08.00
Faro baru bangun karena ia baru tidur jam dua pagi tadi. Untung saja ini hari minggu. Faro pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dan menyegarkan badannya.
Baru saja Faro melepas kaosnya, bel apartemennya berbunyi. Ia pergi melihat layar kecil yang berada di pinggir pintu apartemennya, untuk melihat siapa yang datang. Ia jadi parno-an sejak kejadian Amel yang datang ke apartemennya waktu itu. Setelah Faro melihat ternyata Radit yang datang, Faro membuka pintunya.
"Anjir broo, lu mau ngapain. Jangan anggur-anggurin adek." Radit dengan dramatis langsung menyilangkan tangannya di depan dada.
"Anggur-anggurin tuh apaan?" tanya Faro yang tak paham jokes tersebut. Dia di Indonesia memang sudah lumayan lama, tapi gaul dengan orang seperti Radit masih belum lama.
"Grepe-grepein. Pegang-pegang. Hhh kan gak jadi lucu ah," kata Radit sambil masuk ke dalam apartemen Faro.
"Hahaha. Gua masih normal, Dit. Ya udah lu duduk dulu, gua mau mandi," kata Faro
"Masa jam segini baru mandi." Radit julid mode on. Faro terkekeh dan lanjut melenggang ke kamar mandi. "Emang lu biasanya mandi?" tanya Faro.
"Nggak dong, menghemat air untuk generasi yang akan datang." Radit membela diri seperti biasanya.
"Serah lu. Jangan-jangan lu sekarang belum mandi," kata Faro yang baru masuk ke kamar mandi.
"Udahlah anjir," bantah Radit. Faro tertawa dari dalam kamar mandi. Faro mandi dan Radit sedang bermain ponsel di ruang tengah apartemennya Faro.
Tak lama Faro keluar dari kamar mandi dan sudah menggunakan kaos hitam dan celana pendek abu-abu.
"Lu tidur jam berapa tadi malem, Far?" kata Radit.
"Jam dua-an kayaknya," jawab Faro yang sedang mengelap rambutnya yang masih basah.
"Anjir pantesan," ucap Radit. "Oh iya nih jajannya." Radit menyerahkan kantong kresek besar berisi jajanan.
"Anjir banyak amat. Emang abis?" Faro tak keberatan mengganti uangnya. Tetapi takut jajanan itu tidak habis. "Gak tau sih," jawab Radit.
"Hahaaa ya udah biarin. Nanti uangnya gua transfer ya," kata Faro. "Gua belum punya rekening, brader," kata Radit.
"Oalah. Tapi gua lagi gak ada duit cash, Dit," kata Faro. Karena kemarin dari cafe juga ia dibayar lewat rekening.
"Buset orang kaya," kata Radit.
"Hahaa, Aamiin," ucap Faro
"Keluarga lu kaya, ngapain kerja di cafe segala, Far?" tanya Radit.
"Ya pengin aja. Lagian di apart sendirian gini ngapain. Bosen," kata Faro. "Kenapa gak tinggal sama ayah lu aja?" tanya Radit.
"Ayah gua jarang di Indo, Dit. Rumah itu juga terlalu besar kalo gua tempati sendirian. Rumahnya jauh dari sekolah lagi," jawab Faro. Faro merasa kesepian? Tentu saja. Tetapi ia sudah biasa.
"Oalah. Sorry, Far." Radit merasa tidak enak. Ia tidak tahu keadaan keluarga Faro.
"Kenapa sorry?" tanya Faro.
"Ya itu buat lo sedih," jawab Radit sambil memakan snack yang tadi ia beli.
"Lu kesambet ya, Dit?" Faro bertanya karena orang di depannya ini seperti bukan Radit.
"Huaaa saha iyeee?!!" Radit berpura-pura kesurupan.
"Anjir beneran?" Faro ketakutan.
"Boong anjir hahaaa." Radit tertawa. Faro pun ikut tertawa. "Gua tadinya pen ngajak Amel sama Clara. Tapi kayaknya Amel masih sakit," kata Faro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [Completed]
Teen FictionBerawal dari kerja kelompok, empat remaja SMA menjadi semakin dekat dan menjalin persahabatan. Persahabatan ini mereka sebut dengan 'FourC'. Artinya? Simple, karena nama mereka semua berawalan huruf C. Calvino Raditya Caramel Princila Clara Santika ...