🌅 32. Puzzle pelengkap 🌃

21 12 0
                                    

"PERGI DARI HADAPAN GUE, PELACUR!" pekik Mala. Kebetulan, saat itu Dita datang membawa bakso pesanan Mala dan Dita. Tanpa ba bi bu, Mala menumpahkan seisi mangkok bakso ke rok Arun.

***

Arunika Safitri yang sering disapa Arun. Kini berjalan menuju ruang kelas XI MIPA-1. Saat dirinya menginjak area sekolah SMA Negeri 55 Maluku, banyak sekali tatapan mencemooh untuknya. Tapi dia lebih memilih untuk mengabaikannya, toh dia tidak melakukan sebuah kesalahan.

"Pagi Nir," sapa Arun kepada teman sebangkunya. Tapi entah mengapa temannya itu tidak menggubrisnya sama sekali. Saat dirinya hendak bertanya mengapa tiba-tiba guru pelajaran pertama sudah datang. Arun mengurungkan niatnya untuk bertanya

Teng teng teng

Bel istirahat berbunyi. Dengan cekatan, Arun memasukkan semua barangnya ke laci meja. Dia sudah tidak sabar ingin ke kantin dan mengisi perutnya yang kelaparan akibat tidak sarapan karena telat. Sekaligus, dia ingin segera bertanya pada sahabat sebangkunya karena dia dari tadi hanya diam saja. Namun, saat dirinya hendak mengajak Nir ke kantin, ternyata Nir lebih dahulu pergi ke kantin bersama teman yang lain.

"Loh, kok si Nir ninggal sih." Arun memonyongkan bibirnya. Dia memutuskan untuk menyusul temannya.

"Nir. Kamu kok ninggalin aku sih. Hosh ... hosh," sosor Arun setelah bisa menemukan meja temannya kemudian duduk di bangku yang kosong.

"Berapa kali harus aku peringatin? Jangan panggil aku Nir! Namaku itu Mala!" judes Mala atau yang sering disebut Nir oleh Arun.

"Hehe, iya Mala cantikku," goda Arun. Arun mendudukkan tubuhnya di kursi sembari mencubit gemas pipi Mala.

"Jangan sentuh gue!" bentak Mala. Tangannya menepis tangan Arun sebelum mencubit pipinya.

Arun hanya mematung. Tak biasa-biasanya Mala seperti ini. Arun kembali mengingat-ingat barangkali dia memiliki kesalahan yang tidak disengaja. Tapi nihil, menurut Arun selama ini tidak ada kesalahan yang dia perbuat kepada Mala.

"K-kamu kenapa, Mala?" tanya Arun terbata-bata.

"Gue pengen, Lo singkirin muka Lo dari mata Gue!" tekan Mala sukses membuat hati Arun mencelos.

"T-tapi-"

Brak!

"Lo budeg, Run?!" tekan Mala lagi. Tangannya menggebrak meja di depannya dengan kuat. Sontak saja, Mala dan Arun langsung menjadi perhatian seisi kantin.

"PERGI DARI HADAPAN GUE, PELACUR!" pekik Mala. Kebetulan, saat itu Dita datang membawa bakso pesanan Mala dan Dita. Tanpa ba bi bu, Mala menumpahkan seisi mangkok bakso ke rok Arun.

Jleb!

Hati Arun mencelos. Dosa besar apa yang sudah dia lakukan kepada sahabatnya itu? Sampai hati Mala melakukan hal semenyakitkan ini. Bahkan, Mala menyebut Arun pelacur.

"Kenapa? Kaget? Cih, Lo kira Gue bisa dibohongin hah?! Gak kali! Dasar PELACUR! Sok polos tapi MUNAFIK!" Mala membanting mangkok bakso yang sudah kosong sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Arun dan segores luka.

"Eh, Lo masih gak sadar diri?! Lo itu gak pantes ada di sini, jalang!" Kini Dita angkat suara. Arun yang awalnya menunduk sekarang mendogak melihat wajah Dita yang masih berdiri membawa satu mangkok bakso yang tersisa.

Delusi Dalam Elegi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang