🌻🌻🌻
Alin kembali ke dalam perpustakaan, mengambil tasnya dengan tergesa gesa. Meninggalkan beberapa barang yang ada di meja. Intan? Dia sudah tidak ada lagi di sana, walaupun barang barangnya masih setia berserakan di atas meja. Entah kemana anak itu. Alinea menatap sekilas Nasya yang tersenyum miring kearahnya.
Alinea menyelinap diam diam ke gerbang belakang sekolah. Bukan Alinea namanya kalau tidak jadi troblemaker sekolah. Alin menaiki sebuah kursi yang cacat lalu melompat dari tembok yang tingginya kurang dari 2 meter itu. Namun Alin tidak sadar ada seseorang yang mengintai dirinya sedari ia keluar dari perpustakaan.
🌻🌻🌻
"BANGSAT." Umpat Alin kala melihat markas ARCHANGEL bak kapal pecah. Barang barang berserakan, pecahan kaca di mana mana. Dan ada yang lebih mengejutkan, Jaket kebanggaan ARCHANGEL ludes terkikis api di pekarangan belakang markas.
Sebuah kalimat tak mengenakkan juga ia lihat di ruang tengah markas yang terdapat gambar tengkorak dengan sepasang sayap yang merupakan lambang dari ARCHANGEL gang. Lambang kebanggaan ARCHANGEL itu di coret hingga tak terbentuk dan sebuah kalimat "ARCHANGEL HARUS BUBAR. RATU ARCHANGEL HARUS MUSNAH. DARAH DIBALAS DARAH" menjadi jejak yang sangat kentara yang ditinggalkan musuh dari ARCHANGEL GANG.
"Kira kira siapa yang ngelakuin ini semua?." Tanya Sigit dengan mengambil salah satu pecahan kaca yang menindih sebuah foto.
"Kita harus waspada. Ini masih awal." Ujar Alin sambil menerima foto yang di berikan Sigit padanya. Fikirannya melayang menerka nerka dalang di balik semua ini.
"Apa MEYLAN?." Tanya Arfan dengan alis yang terangkat satu.
"Meilan bukan tipe gang yang suka meneror, mereka bakal nyerang langsung kalau mau nyari masalah." Ujar Arka yang masih setia pada rubik yang ia otak atik.
"Benar juga euy kata si kafan." Lanjut Sigit membenarkan ucapan Arfan.
"Kita gak bisa pastiin langsung. Intinya kita harus tetep waspada. Bisa saja mereka akan menyerang secara tiba tiba."
"Gue setuju sama Alin. Kita gak boleh lengah."
Alin menopang dagunya dengan kedua tangannya. Ia dihadapkan oleh situasi yang sangat sulit. Ia harus mempertahankan ARCHANGEL seperti apa yang di amanah kan Farel padanya. Sedangkan dirinya sendiri harus di hadapkan oleh tuntutan ayahnya yang kian hari kian menjadi jadi.
Hufttttt.
Alin menghela nafas panjang. Matanya menatap kearah jendela pecah di hadapannya. Menerawang ke satu waktu, waktu yang mengingatkan percakapan antara Farel dengannya pasca Farel operasi.
[Flashback mode on.]
Alin berlari di sepanjang koridor rumah sakit, mendorong paksa pintu suatu ruangan dimana seseorang dirawat. Seseorang yang tengah di hadapkan oleh satu persimpangan antara hidup dan mati. Alin melangkahkan kakinya mendekat pada Farel yang terbaring lemah dengan sejumlah alat penopang kehidupan. Melengkungkan paksa bibirnya sambil menahan air mata yang terus terusan ingin menerobos dari pelupuk matanya.
"Gue pamit ya. Jagain Mama Papa." Ucap Farel lirih namun masih dapat terdengar jelas.
"Lo gak boleh pergi dulu kak. Lo janji bakal jagain gue."
"Lo masih punya ARCHANGEL. Jagain ARCHANGEL jangan sampai pecah. Gue percaya sama lo." Farel berkata lirih dengan matanya yang sudah terpejam.
"Kak gue-."
"Lo bisa Alin. Kakak bangga punya adek kayak ka-." Kalimat Farel terhenti, bersamaan dengan monitor detak jantung yang berubah menjadi garis lurus tanpa gelombang.
[Flashback mode off]
🌻🌻🌻
Udara sepoy sepoy menghunus masuk dari celah gorden transparan. Bintang bertaburan di langit malam kala ini. Alin mengerjab, menghentikan aktifitas berguling gulingnya di atas kasur queen sizenya. Mengucek matanya dan menatap nanar handphone di atas nakas miliknya.
Ceklek. Suara knop pintu terbuka mengalihkan atensi Alinea. Seorang perempuan sepantaran dengannya sedang berdiri di ambang pintu dengan nampan yang ia bawa.
"Aku bawain kamu makanan Lin." Ucapnya Sambil berjalan ke arah nakas Alinea
"Aku tau kamu belum makan sedari tadi." Lanjutnya sambil meletakkan nampan tersebut di atas nakas. Kemudian berlalu pergi. Alin memandang Alin dengan sebuah tatapan tak bisa di artikan. Sorot mata tajam namun menenangkan.
Di lain tempat Barisan merapikan jejeran novelnya yang berantakan karena ulah Nasya. Barisan dan Nasya memang bersahabat sejak mereka kelas 10. Mereka sangatlah dekat hingga membuat siapa saja iri melihatnya. Pasalnya Barisan sangat sulit mencairkan kadar es di dalam tubuhnya, namun hal itu lenyap saat ia bersama Nasya.
Ia meraih hoodie hitam yang tergantung, serta meraih kunci mobil di atas nakas. Malam kali ini begitu cerah. Nampak dengan beribu bintang tang menaburi langit malam. Barisan menjalankan mobilnya beriringan dengan mobil di sebelahnya. Menjalankannya tanpa tujuan karena sejujurnya ia hanya ingin mencari angin untuk merefresh fikirannya.
Mobilnya terhenti di depan sebuah Alfamidi di dekat jalan kamboja. Ia akan membeli beberapa cemilan untuk teman menyelesaikan file Osis yang harus ia selesaikan malam ini. 10 menit sudah Barisan berkelana di dalam Alfamidi. Sekantong ciki serta minuman telah ia dapatkan.
Barisan berjalan gontai menuju mobilnya yang terparkir tak jauh darinya. Namun seseorang yang tengah di keroyok mengalihkan atensi Barisan yang akan membuka pintu mobil. Barisan memandang pergerakan seseorang yang berjuang melawan 7 orang yang mengeroyoknya.
🌻🌻🌻
_________________________________________
![](https://img.wattpad.com/cover/271130255-288-k932127.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BARISAN ALINEA
Ficțiune adolescenți‼️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA‼️ ‼️WAJIB TINGGALIN JEJAK SESUDAH BACA‼️ "ini masalah ati ya harus di perjuangin dong." Ujar Alin sambil mengunyah ciloknya. "Lo yakin masih mau ngejar Es kutub kayak Barisan?." Tanya Intan meyakinkan. Alinea mengangguk s...