12♡

120 20 0
                                    

"jadi alasan Lo ngajak gue ketemu?"

"Kangen"

"Jijik, buruan ah gue sibuk"

"Lo beneran mau jadi temen gue kan?"

Netra kedua nya beradu, menelisik satu sama lain. Soonyoung mengharapkan jawaban dan Jihoon mencerna keadaan.

Bukan nya gimana, tatapan Soonyoung agak..

Memelas? Entahlah.. tapi Jihoon gugup.

"Sebelum nya gue mau tanya, sejahat apa gue menurut Lo?" Tanya Soonyoung lagi.

Alih alih menjawab Jihoon justru kelimpungan mencari kata yang pas. Ini adalah hal pertama yang harus Jihoon pikirkan matang matang sebelum berucap.

Jadi mulut ayo bekerja sama.

"Sejauh ini gue masih was was kalo deket Lo, meski tau latar belakang tapi first impression selalu gue nilai dari awal pertemuan kita."

"Cuma itu?"

Serius begitukah tanggapan Soonyoung, apa masih kurang jahat kah dirinya sebagaimana yang Jihoon deskripsi kan.

"Gue lebih jahat dari itu Ji"

"Sangat"

"Makanya gue mau Lo pikir dua kali untuk temenan sama gue"

"Gue gak larang Lo, tapi sebelum terlambat Lo harus tau gue siapa"

"Bukan pula sok jual mahal, gue gak mau nanti nya Lo menyesal"

Keadaan caffe ramai seperti biasa tapi atmosfir yang terbangun diantara keduanya seakan melenyapkan kebisingan yang ada.

Terutama bagi Jihoon.

Lagi lagi dihadapkan pada pilihan.

Mata nya bergerak kesana kemari,  Kalau Jihoon bilang menolak mengetahui siapa Soonyoung, apakah artinya mereka tidak bisa bertemu lagi?

"Kenapa diam?" Seru Soonyoung menyadarkan Jihoon.

Soonyoung mengangguk terkekeh kecil akan kebingungan Jihoon.

"Jangan kaget, tapi setelah tau ini Lo mau jauhin gue terserah"

Handphone yang Soonyoung berikan pada Jihoon diterima, sebuah blog artikel yang semalam Soonyoung buka sekarang Jihoon pun mengekplorasi nya.

Kening Jihoon berkerut heran.
Mata nya memicing membaca judul artikel.

3 SISWA SMA MENINGGAL MENGENASKAN MENEROBOS PEMBATAS JALAN.
Namyangju-si, Korea Selatan 2018

Bergilir kebawah sebuah bukti foto dimana mobil sport yang di bagian depan mobil condong seperti siap terjun tertahan, remuk dan hampir terlihat seperti rongsokan.

Meringis Jihoon melihat nya.

3 pemuda dibawah umur yang berkebutan didaerah namyangju-si harus mengakhiri hidup mereka setelah menabrak pembatas jalan. Diduga salah seorang korban yang tidak dapat ditemukan jasad nya dikarenakan terlempar ke keluar mobil dan berakhir terjerumus dalam jurang.

Tim SAR masih terus mencari namun untuk saat ini belum ada kepastian lanjut mengenai kasus terkait.

Kira kira seperti itulah ringkasan beritanya.

Mata tajam Soonyoung terlihat menyendu, berkaca kaca , ini untuk yang kedua kali nya bagi Jihoon.

"Lantas?"

"Itu gue"

Reflek Jihoon menutup mulut, "tapi disini dijelaskan semua nya-" Jihoon tidak jadi melanjutkan karna Soonyoung sudah memotong ucapannya.

"Salah satu kesalahan gue saat itu adalah mengira nakal itu keren, gue terbawa suasana sampai mengakibatkan kecelakaan yang buat gue kehilangan dua sahabat gue"

Dan lagi, Jihoon mendapat maksud dimana saat Soonyoung mengatakan dia tidak bisa meminta maaf pada orang yang tidak dia temui -lagi-.

"Gue selamat, tapi dua temen gue enggak. Banyak saksi yang lihat, tapi Orang tua gue bayar Jurnalis dan awak media untuk nutup rapat identitas gue dalam kasus ini."

Yaitu menyebutkan bahwasanya korban yang tidak diketahui alias Soonyoung juga ikut meninggal.

Berangsur kedua keluarga korban dari teman Soonyoung memang sudah mengikhlaskan dan menerima.

Tapi untuk Soonyoung sendiri?

Dimana dengan mata kepala dia menyaksikan teman nya mati oleh ulah nya.

Soonyoung dihantui rasa bersalah.

"Gue pembunuh,Ji", lirih nya.

Jihoon yang melihat raut ketakutan Soonyoung lantas mendekat kan diri, menarik pria yang lebih besar dalam pelukannya.

Tidak peduli jika pengunjung lain akan menatap aneh kearahnya.

Sebut saja Jihoon lancang, tapi tidak bisa dipungkiri kalau saat ini Soonyoung seperti tengah membagi rasa sakit nya.

Jihoon hanya mencoba membantu..

Ia pikir Soonyoung akan menolak tapi justru pemuda Kwon itu membalas pelukannya, membenamkan wajah pada ceruk leher Jihoon.

"Lo bakal pergi Ji?" Bisik nya.

Jihoon menepuk pelan punggung Soonyoung. tidak ada jawaban yang keluar maupun respon seperti gelengan atau anggukan.

"Masa lalu gue emang gak termaafkan, gue pantes dapat ini semua"

PICKPOCKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang