38. Mau gak?

66 17 91
                                    

Hari berlalu dengan cepat. Kini sudah hari sabtu, saatnya untuk para siswa kelas 12 di hari kelulusan. Para siswa berangkat dengan semangat untuk menghadirinya. Faro juga sudah sembuh, setelah beberapa hari ia beristirahat. Lukanya juga sudah perlahan mengering.

Kini siswa kelas dua belas sedang berada di papan pengumuman di sebelah ruang guru. Mereka tengah berdesak-desakan mencari nama mereka di daftar pengumuman kelulusan. Bahkan sampai terjadi aksi saling dorong.

Radit ikut menerobos dan mencari namanya. Sedangkan Faro, Amel, dan Clara hanya diam berdiri menertawai Radit yang terdorong oleh beberapa siswa. "Nekat banget si Radit," ucap Amel sambil tertawa.

"Heh hehh, jangan dorong-dorong dong woy! Lu kira gua gerobak maen dorong-dorong ae?!" ucap Radit yang daritadi menerima dorongan dari berbagai sisi.

Para siswa tak mempedulikan ucapan Radit. Mereka tetap sibuk mencari nama mereka masing-masing. Radit yang melihat itu pun memiliki ide yang cemerlang. Radit mundur dari kerumunan. Ia membuka kamera hpnya dan meng-zoom-nya. "Tangannya minggir dong. Gak usah ikut di papan gitu!" serunya.

ThreeC hanya tertawa melihat itu. Bukan ThreeC tak antusias. Hanya saja mereka menunggu sampai tak ramai. Radit pasrah dan kembali ke ThreeC. "Nyerah Dit?" tanya Clara sambil menahan tawa.

"Pada susah dibilangin njir," sungut Radit yang sedang melihat hasil jepretannya, tetapi hanya ada tangan para siswa yang menghalangi papan pengumuman.

"Kayak lu," ucap Amel. "Dibilangin tuh nanti aja liatnya. Nanti juga pada minggir kalo udah pada selese. Tu kertas pengumuman gak bakal di cabut lagi," lanjutnya.

Siswa berangsur-angsur pergi. Papan pengumuman sudah mulai sepi. FourC mendekat dan mencari nama mereka masing-masing. Nama Faro dan Clara menempati urutan pertama dan kedua. Sedangkan nama Amel dan Radit berada di tengah-tengah.

"Yang penting lulus," kata Radit. "Betul!" sambung Amel. Mereka akhirnya memutuskan untuk ke kelas. "Eh guys gua ke ruang musik dulu," kata Faro. Mereka mengangguk.

Radit, Amel, dan Clara pun pergi ke kelas. Anak-anak kelas sudah mengganti pakaian seragam mereka dengan baju atau kaos santai. ThreeC pun mengambil kaos ganti mereka dan berganti ke kamar mandi. Tentu saja Radit tak bersama dengan Amel dan Clara. Beda gender.

Di sekolah ini memang tidak memperbolehkan para siswa untuk pawai merayakan kelulusan, apalagi acara mencoret-coret seragam mereka dengan pilox. Sebagai gantinya, pihak sekolah mengizinkan OSIS untuk mengadakan pensi khusus angkatan mereka. Karena kelas sepuluh dan sebelas sudah diizinkan pulang dari satu jam yang lalu.

Radit, Amel, dan Clara akhirnya sudah selesai berganti pakaian dan kembali ke kelas. Mereka duduk di bangku masing-masing.

"Eyy, udah selesai urusan band-nya masbro?" tanya Radit saat melihat Faro memasuki kelas.

"Yop." Faro mengambil posisi duduk di sebelah Radit. "Eh gua toilet dulu ya, ganti baju." Faro mengambil baju gantinya di tas. Radit hanya mengangguk.

"Eh Faro ke mana?" tanya Amel yang sedang menguncir rambutnya.

"Toilet."

"Ngap—"

"Ganti baju," potong Radit.

"Maen srobot ae lu Dit. Gua belum selesai ngomong juga," sungut Amel.

"Kan gua mah bisa baca pikiran lu," kata Radit.

"Heleh. Coba tebak sekarang gua lagi mikirin apa?"

"Mikir kapan gua bisa jadi pacarnya Radit," jawab Radit dengan santai.

Complicated [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang