29. Kenapa di sini?

2.2K 130 55
                                    

"Gimana ceritanya gue ketinggalan info tentang Altas?! Lo nggak becus banget cari berita!" Olivia menggebrak meja dengan sangat keras, membuat kedua sahabatnya dengan seseorang langsung terlonjak kaget.

"Lo satu sekolah sama dia, kenapa nggak curiga?"

"Lo mulai berani, ya!" Olivia mencengkeram rahang temannya dengan sangat erat dan mata menyala. "Gue bayar lo buat ngintai Altas, bukan ngasih info nggak akurat! Nggak inget nyawa ibu lo di tangan gue, hah?!"

"Apa perlu gue cabut semua fasilitas biar ibu lo mati karena penyakitnya itu!"

"Jangan, Liv .... Gue nggak punya siapa-siapa lagi."

"Good job, bitch!" Olivia menghempaskan rahang temannya, kemudian mendorong bahu perempuan itu hingga kepalanya terbentur meja.

Tunggu pembalasan gue, Vi!


-oOo-



Olivia mengendarainya mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Antara takut dan gelisah kini mendominasi dirinya. Takut ketika ibunya mengetahui apa yang ia perbuat selama ini, dan gelisah ketika ia sampai di rumah ternyata ibunya masih terjaga.

Bagaimana tidak takut ketika dirinya masih berkeliaran di jalan tepat ketika jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Sialan! Jika bukan karena teman-temannya yang tidak berguna itu, pasti ia tak akan menanggung hal semacam ini.

"Kenapa gue lupa nggak pake softlens sekarang, sih!"

Olivia berdecak sembari tangannya terus mengucek matanya yang memburam. Mata Olivia membulat ketika dari pertigaan sebuah mobil taksi melintas di pertigaan, membuat Olivia langsung memutar stir dan menabrak sebuah tiang listrik dengan sangat kencang.

Yang terakhir ia lihat, seseorang menghambur ke arahnya dan kemudian semua hilang tereenggut oleh kegelapan.

-oOo-


Gendang telinga Altas langsung disuguhkan dengan dentuman musik keras ketika kakinya baru saja menapaki kelab malam di daerah Jakarta. Tanpa menunggu waktu lama, Altas langsung menuju ke arah bar kemudian memesan minuman ke arah bartender yang sedang menggoda seseorang wanita berpakaian minim.

"Hallo, dude! Any problem?"

Altas berdehem, kemudian langsung memesan minum tanpa berniat menjawab. "Alkohol paling tinggi."

"Wow! Kami tidak bisa langsung memberikannya, apalagi aku baru saja melihatmu di tempat ini."

"Pembeli adalah raja," jawab Altas.

"Dan kami sebagai pelayan menjamin keselamatan sang raja."

"Sialan!"

Altas memperhatikan dari ekor matanya jika seseorang wanita yang ia lihat pertama kali mendekat ke arahnya. Dengan gaya menggoda, wanita itu menyodorkan sebuah gelas ke arahnya.

"Want to share? With a high enough rate."

Altas tersenyum miring, kemudian mengambil gelas yang disodorkan wanita tersebut.

"Thank you."

"You're welcome, handsome."

AKARA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang