Assalamu'alaikum ^^
Gimana nih kabarnya???
Semoga sehat selalu yaaaaa
Happy reading ^^
______________________
"Saya hanya ingin berbuat baik kepada Anda. Maaf jika sekiranya saya meresahkan Anda. Saya permisi. Ini makanan saya taruh di kursi, jika anda mau memakannya saya sangat bersyukur karena Anda mau menghargai pemberian saya. Namun, jika Anda tidak mau memakannya juga tidak apa-apa, itu hak Anda. Tapi satu yang harus Anda ingat. 'Saya tidak mau Anda sakit gara-gara saya ada di kantin'. Saya tahu saya bukan siapa-siapa Anda tetapi salahkan jika saya ingin berbuat baik kepada Anda?" papar Senja degan raut muka kecewa, kemudian meninggalkan Laila. Tak lupa Senja menaruh sebungkus nasi rames di kursi tak jauh dari mereka berdialog.
***
Matahari tersenyum bahagia menyapa semua penghuni bumi pagi ini. Langit cerah dengan awan yang berjalan tenang memperindah lukisan ciptaan Tuhan. Bunga-bunga bermekaran semakin memperindah hidangan mata.Namun, semua itu tidak senada dengan perasaan Laila pagi ini. Hatinya teramat kacau. Perasaannya tak menentu. Detak jantungnya berdebar hebat. Dan senyumannya masih setia menjadi topeng.
Kejadian demi kejadian yang dialami Laila serta masalah demi masalah yang semakin rumit sukses membuat perasaannya kacau. Sampai saat ini Laila tidak tahu apa maksud dari semua ini. Dirinya tersenyum getir memikirkan rumitnya permasalahan yang kian bertambah, bukan silih berganti.
Pembullyan yang setiap hari meledak di gedung asrama. Kepercayaannya terhadap Senja yang sudah kandas. Seorang ibu tercinta yang belum lama ini sudah berada di alam barzah. Isu tentang Senja adalah anak jalang dari seorang wanita yang merebut ayah Fajar. Kemudian, Jingga yang sampai saat ini tidak iamasuk sekolah setelah memarahi Laila. Semua itu sukses membuatnya terpuruk.
"Aassalamu'alaikum Laila," ucap Bu Arun tiba-tiba. Namun Laila masih terpaku pada pikirannya.
"Ekhem. Ada orang salam kok nggak dijawab." Bu Arun bserdehem kemudian duduk di sisa ruang kursi dimana Laila berada membuat Laila terperanjat.
"Eh, Bu Arun?" tanya Laila dengan sedikit terkejut.
"Iya, ini ibu. Kamu ngapain sendirian di taman?" tanya Bu Arun sedikit antusias.
"Laila udah biasa kok Bu. Kalau istirahat Laila sering kesini. Lagi pula Laila males ke kantin," jawabnya sembari terkekeh.
"Kamu udah biasa ke sini? Sendiri apa sama temen?" tanya Bu Arun memastikan. Pasalnya, taman ini meski indah tetapi tidak banyak yang mau meluangkan waktunya untuk sebentar saja menyambangi taman.
"Sendiri Bu. Kalo ngajak temen nanti gagal dong semedinya," jawabnya dengan kekehan sekali lagi.
"Ya Allah Laila. Selera humormu bagus juga ya," celetuk Bu Arun.
"Ehe. Oh iya, Bu Arun ada perlu kah sama saya? Nggak biasa-biasanya ada guru yang kesini, yah walaupun Laila baru aja pindah tapi selama Laila di sini belum pernah lihat guru ke taman ini," tanya Laila.
Laila memandang lekat-lekat wanita di sampingnya. Gamis biru dipadukan dengan kerudung hitam panjang membuat Bu Arun terlihat sangat anggun. Entah perasaan apa yang tiba-tiba mendatanginya kali ini. Laila merasa nyaman berada di samping gurunya.
"Oh itu, saya ke sini mau menyampaikan kalau ...." Kalimat Bu Arun terhenti.
Bu Arun memandang lekat-lekat manik mata Laila, begitu juga Laila. Pandangan mereka beradu kemudian terkunci. Pandangan ini, pandangan yang tak biasa bagi Laila. Pandangan ini menyiratkan sesuatu, tapi sayangnya Laila tidak tahu. Mata Bu Arun seperti menayangkan suatu peristiwa. Tapi apa? Laila tidak tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi Dalam Elegi [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"GUE GAK BUTUH ORANG-ORANG DI DUNIA INI! GUE GAK BUTUH! GUE EMANG UDAH DITAKDIRKAN BEDA! GUE EMANG UDAH DITAKDIRKAN GAK BERUNTUNG! GUE EMANG GAK DISAYANG TUHAN! GAK AKAN PERNAH WA!" -Mia Safitri "AYAH BILANG SAYANG HAH?! ENAM TAHUN YAH! ENAM TAHUN N...