Rega tercengang melihat kelopak mata didepannya perlahan terbuka, menatapnya sayu sekaligus bingung.
"Mayor Rega?" gumamnya serak. "Kok lo bisa masuk ke mimpi gue tanpa izin?" lanjutnya, mengedip-ngedip jenaka.
Sesaat Rega menahan nafas namun jadi mengerutkan keningnya menyadari perempuan itu setengah sadar.
"Lo pasti belajar sama Spongebob kan?" kalimatnya makin ngelantur, matanya juga perlahan tertutup. "Ck! Ck! Ck! Lo nggak tau kan Spongebob di demo warga Bikini Bottom karena masuk ke mimpi mereka?"
Sepasang mata Zuhroh terbuka lagi, dia meyakini masih berada di dunia mimpi sebab Rega hanya mematung persis manekin.
"Lancang! Abis ini lo pasti di demo satu Markas Kopassus gara-gara masuk ke mimpi prajurit-prajurit itu!"
Rega meringis, heran dia dengan tingkah laku Zuhroh yang masih ajaib bahkan kala terlelap. Perempuan itu menggeliat, menggaruk kepalanya sebentar sebelum menguap.
"Kayak ngomong sama patung, nggak dijawab-jawab." dumel Zuhroh. "Oh iya, lupa. Kan lagi di mimpi ya? Elo nggak bisa ngomong ya, regalak?"
Rega mengangguk kaku, kekhawatiran yang tadi ia rasakan sirna. Zuhroh tidak akan tau kalau diam-diam ia mendatanginya, bisa besar kepala perempuan ini.
"Sekarang tidur ya." ucap Rega pelan, hampir berbisik. "Tidur." tangannya terulur mengusap kelopak mata Zuhroh hingga tertutup.
Untungnya Zuhroh menurut, sambil mengangguk lesu sempat-sempatnya dia bilang.
"Kalo mau datang lagi, bilang-bilang ya? Kalo gue lagi mimpi basah gimana? Kan maluu."
Oh Astaga.
Rega kehilangan kata-kata, telinganya memerah sampai telinga. Rasanya dia ingin menyentil kening Zuhroh keras-keras sampai otak cewek itu kembali waras.
Zuhroh dan Hamdan mirip sekali keabsuran otaknya. Sama-sama sengklek sekaligus bisa membuatnya stress.
"Kamu benar-benar lain daripada yang lain, zuhroh." kata Rega, mendesah pasrah.
***
Siang tadi, tepat setelah makan siang bersama. Fania yang hendak menengok Zuhroh di kamar tercengang melihat sahabatnya itu sedang menjambaki Rega di tengah lapangan dengan Hamdan yang mencoba melerai tapi kena amuk Zuhroh juga.
"Dasar laki-laki batu! Sampe gue sehat bugar begini lo nggak ada niatan minta maaf, hah?! Kejam banget Lo Mayor gila!"
Fania ternganga sejadi-jadinya melihat kedua prajurit itu dinistakan Zuhroh. Apalagi banyak yang sedang menonton, abis ini Hamdan pasti ngomel-ngomel karena harga dirinya turun drastis.
Buru-buru dia lari kala merasakan asap seolah mengepul di kepala sahabatnya. Hamdan mencoba menahan Zuhroh dari belakang, sedangkan Rega hanya meringis-ringis memegang kepalanya yang masih jadi sasaran Zuhroh.
"Eh, eh! Zuro. Kok elo ribut nggak ajak gue sih?"
Hamdan melongo melihat kedatangan Fania, belum lagi cewek itu malah menunjukkan wajah bengis sembari menggulung lengan kaus panjangnya.
"Gue kan juga punya dendam kesumat sama si Mayor!"
"Lo tarik kupingnya sampe melar, fan! Nih orang nggak pernah mau dengerin omongan gue?! Budeg banget sampe gue jerit-jerit di hutan malah di tinggal!" kata Zuhroh berapi-api. "Kan ASU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di bawah Pintu Pengabdian
SpiritualFania membenci Ayah nya karena tidak pernah ada untuknya, tetapi selalu berdiri paling depan untuk merah putih. Sedangkan Zuhroh tidak bersahabat dengan pekerjaan Papanya yang merupakan abdi negara, Zuhroh terlukai karena dari situ lah awal mula kes...