mengerubungi Jihoon, menemani anak itu agar tidak terlarut dalam kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PICKPOCKET
Fanfic"Kalo jadi maling bisa bikin tajir ngapain cape cape kerja" -🐯