🌅 2. Janji 🌌

119 103 85
                                    

"Laila! Gue janji bakal buat Lo ngejar-ngejar Gue sampe mata Lo bengkak karena nangisin Gue!"

***

Seusai bel sekolah berbunyi melengking, Laila tidak langsung memboyong tubuhnya untuk pulang ke asrama. Benar sekali, Laila adalah salah satu santriwati di asrama yang letaknya tak jauh dari SMA Nusa Dharma. Sekitar 15 menit perjalanan menggunakan angkutan umum jarak antara sekolah dengan asramanya. Nama tempat itu adalah Asrama Putri Miftahul Huda Jakarta

Laila memilih untuk mengenal lebih dekat peta bangunan sekolah itu sendiri dan ketika semua siswa sudah berhamburan untuk pulang kembali menemui induk-induknya. Hanya tersisa beberapa guru yang masih bersiap untuk pulang serta beberapa siswa yang kebetulan mengikuti ekstrakulikuler hari itu. Tapi tak mengapa, asalkan tempat itu tak seramai tadi pagi maka Laila tidak akan canggung apabila mengelus salah satu tembok dengan ukiran-ukirannya yang memanjakan mata.

Diedarkannya pandangan ke seluruh penjuru bangunan sekolah. Tapi dia tertuju pada satu lorong kecil di samping bangunan kelas XII MIPA 1. Dia semakin penasaran ketika melihat ada dua kupu-kupu berwarna cokelat dan dipadukan dengan warna merah juga hitam yang terbang indah masuk ke lorong. Laila mengejar kedua kupu-kupu tersebut hingga masuk ke lorong.

"Subhanallah ...!"

Mulut Laila menganga. Netranya dimanjakan oleh pemandangan yang sangat memanjakan mata siapa saja yang memandangnya. Taman bunga dengan aksesoris kolam ikan dan air mancur di atasnya membuat takjub gadis itu. Diucapkannya kalimat pujian kepada Sang Mahakuasa sekali lagi.

"Subhanallah ...!"

Imajinasi mengambil alih kesadarannya. Laila terpukau dengan pemandangan memesona di depannya. Sudah tidak diragukan lagi, jika otaknya di buka maka akan didapati banyak sekali khayalan-khayalan yang Laila ciptakan. Dirinya terjun dengan sukarela dalam dunia imajinasi. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Dia melamun lumayan lama.

"Gue gak suka liat orang halu"

Laila terperanjat. Imajinasi brutal yang sedang bercumbu dengannya tiba-tiba menghilang tanpa pamit begitu saja. Dan itu semua karena suara yang Laila dengar barusan. Suara itu ....

"Eh ... kak- " Kalimat Laila terpotong oleh seorang laki-laki yang sedari tadi dia melamun sudah berdiri di sebelahnya.

"Akhirnya Lo sadar juga. Gue kira halu Lo gabisa Gue ganggu," cerocosnya tanpa dosa.

"Hehe" Laila terkekeh mendengar pernyataan itu.

"Lo udah kenal Gue kan? Gue yakin pasti udah, ya meskipun Lo baru aja pindahan tapi wajib buat seluruh siswa SMA Nusa Dharma tahu nama gue," terangnya dengan mimik wajah meremehkan lawan bicara.

"Iya. Aku tahu nama kakak. Kakak namanya kak Senja kan?"

"Lo gak capek apa berdiri disitu dari tadi" Senja justru menembakkan kalimat pertanyaan.

"Ngg ... eh-" Ucapan Laila terhenti ketika Senja menarik lengannya dan membawanya untuk duduk di kursi tak jauh dari mereka berdiri.

Laila dan Senja duduk berdampingan. Namun Laila tetap menjaga jarak dari lelaki di sebelahnya itu.

"Sambil duduk aja ya ngobrolnya, Gue capek kalo berdiri mulu" ajaknya.

Laila hanya diam membisu. Ia tidak berminat untuk menanggapi kalimat-kalimat yang berderaian dari mulut Senja. Laila hanya menikmati atmosfer keindahan taman bunga di sekolah barunya itu.

Delusi Dalam Elegi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang