9. Ransum Militer

1.7K 179 97
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf nih, kalau ada informasi mengenai militer di part ini yang keliru.

Selamat membaca, aku mau menghilang ke cerita lain dulu

🧞🧞🧞🧞🧞🧞🧞🧞🧞 Ini duyung apa jin sih? 🤣😭

Siang-siang, di mana matahari menyengat makin menggila hal yang paling enak di lakukan adalah duduk di ruangan ber-AC atau di hadapan kipas angin sembari memakan es krim. Sayangnya, bagi Zuhroh dan Fania itu hal yang mustahil. Mereka malah terbakar di bawah sinar mentari.

Memang keduanya mendapat keringanan setelah pingsan, tetapi Hamdan dan Rega menyeret mereka kembali dengan sadis. Kini, di sebuah lokasi di sebidang tanah luas, gersang, panas dan berdebu. Mereka tengah berbaris rapi untuk mendapatkan makanan. Astaga!

"Bang, gue boleh nyelak nggak? Ladies first lho, bang!"Rayu Fania agar segera mendapat makanan duluan. "Ngalah sama cewek dong!"

Hamdan yang tak sengaja mendengar nya menyentil kening Fania."Cewek atau cowok sama saja di sini. Tak ada perbedaan perlakuan untuk soal makanan. Kecuali ... "Hamdan menahan senyumnya."Perlakuan untuk wanita yang saya cintai sih."

Fania meliriknya dongkol, lantas mencibir dan memilih menunggu.

Sementara Zuhroh yang tadinya berhasil menyerobot barisan di tarik kembali oleh Rega ke belakang."Elo nggak bisa liat gue senang sedikit ya Mayor? Bikin gue kesel aja tiap hari, heran!"

Rega melirik nya, menyeringai."Tidak, aku bersedia menjalani tiap detik yang menjengkelkan dengan mu."

Zuhroh terperangah mendengar nya. Mulutnya ternganga bego."Anjing! Dosa Lo! Dosaaa! Dosaaaa besar baperin anak perawan orang sampe meleyot tau nggak!"Dumel nya sedangkan Rega hanya berjalan datar.

Kedua perempuan itu pikir, setelah mendapat makanan di tenda perbekalan dan angkutan, dapur lapangan. Mereka bisa duduk mencari posisi paling nyaman untuk mengisi perut.

Tapi ... Sial! Mereka malah berdiri berbaris saling berhadapan dan memunggungi orang lain, menunggu yang lain selesai sembari mengangkut nampan seberat 2 kilo! Mending jadi yang terakhir kalau begitu. Katanya sih, untuk kompak dan berjiwa besar.

Hamdan berjalan, mengecek. Lalu terkekeh geli melihat wajah Fania dan Zuhroh."Kan udah di bilangin, baris paling belakang aja. Ngeyel sih, pake nyerobot barisan depan."

"Diem Lo!"Sahut Zuhroh, Fania cuma membuang muka."Hamdan."

"Apa?"

Zuhroh tersenyum."Lo menang di sini, tapi keluar dari tempat ini, siap-siap dapet balasan dari gue!"

Hamdan meneguk ludah, bulu kuduknya berdiri melihat senyum ganjil Zuhroh. Dia buru-buru beranjak dari sana. Dan meringis-ringis."Mampus! Dia pasti dendam kesumat sama gue."

Aru tiba di sana, berhadapan dengan seorang prajurit yang di pilih jadi ketua. Entahlah, Zuhroh dan Fania tidak mengerti."Persiapan duduk, mulai!"

"Siap! Duduk siap, pak!"Sahut semua, mulai duduk dengan tenang.

Cara duduk nya pun tidak sembarangan, mereka harus saling memunggungi rekan yang lain. Agar tetap tegap saat makan, punggung teman jadi sandaran. Hal tersebut di lakukan agar setiap tubuh prajurit tegap. Zuhroh melirik pria yang menjadi sandaran punggung nya, lalu menyenggol sikut nya iseng."Bagi nomor ponsel dong."

Pria itu menegang."Saya udah punya pacar, mbak."

Zuhroh kontan ternganga."Astaga! Gue di tolak!"

"Lo jangan banyak gaya, Zuhroh. Ada si Aru-Aru bayi tuh di sini. Jangan sampe Lo kena gampar yang kedua kali."Bisik Fania.

Zuhroh menunduk, ikut berbisik."Tapi yang di belakang gue ganteng, fan."

Di bawah Pintu Pengabdian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang