Limabelas🌵

15 2 1
                                    

🌻🌻🌻

"Tungguin angkot jurusan seruni." Lanjut Barisan lagi kemudian melajukan motornya meninggalkan Alinea yang menatap kepergiannya dengan hentakan kaki.

"Ihhhh gue kira bakal dianter balik. Tawarin kek. Bareng gue aja. Gituuuu." Gerutunya sambil menghentak hentakkan kaki.

Selang beberapa menit. Angkot berwarna biru tua yang ia yakini adalah jurusan seruni  telah tiba. Ia mengayunkan tangannya untuk memberhentikan angkot tersebut. Kemudian melangkahkan kakinya dan mendaratkan pantatnya di kursi dekat dengan pintu.

Angkot itu melaju dengan kecepatan normal. Angin sepoy sepoy menerbangkan rambut Alinea yang tak terikat.

"Pak jalan Anggrek ya." Ucapnya saat mengetahui ia akan mencapai jalan Anggrek.

"Aduhh neng Jalan Anggrek di tutup ada hajatan."

"Yaudah deh pak disini aja."

Alinea turun dari angkot yang ia tumpangi. Merogoh kantongnya dan menyodorkan uang pecahan 10 ribu pada sopir angkot itu.

Tap

tap

tap.

Suara langkah kakinya yang beradu dengan aspal menemaninya di jalanan yang cukup sepi ini. Mata Alinea meliar. Menatap ke arah kiri dan kanan. 

Ia berjalan gontai menyusuri jalanan yang terbilang cukup sepi. Sangat jarang kendaraan yang berlalu lalang di sini. 12 meter lagi ia sudah mencapai halaman rumahnya. Ia mempercepat langkahnya kala melihat seekor anjing yang menatapnya garang.

Namun hal naas malah menimpanya. Anjing itu menggonggong dan juga mengejar Alinea. Ia berlari sekuat tenaga sambil sesekali menoleh ke belakang.

Saat berlari Alinea hanya mengawasi anjing yang sedang mengejarnya, hingga tak menyadari ada sebuah batu yang ia sandung.

Ia terjatuh tepat saat pemilik anjing itu menarik tali yang terikat di leher anjing berwarna coklat itu.

"Awww." Alinea meringis kala merasakan perih di kedua lututnya. Darah segar mengalir dari kedua lututnya.

"Sorry ya gara gara anjing gue lo terluka." Ucap sang pemilik anjing sambil membantu Alinea berdiri.

"Its okey lain kali iket anjing lo biar ga ngejar orang." Ungkapnya sambil menepuk nepuk tangannya yang penuh debu.

"Gue Shenina. Lo bisa panggil gue Sheina. Nina. Shena. Shina terserah lo." Tapi orang rumah manggil gue sisi." Ucap Shenina sambil menyodorkan tangannya mengajak Alinea berkenalan.

"Gue Alinea."

"Gemoy banget nama lo. Kayak yang ada di pelajaran Bahasa hihi."

Alinea menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menatap perempuan manis yang ada di depannya.

"Ikut gue, biar gue obatin luka lo."

"Gak usah gue pulang aja udah deket kok gue bisa obatin sendiri."

"Sayangnya gue ga pernah mau ada penolakan." Ucap Shenina sambil menarik lengan Alinea.

🌻🌻🌻

"ayo masuk." Ajak Shenina sambil menarik tangan Alinea.

"Gue di sini aja."

"Buruan sini gue ga terima penolakan Alinea."

Alinea pun mengekori Shenina seperti seekor anak ayam. Ia melangkahkan kakinya ke rumah besar bernuansa warna krem di depannya.

"Kak isan P3K dimana?." Tanya Shenina kepada seseorang yang tengah memainkan game di ponselnya.

"Atas lemari."

"Sini lin masuk." Ajak Shenina sekali lagi.

Alinea tercengang tatkala melihat Barisan yang sedang bermain ponsel di ruang tamu itu.

"Kak Barisan?." Barisan mendongak. Mengangkat sebelah alisnya menatap Alinea yang juga menatapnya.

"Lohh kalian udah kenal?."

"Adek kelas gue." Ucapnya sembari berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai dua.

Alinea menatap Barisan sekilas. Kemudian memasang muka penuh pertanyaan ke arah Shenina.

"Lo adeknya Barisan?." Tanya Alinea memastikan.

"Iya adik sepupu. Gue numpang di sini." Jelasnya sambil mengobati luka Alinea.

"Orang tua lo?."

"Udah meninggal 4 tahun yang lalu."

"Ohh sorry."

"It's okey."

Alinea menatap sekeliling rumah bernuansa warna krem ini. Banyak sekali foto foto Barisan , Shenina dan 2 orang yang lainnya. Yang ia yakini adalah kedua orang tuanya Barisan.

Ting tung

Suara bel itu berbunyi hampir 3 kali, kemudian berhenti bersamaan dengan seorang perempuan yang melangkahkan kakinya mendekati Alinea dengan tatapan tajam.

"Lo ngapain ke sini?." Tanya Nasya dengan tidak santai ke arah Alinea.

"Orang dia temen gue. Lo yang ngapain di sini bangkee." Sentak Shenina.

"Sisi sayang, aku kan kesini buat kakak kamu."

"Dihhhh. Emang Kak Isan mau ketemu sama lo ha?."

"Panggilin dong." Shenina hanya memutar bola matanya malas. Kemudian menaiki anak tangga terakhir dan memanggil Barisan yang berada di lantai 2.

"Kak Isaan. Ada Nasyaaaa."  Teriak Shenina dari ujung tangga.

"Kak Isan ada nenek lampirr." Teriaknya sekali lagi. Dan berbarengan dengan Barisan yang menuruni anak tangga dengan celana selutut serta kaos oblong berwarna putih.

Alinea melihat Barisan dengan intens. Terpana akan ketampanan seorang Barisan Galaksi Antariksa.

"Hmm?."

"Katanya kamu mau ngajarin aku matematika?."

"Kapan?."

"Sekarang."

"Sorry ya gue lagi pusing. Mending lo balik aja." Ucap Barisan dengan memijat pelipisnya kemudian melangkahkan kakinya menuju lantai dua.

Alinea menatap nasya yang memasang muka kecewa di ujung tangga. Alinea tersenyum miring tatkala Nasya keluar dengan kaki yang di hentak hentakkan.

"Barisan anak tunggal?." Tanya Alinea pada Shenina.

"Dia punya kakak. Tapi dia koma di singapura akibat kecelakaan maut."

"Ohh." Alinea ber-oh ria sembari mengangguk.

Alinea melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 17.52 WIB.

"Gue balik dulu ya. Udah jam segini." Pamit Alin sambil bangkit dari duduknya.

"Tunggu bentar. Biar di antar kak Isan ya?."

"Gak usah. Kasian dia kan lagi gak enak badan."

"Yaudah di anter supir aja. Lo ga liat noh lutut lo 2 luka semua ?."

Alinea menunduk. Melirik lukanya yang sudah terbalut perban dan satunya tertempel dengan plaster.

"Udah di anter supir aja ya?." Tawar Shenina kembali. Dan alinea hanya mengangguk untuk memperpendek permasalahan.

BARISAN ALINEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang