39. Reason 1 (Boys)

54 18 64
                                    

16.10

Faro dan Radit baru saja pulang dari sekolah. Radit berencana main terlebih dahulu ke apartemen Faro, tentunya setelah mereka berdua mengantar Clara dan Amel terlebih dahulu.

"Far, minta saran dong. Gua nembak Amelnya gimana? Njir," tanya Radit saat mereka sudah berada di dalam apartemen Faro.

Faro yang baru menutup pintu apartemennya, mengernyitkan dahi. "Loh kok tanya gua? Gua aja belum pernah."

"Ya mungkin lu pernah nonton film kek gitu," kata Radit yang sudah duduk di sofa.

Faro tertawa. "Kalo film mah banyak. Lu tinggal milih mau yang kek gimana," ucapnya sambil ikut duduk di sofa sambil memainkan hpnya. "Eh gua ke dapur dulu, ambil minum." Faro meletakan hpnya di atas meja dan pergi ke dapur.

Ting!

Amel<3
Far
Kirimin foto kita
pas lagi kerkel di apart lu dong

Radit yang sedang duduk di sofa, melirik ke hp Faro yang berada di meja. Radit melihat notif tersebut yang muncul di layar hp Faro. Ia merasa kesal. Lalu Faro kembali dari dapur.

"Minum Dit," tawar Faro sambil meletakan soft drink di atas meja. Radit hanya diam. "Kenapa lu?" tanya Faro, karena Radit hanya diam tak merespon tawarannya.

"Lu suka kan sama Amel?" tanya Radit to the point. Radit memang sudah curiga sejak lama. Tetapi jika ia bertanya kepada Faro, Faro terus menyangkalnya

"Hah?" tanya Faro. Radit tau dari mana? tanyanya dalam hati. "Itu nama kontak Amel ada tanda gitu maksudnya apa?" tanya Radit dengan sinis. Faro langsung mengambil hpnya. Ia terpaku. Ia lupa mengganti nama kontak Amel.

"Udah lah jujur aja Far. Gua berasa pengecut banget kalo gini. Kalo lu emang suka sama Amel, ya ayuk kita bersaing sehat. Jangan asal ngalah gitu aja. Gak gentle lu," kata Radit panjang lebar.

"Bukan gitu Dit. Gua udah ikhlas ngelepas Amel." Hanya alasan ini yang bisa Faro berikan, dan memang itu alasannya.

"Segampang itu? Lu belum nyoba Far," kata Radit.

"Gua emang belum nyoba, tapi gua bisa ngeliat Amel lebih nyaman sama lu. Dia lebih banyak ketawa sama lu," kata Faro.

"Itu karena gua humoris. Lu juga sering ketawa sama gua kan? Emang lu cinta sama gua?" ucap Radit. Radit tak marah dengan Faro. Ia hanya kesal. Kenapa Faro tidak jujur dengannya.

"Ya nggak lah anjir. Gua udah mulai ikhlas dan move on dari Amel. Emang pertamanya gak semudah itu. Tapi setelah gua liat Amel sering ketawa bareng sama lu, gua sadar. Amel lebih bahagia sama lu," kata Faro.

Radit berdecak. "Gua ngerasa pecundang banget kalo gini Far," kata Radit yang mulai membuka soft drink-nya.

"Nggak Dit, gua yang pecundang. Gua gak jujur sama perasaan gua sendiri, dan gua gak mau perjuangin Amel. Gua cuma diem nunggu, tanpa ada pergerakan," ucap Faro dengan tenang.

Radit menghela napas kasar. "Tapi sekarang masih ada rasa sama Amel?" tanya Radit. Ia percaya, Faro tak akan semudah itu melupakan Amel.

"Ya kalo ditanya sih jelas masih lah Dit. Tapi gua berniat ngehapus itu. Gua gak mau nambah luka. Gua gak mau terus-terusan berharap sama hal yang bahkan gua udah tau hasilnya," ucap Faro.

"Buset Far. Lu kenapa bisa gampang ikhlas gitu?" tanya Radit dengan heran. "Gak tau, udah dari sananya," jawab Faro dengan enteng. Ia memang sudah benar-benar melupakan Amel.

Radit berdecak. Faro tertawa. "Sadar gak sih Dit? Kita, cowok itu mainnya sama logika, bukan sama perasaan. Ya mungkin itu juga salah satu gua bisa cepet move on," ucap Faro.

Complicated [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang