4. Harga Diri

92 86 61
                                    


Absen dungs, kalian dari kota mana aja xixi

_________


"Gue gak punya banyak waktu. Langsung aja ya. Tuan Putri, apakah anda bersedia menjadi pendamping hamba?" Senja membungkuk layaknya seorang pelayan yang menyambut tamu.

***

Genteng asrama menjadi tempat favorit Laila setelah taman sekolah. Malam ini dia memutar otaknya dengan keras. Di atas genteng asrama, dia menumpahkan seluruh kebimbangannya. Pertanyaan yang terlontar dari mulut Senja berhasil membuat otak Laila berputar keras.
_

"Gue bakal balikin novel ini dengan syarat ..." Senja mengatur napas dan detak jantungnya yang semakin membuncah.

"Dengan syarat, Lo mau jadi pacar gue," jelas Senja kemudian pergi meninggalkan Laila, disusul kedua temannya.

Blush .... Pipi Laila memerah. Hatinya campur aduk antara malu dan marah. Tubuhnya lemas seketika.

"Kayaknya aku harus pindah haluan deh La" Setelah pertunjukan selesai akhirnya Jingga angkat suara. Kekecewaan tergambar jelas dari wajahnya.

Laila terkekeh mendengar pernyataan temannya.

"Udahlah gak usah dipikirin. Mending kamu fokus sama sepertiga malammu. Aku yakin yang kak Senja bilang tadi itu karena dia mau mancing aku ke kandang tempat dia bully aku nanti, kayak yang kamu bilang waktu itu, dan menurutku ini baru permulaan. Tapi tenang aja kok, aku tahu cara mengatasinya" Laila menenangkan sahabatnya itu.

"Tapi aku gak yakin La. Masa dia mau bully kamu tapi dia ngajak kamu pacaran sih. Kan gak lucu Laa ... " rengeknya.

"Udah udah. Yuk pulang, aku cape kalo tiap pulang sekolah harus bersihin lima kamar mandi asrama gara-gara pulang telat." Laila berjalan keluar kelas disusul Jingga.

_

Hati Laila berdesir. Otaknya pun tak mau kalah, dia berpikir tanpa henti. Otaknya berpikir dengan sangat keras tentang apa yang akan Laila jawab kepada Senja besok.

"Terima atau tolak ya? Kalo tolak nanti novelku gimana? Mana belum selesai lagi bacanya. Tapi kalo terima .... Arghh " Kepala Laila berdenyut hebat. Laila tak kuasa lagi menahan sakit di area kepalanya. Dia memutuskan untuk turun dan beristirahat. Berharap, dia dapat menemukan jawaban dalam mimpi.

"Andai aja bukan kak Senja yang nanya. Udah aku tolak mentah-mentah dari tadi dan gak bakal bikin aku frustasi kayak gini. Tapi ... apakah ini benar-benar kak Senja yang dulu?" batinnya.

***

"Gimana La? Kamu udah pikirin mateng-mateng tentang jawabanmu nanti?" Cerocos Jingga tanpa henti. Sedari tadi mereka bertemu di gerbang sampai mereka sampai di kelas, Jingga menembakkan kalimat-kalimat tanya namun yang ditanyai tidak selera untuk menjawab. Apalagi saat perjalanan menuju kelas ada banyak sekali siswa yang kemungkinan besar mendengar pertanyaan Jingga. Jadi Laila memilih untuk menjawab pertanyaan Jingga setelah mereka sampai di kelas.

"Udah sepuluh kali loh kamu nanya kayak gitu" Laila mulai buka suara setelah mereka menduduki bangkunya masing-masing.

"Lagian kamu gak Jawab-jawab sih dari tadi. Kan aku kepo La ...." Jingga memanyunkan bibirnya membuat Laila terkekeh geli.

Delusi Dalam Elegi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang