🌅 22. Kalung Emas 🌌

28 20 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Gimana nih kabarnya klean? Baekbaek je kan?

Happy reading

⚠️Awas TYPO bertebaran. Mohon diingatkan authornya dengan cara comment okee ⚠️

_______

"Buk, kok kalungnya hurufnya M sih? Enggak E aja? Embun kan awalannya E, bukan M?" rengek Embun dengan muka polosnya kepada ibunda.

***

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya seorang perempuan seraya menatap pemandangan kota Jakarta dari balkon rumahnya. Dirinya tidak selera menatap lawan bicaranya.

"Dia sekarang lebih sering datang ke rumah sakit menjenguk ibunya, Nyonya," jawab seorang laki-laki bertubuh kekar dengan penampilan mirip seperti preman.

"Baiklah, terima kasih. Silahkan lanjutkan pekerjaanmu Bagas," titah perempuan tersebut. Sedetik kemudian diindahkan oleh seorang bernama Bagas.

"Baik Nyonya." Bagas berlalu pergi meninggalkan Bu Arun-- orang yang tadi berbicara dengannya.

Setelah sekian menit Bu Arun kenyang memandangi polusi udara Jakarta, dia berniat untuk pergi menuju rumah sakit dimana Laila dirawat.

Bu Arun mengenakan gamis biru dongker dipadukan dengan jilbab segi empat berwarna hitam. Dia mengenakan dua lapis kain jilbab karena takut jilbabnya menerawang.

Lima belas menit perjalanan akhirnya Bu Arun sampai di pelataran rumah sakit 'Pelita Kasih' dimana ada seseorang bernama Laila yang sedang dirawat di dalamnya.

Tidak menunggu lama, Bu Arun berhasil menemukan kamar Laila. Pintunya tertutup, Bu Arun berniat mengetuk sembari mengucapkan salam kemudian membukanya.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum."

Ckrek!

"Wa'alaikumussalam," jawab Laila dari dalam sembari mengarahkan pandangannya pada sosok yang tadi memberi salam. Kening Laila berkerut.

"Bu Arun?" gumamnya.

Bu Arun menatap nanar Laila yang terbaring tak berdaya di ranjang. Tak lupa, selang infus dan jarumnya yang menancap di punggung tangan Laila berhasil membuat Bu Arun ngilu. Perban di kepala Laila juga sukses membuat Bu Arun sedikit merasakan pusing di kepalanya.

Perlahan, langkah kaki Bu Arun mengayun. Bu Arun berjalan menuju kursi di sebelah ranjang Laila kemudian duduk dengan hati-hati.

"Bagaimana keadaanmu nak?" tanya Bu Arun memecah keheningan diantara keduanya.

"Alhamdulillah Bu. Sudah ada perubahan," jawab Laila dengan suara lembut. Tak lupa, ia pamerkan lengkungan bibir yang sengaja dia cipta untuk seorang wanita di sebelahnya.

Sudah tiga hari Laila berada di rumah sakit. Sudah tiga hari pula dirinya tidak masuk sekolah. Pikir Laila, mungkin karena dirinya tidak masuk sekolah lah yang menjadi alasan Bu Arun membesuk Laila.

"Alhamdulillah." Bu Arun tersenyum hangat ke arah perempuan yang terkapar lemas di depannya.

Bu Arun menatap nanar tubuh Laila dari kepala sampai ujung kaki. Dia tidak percaya semuanya akan menjadi seperti ini. Tanpa sadar, air mata Bu Arun berhasil keluar dari kandangnya. Bu Arun habis-habisan diajar masa lalunya. Masa lalu yang kelam! Masa lalu yang penuh perjuangan, pengorbanan dan kerelaan!

Delusi Dalam Elegi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang