1. Ditolak

7.5K 297 6
                                    

"Yah ... lepas lagi."

Gadis dengan kuncir kuda itu menatap nanar ke arah sepatunya yang sudah terlepas. Padahal, kemarin sudah ia lem dengan benar.

Kiasatina Violeta.

Perempuan bertubuh mungil dengan Intelligence Quotients (IQ) yang di atas rata-rata. Dirinya terlahir sebagai anak orang miskin, tapi hal tersebut tak mematahkan semangatnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik lagi.

"Kasian ... jebol ya sepatunya."

Vio mendongak. Ah ... tikus parit kembali mengganggunya. Si tukang reseh, serta pembully sekarang berdiri di depannya.

"Anak miskin, nggak seharusnya sekolah di sini."

Olivia Vimala.

Si ratu geng, yang sangat-sangat berkuasa di Nevada. Oh, dan jangan lupakan kedua dayang-dayangnya. Risa dan Kallya.

"Di sini, hanya untuk anak-anak yang berkecukupan. Nggak kayak lo. Kurang apa guys?"

"Kurang aset!" jawab Risa dan Kallya.

Vio tersenyum samar ke arah mereka bertiga. Mereka memang benar-benar kurang kerjaan.

"Owh ... Nevada hanya untuk orang-orang berkecukupan? Kebanyakan aset, tapi otak nggak ada, ya? Kayak kalian," jawab Vio sambil tersenyum manis. "Kalo gitu ... percuma pemilik sekolah ini bangun bagus-bagus bangunan ini. Buat para sampah!"

Vio berlalu dari tempat si ratu gila itu. Tetapi sesampainya dirinya berada di parkiran, tangannya kembali ditarik oleh geng tersebut.

"Tangan lo! Najis!"

Olivia mslototkan matanya kesal. Gadis itu mendorong tubuh Vio membuat gadis itu hampir terjungkal. Oh ... drama kembali di mulai. Entah bagaimana jadinya malah si paduka ratu bisa terjatuh sekarang.

"Lo itu, ya! Jangan main fisik!"

Vio mengernyitkan alisnya bingung. Sejak kapan dirinya main fisik?

"Dasar! Sok-sokan aja muka polos, kelakuan bejat kayak gitu!" jawab Kallya.

Oh ... dirinya paham sekarang. Sekelompok para cogan melintas di hadapan mereka. Ah, lebih tepatnya boya. Laki-laki dengan nama panggilan A.

Akhtar, Aksa, Agam. Ah dan jangan lupakan sang kutub utara pujaan Nevada, Realtas.

"Lo ngapain Vi? Duduk di tempat kotor kayak gitu?" tanya Agam heran. "Bukannya lo ratunya lebay, ya. Alay."

Agam Albirru.

Laki-laki yang memiliki mulut ceplas-ceplos tanpa filter. Tak mempunyai urat malu, tapi sayangnya dengan wajah yang benar-benar luar biasa.

"Al, kamu diem aja? Aku didorong sama dia, tuh! Ratu dekil," gerutu Olivia.

"Lah kok bisa? Dia yang dorong Vio, Al! Bukan Vio yang dorong dia."

Altas berdecak mendengar keributan di pagi hari. Kedua perempuan itu benar-benar merepotkan.

"Mau itu salah lo ataupun lo, gue nggak perduli. Nggak penting!" jawab Altas sembari meninggalkan dua wanita pengganggu itu.

Sebelum Altas semakin menjauh, Vio lebih dulu menyusul laki-laki itu dengan langkah lebar.

"Al! Tungguin Vio!" ucap Vio yang sama sekali tak dipedulikan oleh Altas.

"Altas! Al!" Vio menarik tangan laki-laki itu membuat Altas berdecak.

"Aku mau kasih ini." Vio menyerahkan sebuah kotak bekal ke arah Altas. "Vio buat khusus untuk Altas."

Altas menatap datar perempuannya di depannya. Dirinya benar-benar muak melihat semua ini. "Lo tau apa jawabannya. Percuma lo kasih ke gue. Nggak akan pernah gue terima."

Altas langsung meninggalkan Violeta yang berteriak mengucapkan kalimatnya tanpa malu. "Besok Vio bakal buat lagi. Memang hari ini ditolak, tapi nggak tau besok, 'kan!"

Vio berdecak ketika ucapannya tak digubris. Dirinya harus ekstra sabar menghadapi laki-laki dingin dengan gengsi selangit.




Bersambung

Gimana? Lanjut nggak nih?

AKARA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang