Duabelas🌵

10 2 0
                                    

🌻🌻🌻

"Udah sarapan?."

"Haa? Apaa?."

"Udah sarapan belom?."

"Hehe iya."

Rendy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dari balik helm fullface dan buff yang ia kenakan. "Emang dasar, kenapa sih kalo di atas motor tu pada jadi budeg mendadak." Celotehnya dalam hati.

"Ren lewat jalan pintas aja biar cepet."

Tanpa sepatah katapun Rendy menyalip kendaraan kendaraan di depannya lalu berbelok menuju gang yang lumayan sepi. Di tengah gang mereka di cegat oleh sekelompok MEILAN. Rendy menepikan motornya saat motornya di hadang oleh beberapa motor dari MEILAN.

"Anjerr si melon pagi pagi udah nyari ribut." Ungkap Alinea sambil menaikkan kaca helm bogonya.

"Lo disini aja ya. Dengerin kata gue."

"Gakk, gue ikut. Mereka banyak."

"Gak Alin, lo disini." Alinea mengangguk.

Rendy memasang kuda kuda dan menatap 9 orang yang mengelilinginya. Sebuah balok kayu hampir mengenai tengkuknya namun berhasil ia tangkis.

"Yo, Ger tangkep Alin."

"Alinn lariii linn larii." Perintah Rendy sembari terus membantai lawannya. Di satu sisi bukannya lari Alinea malah menghampiri 2 orang yang berjalan ke arahnya. Dengan sebuah balok kayu yang ia seret menggunakan tangannya, Alinea maju tanpa rasa takut dan menangkis pukulan pukulan yang di layangkan lawannya.

Bugh. Satu pukulan berhasil menumbangkan salah satu lawan.

Bugh
Bugh

Pukulan demi pukulan Alinea layangkan hingga lawan tumbang. Alinea tersenyum menyeringai. Kembali berjalan ke arah Rendy yang tengah di keroyok 7 orang dengan bringas.

Bughh.

"Eh sini lo, beraninya keroyokan. Lakik gak lo." Alinea menyeret salah satu lawan dan memberi bogeman mentah dan berhasil membuat lebam dan sudut mata dan bibirnya berdarah.

Bugh
Bugh
Bugh

"Lo udah ngerusak mood gue tau gak." Lanjut Alinea sembari melayangkan bogeman pada musuh musuhnya yang lain.

Setelah hampir 30 menit berkelahi. Akhirnya perkelahian tersebut di menangkan oleh Rendy dan Alinea. Lawannya sudah tumbang di pinggir jalan.

🌻🌻🌻

Jam pertama di kelas Barisan cukup menegangkan. Kelas bimbingan konseling yang seharusnya santai berubah menjadi creepy akibat pak Bambang yang membawa gergaji mesin ke dalam kelas.

"Kalian tau kenapa seseorang menjadi depresi?." Tanya pak Bambang sambil memilin kumisnya.

Semua murid terdiam. Begitupun Barisan yang mulai menopang dagunya dengan kedua tangan.

"Ya karena masalah pribadinya." Lanjut pak Bambang kembali.

"Kalo gak punya masalah terus depresi itu gimana pak?." Tanya Sigit sambil memiring miringkan kepalanya.

"Ya berarti itu karena otaknya."

"Ohhh jadi kalau mau ga pernah depresi kita ga boleh punya otak ya pak?."

"Sini bapak congkel otak kamu biar gak depresi." Ucap pak Bambang sambil menghidupkan gergaji mesinnya dan menodongkan ke arah meja Sigit dan Sandy.

"Gamau ah pak nanti saya jadi Almarhumah." Gerutu Sigit sambil bergidik ngeri.

"Elu laki pe'a." Koreksi Sandy sambil menoyor kepala sahabatnya itu.

"Kalo gitu almar apaan?."

"Almarullah."

"Itu bapak gue anjing."

"Sandy Sigit keluar kaliaannn." Perintah pak Bambang mutlak.

Di tempat lain tepatnya di kelas Alinea sedang ricuh dengan agenda kas rabu-an. Inget bukan kas senin-an tapi Rabu-an.

"Bayar anjerr. Lo 3 bulan nunggak." Tagih Marcella sang bendahara kelas.

"Oke oke berhubung gue lagi ada duit gue cicil aja oke." Ucap siswa bernama Emyr sambil memberikan uang koin 1000 rupiah pada Marcella.

"Eh mansurr kas kelas kita 5000."

"Ya kan gue bilang nyicil."

"Nyicil pala lo peang. Ini gak lebih dari 50%. Malah kurang."

"Udah udah berapa tunggakan dia?. Gue yang bayar." Ucap Alinea yang mulai jengah dengan perdebatan Emyr dan Marcella.

"Nihh." Ucapnya sambil memberikan 7 lembar uang ratusan ribu pada Marcella.

"Eh lin kebanyakan."

"Buat uang kas. Tahun ini gue gamau ada kas lagi." Ucapnya cuek lalu menyeret Intan menuju kantin.

🌻🌻🌻

Alinea menatap datar mie ayam yang ada di depannya. Mengaduk aduknya tanpa minat memakannya. Matanya kembali meliar mencari keberadaan seseorang. Tak lama orang yang ia cari muncul dengan muka tembok seperti biasa. Dengan kedua tangan masuk kedalam saku menjadikan aura dinginnya menghunus setiap orang yang ada di kantin.

Barisan dan teman temannya berlalu melewati meja Alinea begitu saja. Alinea menopang dagunya dengan salah satu tangannya. Matanya masih senantiasa memandang Barisan yang berjalan ke arah meja pojok dimana circlenya biasa duduk.Alinea bangkit, menghampiri Barisan dengan percaya diri.

"Kak Barisan..." Barisan menoleh. Menatap sekilas Alinea yang berdiri di sampingnya.

Pergerakan Alinea di pantau oleh 5 orang inti ARCHANGEL lainnya dari kejauhan.

"Bisa ngajarin aku matematika gak? Katanya kepsek kak Barisan yang paling pinter matematika di Rajawali Utama."

"Gue sibuk."

"Besok deh."

"Gak bisa."

"Besoknya lagi."

"Basket."

"Besoknya lagi."

"Ada rapat."

"Sekarang?."

"GAK BISAA LO BUDEG APA GIMANA SIH?." Sentak Barisan dan membuat Alinea terperangah.

Brakkkk. Suara gebrakan meja itu menjadi pusat perhatian mengalihkan pandangan semua orang pada Alinea dan Barisan.

"Lo bisa gak sih gausa ngebentak dia?." Tanya Zaki sembari menatap Alinea lekat lekat.

"Gak seharusnya lo bentak dia." Ucap Sandy.

"Kalo lo emang gak bisa lo bisa tolak dengan cara halus." Lanjut Sigit.

"Gue gak suka lo bentak dia." Sarkas Arfan sambil menodongkan telunjuknya ke Barisan.

"Lo gak bisa alus dikit sama cewe ?." Tanya Arka dengan sorot mata tajam.

"Kak Barisan gak salah. Gue yang salah. Dia udah nolak tapi gue yang ngotot." Pekik Alinea kemudian berlalu pergi dari kantin.

🌻🌻🌻
_________________________________________

BARISAN ALINEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang