🌅 6. Kagum 🌌

77 75 31
                                    

Holaaa, absen dungs kalian baca part ini jam berapa hehe?

Oh yaa, kalo ada typo minta tolong ingetin yaw ehe. Maaciwww..

Happy reading ....

_____________

Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahram baginya"
(H.R Thobroni dalam Mu'jam Al Kabir 20 : 211)

***

"Aku boleh gabung?"

Laila dan Jingga kaget dengan kedatangan Fajar. Laila melongo begitupun dengan Jingga lebih melongo. Keduanya saling beradu pandang.

"Aku boleh gabung gak nih?" tanya Fajar sekali lagi.

"Eh, iya silahkan kak." Laila mempersilahkan Fajar untuk duduk di bangku yang kosong. Mereka bertiga duduk satu meja.

"Kenalin namaku Fajar, kelas XII IPS 3" Fajar memperkenalkan dirinya kepada Jingga.

"Namaku Jingga, satu kelas sama Laila" Jawab Jingga dengan senyum tercetak jelas di wajah seraya mengulurkan tangan.

Fajar tidak membalas uluran tangan Jingga. Dia hanya tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Kenapa kak Fajar ga mau salaman sama Jingga? Tangan Jingga gak kotor kok, Jingga juga nggak penyakitan," tanya Jingga polos.

"Maaf Jingga kalo aku bikin kamu tersinggung atau sakit hati. Tapi alasanku tidak mau menjabat tanganmu itu karena ...

Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahram baginya"
(H.R Thobroni dalam Mu'jam Al Kabir 20 : 211)

Jingga terkesiap. Dia malu sekaligus kagum dengan pria di depannya. Dia malu karena sebagai seorang muslimah sudah seharusnya dia tahu hukum ini. Jingga merasa paling kerdil diantara mereka bertiga.

"M-maaf ...."Jingga menarik kembali tangannya yang sudah terlanjur terulur.

"Iya, tidak mengapa. Aku paham kok, yang penting kamu jangan lupakan sabda Baginda Rasulullah yang tadi aku lantunkan ya. Dan semoga kita semua bisa menjalankan sabda Rasulullah tadi ya." Fajar tersenyum simpul.

Laila menatap pemandangan di depannya dengan sorot mata kagum. Hati Laila berdegup kencang. Tanpa sadar wajahnya sudah sempurna melukiskan senyuman dan kekaguman.

"La, kamu tinggal di asrama kah?" tanya Fajar kepada Laila. Yang ditanyai justru gelagapan membenarkan ekspresi wajahnya.

"Iya kak."

"Pantas saja kamu berbeda dengan yang lain."

Ketiga insan yang duduk di satu meja berbentuk persegi panjang tenggelam dalam perbincangan-perbincangan menyenangkan. Sesekali ketiganya tertawa lepas ketika menjumpai perbincangan yang menggelitik.

Delusi Dalam Elegi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang