•BERKORBAN•

523 54 6
                                    

Sisi Halilintar!

Kini Halilintar masih melawan Ian, dibantu oleh Ice. Walaupun Ice tidak ikut menyerang, tapi dia bisa menjadi tameng nya disaat Halilintar tidak dapat menghidari serangan Ian. Bisa dibilang mereka serasi, sang penyerang dan si pertahan. Seperti simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Ya, itulah ciri khas Halilintar dan Ice.

"KYA KYA KYA..."

Dari bawah Halilintar melempar sebanyak mungkin keris merah yang berselimuti energi listrik, kepada Ian yang terbang di atasnya.

Melempar terus melempar, namun sama saja tidak dapat mengenai target. Sang target terus menghidar dengan gesitnya. Membuat kegeraman Halilintar semakin bertambah.

"HAHAHA... Petirmu tidak akan bisa mengenaiku!" kata Ian memandang remeh.

Halilintar menggeram sebal. Ia melirik adiknya yang terlihat memandang malas Ian, sembari memeluk boneka paus kesayangannya yang entah itu dapat dari mana.

"Pfttt... Ice!" panggil Halilintar berbisik.

Dengan malas ia menoleh ke arah sang kakak yang memanggilnya. Karena terlalu malas bertanya, Ice mengangkat satu alis.

Halilintar memberi kode untuk Ice lewat gerak wajah, yang entah itu bisa dipahami Ice atau tidak.

"Gue gak paham, gue gak ngerti!" batin Ice.

Walau begitu, Ice tetap mencoba memahami maksud sang kakak. Mengerti maksud sang kakak, ia langsung mempersiapkan semua. Lebih fokus, serius, dan membuang boneka paus yang sedari tadi dipeluknya.

Ice mengangguk samar. "Oke, aku paham!" ucapnya pelan, namun masih dapat didengar Halilintar.

Melihat Ice yang sudah siap dengan posisinya, Halilintar tersenyum smirk samar dan menyiapkan posisi. Memulai tahap pertama melumpuhkan Ian. Memusatkan seluruh kekuatannya di telapak kaki dan kepalan tangan. Menajamkan tatapan mata, memancarkan binar sekilas berwarna merah.

Ian dibuat heran dengan tatapan mata Halilintar, pasalnya tatapan itu berbeda dari sebelumnya ia lihat. Lebih tajam dan dingin, dan binar yang tadi diperlihatkan lebih bersinar dari sebelumnya.

Belum hilang rasa bingungnya, ia dibuat terkejut oleh Halilintar yang tiba-tiba sudah berada tepat di belakangnya.

Seketika ia merasakan hantaman keras menghantap punggungnya. Lantai di bawahnya memaksanya untuk terjun.

BRUGH

Terlalu kuat ia terjun, membuatkan tanah yang jadi tempat terjatuhnya, menjadi berlubang.

"Arkk...ish.." Ian meringis kesakitan saat merasakan rasa remuk dibagian punggung nya.

Mencoba berdiri, walau punggungnya terasa sakit. Membalikkan badan, menemukan Halilintar yang sedang menyeringai kepadanya. "Grrr...KAU!"

Belum sempat Ian beranjak membalas Halilintar, ia merasakan sesuatu yang dingin di kakinya. Rupanya itu adalah kuasa Ice yang membekukan kedua kaki Ian.

"APA-APAAN INI!" marah Ian, karena tidak dapat menggerakan kedua kakinya.

"LEPASKAN AKU!" mintanya ngegas.

Ice tersenyum smirk, walau terlihat tipis. "Lepaskan? Jangan harap!" memandang tajam.

"KAK, SEKARANG!" Ian terkejut mendengar teriakan Ice. Ia menatap ke depan.

Halilintar sudah siap melontarkan sejatanya. "JARUM-JARUM HALILINTAR!"

Senjata tajam nan lacip berlaliran petir, terlontar siap menusuk tubuh sang musuh.

VAMPIR BUCIN {BBB} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang