6. Balas budi

3.1K 181 5
                                        

Sinar mentari sangat terik di pagi hari, tak membiarkan siapapun insan manusia terlelap walau sekejap. Semua orang sibuk berlalu-lalang mengais kehidupan yang lebih baik lagi.

Tetapi, keceriaan mentari sepertinya sama sekali tak menular kepada keluarga kecil Violeta. Meja makan benar-benar hening, atau lebih ke arah mencekam. Gadis itu berusaha mati-matian tak menyunggingkan apapun yang menyebutkan ibunya marah-marah di pagi hari.

"Ibu mau berangkat kerja. Bapak kamu urus dulu itu. Siapin obatnya."

Leta langsung mengangkat kepalanya. "Ibu, obat bapak udah abis. Dari kemarin bahkan. Juga ... bukannya bapak jadwal check-up ke rumah sakit."

Leta terlonjak kaget ketika ibunya menggebrak meja dengan sangat keras. Mata wanita itu menghunus tajam ke arah Leta membuat gadis itu merutuki ucapannya.

"Check-up kamu bilang? Buat makan aja kita susah! Nggak usah ngurusin orang yang nggak bakal sembuh, Leta! Nggak guna!"

"Tapi, Bu ... gaji ibu pasti cukup buat bawa bapak ke dokter. Kasian ba-"

Sekali lagi Leta terlonjak ketika ibunya membanting piring hingga pecah berkeping-keping. Gadis itu menundukkan kepalanya ketakutan. Ibunya tak pernah main-main dengan emosinya.

Kepala Leta mendongak ketika ibunya mencengkeram pipinya dengan tangan wanita itu dengan kuat. "Sekali lagi kamu bicara tentang bapakmu, jangan harap kamu hidup tenang di rumah ini! Ngerti kamu!"

Leta buru-buru menganggukkan kepalanya sebelum sesuatu hal yang lebih parah terjadi pada dirinya. Gadis itu meringis ketika ibunya menghempaskan wajahnya dengan kasar.

Kenapa selalu seperti ini?!

-oOo-

"Tolong! Tolong!"

Seorang wanita paruh baya berteriak kencang ketika pencopet mengambil tasnya.

Leta hendak menolong wanita tersebut sebelum seseorang laki-laki yang sangat familiar berlari mengejar pencuri.

"Ibu tenang, ya. Teman saya masih ambilin tas ibu."

Wanita itu beralih ke arah gadis perempuan. Tanpa sadar tangannya terulur mengusap wajah gadis tersebut.

"Siapa namamu, Nak?"

"Vi—"

"Ini Bu tasnya."

Dengan nafas tersengal-sengal, Altas menyerahkan tas yang tadi sempat dibawa pencuri kabur. "Lain kali hati-hati, Bu. Kejahatan ada di mana-mana."

"Makasih, ya, Nak. Siapa nama kamu?"

"Altas, Bu." Altas melirik ke arah Leta yang berada di samping wanita itu. "Kalo gitu, Altas pamit duluan ya, Bu. Takut terlambat."

"Saya juga pamit, ya, Bu. Permisi."

Violeta mengejar Altas yang hendak menaiki motornya. Gadis itu langsung memegang tangan Altas, membuat laki-laki itu berdecak.

"Kening Altas berdarah." Leta menarik tangan Altas membuat laki-laki itu terpaksa turun dari motornya. "Cepetan kalo jalan!"

"Apa urusannya sama lo?!"

Leta tak menjawab. Gadis itu mengeluarkan kotak obat dan mencari-cari keberadaan sebuah alkohol.

"Tahan sebentar, ya. Kalo Leta kekencengan nekannya, Altas bilang."

AKARA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang