25. Minimarket

112 45 389
                                    

Pagi hari yang cerah, seperti biasa para murid berangkat ke sekolah masing-masing. Bagi siswa kelas dua belas, hari ini adalah hari ke-tiga untuk melaksanakan UNBK. Hanya tinggal satu hari lagi mereka akhirnya bebas dari masa putih abu-abu.

Begitu pula dengan FourC, sekarang mereka tengah fokus mengerjakan soal ujian. Sesekali mereka memijat pelipis mereka karena bingung memikirkan jawaban dari soal-soal di hadapan mereka.

Dua jam kemudian...

Para siswa telah menyelesaikan ujian mereka. Sekarang mereka diperbolehkan untuk pulang.

Disini, di halte yang sepi. Clara dan Amel sedang menunggu bus. Sepertinya hari ini merupakan hari yang buruk. Bus yang biasanya datang tepat waktu, sekarang belum datang juga. Mereka sudah menunggu sekitar lima belas menit.

"Huh... Lama banget yak? Biasanya jam segini udah lewat bus nya," kata Amel.

"Iya yak, udah panas lagi nih," ucap Clara sambil mengelap peluh yang ada di dahinya.

"Btw makasih loh, Mel," lanjut Clara.

"Makasih buat apa?" tanya Amel.

"Makasih dah nemenin gua nge-bus. Padahal lu bisa aja minta tolong mamah lu buat jemput," kata Clara tak enak hati.

"Ya ampun, gak papa kali. Lagian gua seneng kok nge-bus, nambah pengalaman gua hahaa. Lagian gua sahabat lu, Ra. Lu gak usah gak enak hati gitu. Gua seneng kok nglakuinnya," ucap Amel. Clara terkekeh.

"Ra, gua nanti mau mampir ke minimarket," kata Amel. "Kenapa gak ke supermarket deket sekolah aja tadi?" tanya Clara.

"Gak papa, yang deket rumah aja. Biar nanti bisa langsung pulang," kata Amel. "Owh oke, mau gua temenin?" tawar Clara.

"Gak usah, gak papa kok," kata Amel. Clara hanya mengangguk paham.

Akhirnya bus datang. Mereka langsung menaiki bus tersebut. Mereka duduk bersebelahan. Mereka bercerita hal random agar tak bosan.

"Gua turun dulu Ra, bye," kata Amel setelah sampai di minimarket. "Oke Mel, bye," balas Clara.

Amel turun dari bus tersebut dan berjalan beberapa langkah untuk pergi ke minimarket. Tak jauh, akhirnya Amel sampai di minimarket.

"Eh, kakak yang pas itu di tukang seblak kan?" Seorang cewek tiba-tiba bertanya pada Amel.

"Eh iya, kamu adeknya Radit, ya?" tanya Amel.

"Hehe iya kak. Nama aku Mila, nama kakak siapa?" tanya Mila lembut. Padahal kalo sama Radit mah, ngegas terus.

"Ouh Mila, aku Amel. Kamu kelas berapa?" tanya Amel. "Kelas delapan, kak," jawab Mila.

"Oooh. Panggil Amel aja gak papa kok," tutur Amel sambil tersenyum. Karena Amel itu walau sudah SMA, tetapi tubuhnya masih mungil. Bahkan tingginya dengan Mila hanya berbeda beberapa cm.

"Nggak ah, panggil kakak aja biar sopan," kata Mila sambil tertawa kecil.

"Hahaa, oke deh. Btw kamu kok jam segini di rumah, gak sekolah?" tanya Amel. Karena ini baru jam setengah sebelas, dan biasanya jam segini anak SMP belum pulang.

"Aku libur kak. Soalnya kelas sembilan lagi ujian," kata Mila. "Owh gitu. Kamu ke sini sendirian?" tanya Amel.

"Tadi dianter bang Radit, tapi bang Radit katanya mau ke rumah temen. Jadinya cuma nganterin doang gak nemenin," kata Mila.

Amel hanya ber-oh menanggapi perkataan Mila. Mereka pun memilih barang yang akan mereka beli.

Setelah mereka selesai memilih, mereka pergi ke kasir dan membayar barang mereka masing-masing. Saat antrian tinggal tiga orang, tiba-tiba...

Complicated [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang