18. A long night

2.6K 145 42
                                    

Hello readers!!! Im comeback ....
Jangan lupa VCSHARE, okey.

Komwel² jga nggk papa.

Tiati nanti ngumpat

نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ

Happy Reading







Altas menatap layar televisi yang menyala dengan tatapan tak minat. Semenjak kejadian di restoran, dirinya sama sekali belum pernah bertemu dengan Violeta. Bahkan sejak kejadian itu, dirinya sudah tak lagi pulang ke rumah.

Dirinya tinggal di apartement milik Papanya yang sudah tak lagi ditinggali. Sebenarnya merepotkan, khususnya untuk ibunya, Aretha. Ibunya rela bolak-balik hanya untuk memastikan Altas makan dengan benar.

Ketika dirinya akan memasukkan sebuah keripik ke mulutnya, bel apartemen dibunyikan dengan nada tidak sabar. Itu bukan ibunya, karena ibunya biasanya masuk tanpa harus memberikan kode untuk membukanya.

Berdecak, akhirnya Altas meraih kaos putih polos yang belum ia pakai selepas dirinya mandi.

"Sialan!"

Altas langsung mundur beberapa langkah ketika dirinya baru saja membuka pintu apartemen langsung dihadiahi sebuah bogeman mentah.

"Mau lo apa, hah?!" Altas menatap nyalang ke arah Agam, kemudian mengembalikan tinjuannya ke Agam. "Lo makin lama makin sok jagoan! Jangan lo kira karena kita sahabatan gue nggak bisa bunuh lo, Gam!"

"Bacot!" ucap Agam kemudian mendorong Altas dan langsung masuk ke unit apartemen laki-laki itu.

"Mau lo apa, anjing!"

Altas benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Agam. Laki-laki itu dengan santainya membuka kulkas dan langsung menenggak habis minuman dingin tersebut.

Altas mengambil sebuah vas, kemudian melemparnya ke arah gelas yang tepat berada di samping Agam hingga pecah tak berbentuk.

"Sialan lo!"

"Gue bisa bunuh lo hari ini juga, Gam. Lo kenapa tiba-tiba nonjok gue tanpa alasan, hah!"

"Gue bukan lo yang ngelakuin segala sesuatu tanpa berpikir."

Agam duduk di sofa disusul Altas yang mengekor laki-laki yang tidak mempunyai sopan santun di apartemennya.

"Maksud lo cabut beasiswa Violeta apa, Al? Dia nggak punya uang buat biayain semuanya."

"Apa urusannya sama gue?" tanya Altas datar. Laki-laki ini benar-benar gila!

"Nggak ada. Tapi itu ada urusannya sama gue," ucap Agam sembari menyorot mata Altas dengan tajam.

"So ... buktikan kalo lo cinta sama dia. Gue baik, 'kan? Ngasih kesempatan buat lo deket sama dia."

"Lo yang bakal bilang itu suatu saat nanti ke gue." Agam bangkit dari duduknya, kemudian menepuk bahu Altas. "Jangan cepet simpulin sesuatu yang belum tentu sesuai sama sudut pandang lo."

"Oh, ya. Ini undangan buat besok malam. Di hotel biasanya. Anggep aja tonjokan tadi bayaran buat ongkos gue." Agam terkekeh. "Gue pamit."

"Sialan! Meskipun nggak lo kasih undangan, bokap gue punya akses, bodoh!"

"I know ... but playing a little is fun." Sebelum Agam benar-benar keluar dari apartemen, laki-laki itu kembali masuk untuk mengucapkan sebuah kalimat yang tak ingin Altas dengar. "Oh, ya. Siapin diri buat ketemu calon pacar, lo. Violeta."

AKARA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang