43. Taman Kota

78 18 111
                                    

Ting nong

Bel rumah Clara berbunyi. Amel pun beranjak dari sofa dan membukakan pintu, karena Clara sedang mandi. Ternyata itu adalah Radit dan Faro. Mereka mengenakan hoodie dengan warna yang berbeda. Sial! Kenapa Radit jadi ganteng gini! umpat Amel di dalam hati.

"Pagi mbak pacar," sapa Radit saat pintu sudah terbuka.

"Pagi babu," balas Amel dengan senyum lebarnya, mencoba menyembunyikan hatinya yang sedang berdebar.

"Ih masa babu. U nya diganti Y dong," pinta Radit.

"Ganti I aja deh ya Dit," kata Amel.

"Okey baby." Radit langsung masuk ke rumah Clara meninggalkan Amel sendirian. Karena Faro juga mengikuti langkah Radit.

"Bab- uh! Sabar-sabar." Amel menghela napas. Menahan dirinya untuk tidak mengumpat. Ia pun menutup pintu rumah Clara.

"Ini rumah Clara kan?" tanya Radit sambil merapihkan rambutnya yang sempat berantakan karena melepas helmnya tadi. Radit merupakan tipe cowok yang tak suka memakai pomade atau sejenisnya. Bikin lepek, kalo kata Radit.

"Iya lah," jawab Amel yang sedang cosplay menjadi pembantu rumah tangga yang sedang melayani tamu tuan rumahnya.

"Kok gak ada Clara, malah ada lu? Lu mau maling ya?" canda Radit.

Amel yang sudah paham sifat Radit, hanya bisa berdecak dan meneruskan mengambil minuman untuk mereka berdua. "Terserah lu mau nganggepnya apa, Dit," pasrah Amel.

"Ya udah gua anggep lu jadi pacar gua aja," jawab Radit dengan enteng.

"Ngelunjak!" kata Amel. Radit tertawa.

"Lu belajar kek gitu dari mana sih Dit?" tanya Faro yang terkadang heran dengan ocehan Radit. "Ngapa Far? Lu pengin juga? Sini berguru sama gua," kata Radit.

"Jangan Far. Nanti lu jadi ngeselin kayak Radit," kata Amel menyela pembicaraan mereka.

"Ngeselin juga bisa bikin lu ketawa Mel," kata Faro sambil tertawa. "Wehew, thanks masbro," ucap Radit karena Faro membelanya. Mereka pun tos dan tertawa bersama.

"Anjir. RA LU UDAH SIAP BELUM? CEPETAN KELUAR! GUA DI BULLY NIH!" teriak Amel dengan gamblangnya. Padahal saat ini dia bukan di rumahnya sendiri.

"Gak sopan banget pacar gua, teriak-teriak di rumah orang," kata Radit.

"Brisik ye lu!" ucap Amel dengan frustasi menghadapi dua makhluk menyebalkan yang sayangnya tampan dan manis. "Tuh minum!" pinta Amel setelah meletakan minuman yang sudah dibuatnya di atas meja.

"RAAAA, LAMA BANGET SIH LU!" teriak Amel lagi. Tetapi ia kini juga berlari pergi ke kamar Clara, meninggalkan Radit dan Faro di ruang tamu.

"Ra, udah belum?" Amel langsung masuk ke dalam kamar Clara tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

Clara yang sedang mengetik sesuatu di hpnya, sontak menutup hpnya dan melihat ke arah Amel. "Ketuk pintu dulu napa Mel," ucapnya.

"Hehe maap. Lagi ngapain sih?" Amel yang penasaran pun mendekat ke arah Clara.

Clara dengan cepat memasukkan hpnya ke dalam sling bag-nya. "Nggak ngapa-ngapain. Yuk lah ke bawah," ajak Clara. Amel pun langsung menurut. Mereka keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu.

Saat Clara dan Amel sudah berada di ruang tamu, mereka melihat Radit dan Faro sedang tertawa terbahak-bahak. "Ngetawain apa lu berdua?" tanya Amel.

Radit dan Faro sontak langsung menghentikan tawa mereka. "Nggak papa kok Mel," jawab Faro. Amel menatap mereka dengan curiga. "Udah beres? Yuk lah ke tamkot. Nanti keburu panas," ajak Faro pada akhirnya.

Complicated [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang