•GEJOLAK•

335 38 3
                                    

"Hish...ICE, LEPASKAN AKU!"

Dengan susah payah Blaze melepas cengkraman tangan Ice. Walaupun membutuhkan tenaga banyak untuk melakukan itu, namun akhirnya, ia pun terlepas dari cengkraman Ice. Lalu menatap Ice dengan tatapan marah.

Bukanya takut, Ice malah jadi gemas sendiri dengan tatapan Blaze yang menurutnya gemoy. Em, Blaze lagi marah, lho! Masak dibilang gemoy?

"KAU INI APA-APA, HAH? Main tarik-tarik tangan orang aja," marah Blaze, walau tadi suaranya naik satu oktaf, tapi ia turunkan lagi di kalimat akhir.

Melihat tangannya yang memerah karena cengkraman tangan Ice yang bisa dibilang cukup kuat. Mengelusnya pelahan, lalu mendongakan kepala. Memiringkan kepala, memasang ekspresi bingung melihat pemuda yang ada di depannya. Pasalnya, pemuda itu terus menatap ke arah tangan miliknya yang sedari tadi ia usap.

Ice mengambil tangan Blaze, dan berganti mengusapnya lembut. Si empu tentu terkejut dengan tindakan Ice. Namun, ia biarkan saja, tidak berusahan menarik tangannya kembali, dan malah menikmati usapan Ice.

"Maaf..." lirihnya.

Kebetulan lirihan Ice didengar oleh Blaze. Namun, ia tak mengerti maksud perkataan Ice.

"Maaf untuk apa?" bingung Blaze.

"Maaf sudah menarik tanganmu kasar dan membuat tanganmu jadi merah begini," Ice menunduk bersalah.

Blaze menatap Ice sedu. Menarik tanganya kembali, membuat Ice menatapnya dengan tatapan sayu.

Blaze membalas tatapan Ice disertai senyum hangatnya. "Tidak apa! Lagian ini gak sakit kok, hanya memerah biasa. Nanti juga hilang sendiri."

"Serius gapapa?" tanya Ice memastikan.

Blaze mengangguk, dan kembali melebarkan senyuman. "Iya, gapapa! Gue kan kuat, masak gini aja udah kesakitan," ujar Blaze menepuk dadanya, sok kuat.

Tanpa sadar dua sudut bibir Ice melengkung ke atas. Blaze yang melihat senyuman Ice merasa takjup. Matanya berbinar indah, senyumnya bertambah lebar. Baru kali ini ia melihat Ice tersenyum. Sekalinya tersenyum bikin meleleh saking menawanya.

Ice terheran dengan raut wajah Blaze yang bak anak anjing itu. Lihatlah mata bulat berbinar itu. Senyuman lebar bak joker. Serem sih, tapi cantik.

Satu kata yang ada dipikiran Ice, IMUT. Pengen nerkam tapi sadar anak orang, bisa-bisa ia dibunuh mengenaskan sama semua saudaranya, karena telah membuat Blaze tidak perawan lagi. Dibunuh mengenaskan seperti, dibegal kepalanya, dibacok, dicincang tubuhnya, atau yang paling parah masa depannya ilang. Uh, itu adalah pemikiran Ice yang berlebihan.

'Huh, sabar Ice pasti ada waktunya nanti!' batin Ice menahan hasrat.

"ICE, KAU TERSENYUM? KYAYYYY" histeris Blaze.

Suara histeris Blaze menganggetkan Ice, dan menariknya dari dunia khayalan miliknya.

"H-hah...a-apa?" Ice gelagapan karena otaknya tak bisa memproses.

"Nah, gitu dong senyum. Kan tambah ganteng!" seru Blaze.

BLUSH

Pipi Ice dibuat merah karna ucapan Blaze. Entah antara senang atau malu. Baru saja anak itu mengatakan ia ganteng? Wah...kelangkaan apa ini? Seorang Blaze mengatakan pemuda polar bear itu tampan.

Sungguh langka sekali, apa Ice harus menyuruh Blaze mengatakan sekali lagi untuk ia rekam? Tidak, tidak, tidak...itu sangat berlebih, okey!

"K-kau bi-bilang a-apa?" mampus, sekarang Ice dibuat gugup oleh anak api itu.

VAMPIR BUCIN {BBB} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang