Setelah nangis-nangis di Irwan dan Sabiya, mari kita ngakak bersama di sini 🤣
Ada yang kangen Irwan, ada? Aku kangen banget sama Mayor😭
Doain ya biar cepet 1 juta pembaca dan bisa di terbitin🙏
***
Entah sudah yang ke berapa umpatan Zuhroh untuk Rega, hatinya tetap tidak puas di permalukan. He~llo, girls! Bayangin aja pembalut mu di ampar depan para prajurit yang notabenenya cowok semua, mungkin pikiran dewasa mereka sudah berkeliaran tak ada hentinya.
Bisa di rasakan gimana tatapan penuh tanya sekaligus kaget mereka? Ah, pipi nya langsung memerah mengingat hal itu.
Saking kesalnya, Zuhroh sampai menangis sejadi-jadinya. Rega sendiri hanya melongo menonton nya juga Fania buru-buru membereskan masalah yang di buat pria dingin itu!
Hamdan pun tak membantu sama sekali, tangan nya kaku ingin memungut Roti jepang--kalau kata Fania--milik Zuhroh. Jadilah dia hanya membatu tanpa turut membantu. Zuhroh bahkan menjambak rambutnya lagi, dan menendang tulang kering Rega yang tidak membalas karena keterkejutan yang amat sangat!
Hari pertamanya di Markas Tentara benar-benar menguji iman. Fania yang sejak tadi menenangkan pun tak dapat berbuat banyak."Gila si, ini mah bener-bener kandang nya cowok-cowok berperikesetanan dan berperikebajingan!"Fania mendesah."Eh, tapi. Untung sempak sama Bh kita masukin tas kecil ya? Coba kalo enggak, makin parah."
Zuhroh mendengus kesal."Pokoknya Gue harus pergi dari sini!"Ia berjalan menuju tas ransel nya, mencari-cari smartphone."Lah? Ponsel Gue mana?"Ia yakin, Rega tak membuka bagian kecil tempatnya melekatkan HP.
"Ilang?"Tanya Fania, mendekat.
Zuhroh belum menjawab, sibuk mengacak-acak tasnya."Gak ada, Fan!"Pekik nya cemas.
"Bentar!"Fania keluar pintu barak, kebetulan kamarnya dan Zuhroh di pisah. Ia berlari kecil sambil harap-harap cemas. Saat sudah di dalam, Fania panik tak menemukan yang ia cari."Beneran gak ada!"
Ia keluar kamar, tepat di sampingnya Zuhroh melakukan yang sama. Kepala mereka nongol di pintu dengan wajah cemas, heran berikut kecewa. Seolah saling berbagi koneksi lewat tatapan mata, keduanya geleng-geleng kompak sambil berseru."GAK ADA! KYAAAA! MAYDAY! MAYDAY!"
Secepat kilat mereka berlari menuju lapangan tadi, sedikit kaget melihat para prajurit malah bermalam di sana. Ya ampun! Udara nya dingin banget lho, dan mereka tidur dengan posisi mengenaskan. Ada yang menyender di ransel, kebanyakan memilih duduk.
Tetapi, keadaan mereka juga sedang darurat. Jadi rasa kasihan itu tak terlalu besar, keduanya sama-sama mondar mandir tak jelas di sana. Sesekali mengomel, mengeluh bahkan menjerit frustasi."Gue yakin banget waktu sampai sini Ponsel Gue masih ada!"Zuhroh mengibas rumput-rumput liar.
Fania ikut berjongkok, melihat sekitar dengan mata celang-celong."Apa kita aduin aja ke Pak Wira, Zuro? Ini pencurian!"Fania mengacak kerudung nya, mulai lelah dengan semua yang terjadi.
Di balik pepohonan, alias di atas pohon yang dekat dengan posisi Fania juga Zuhroh. Hamdan dan Rega menonton dalam diam, kening nya berkerut-kerut. Selagi Hamdan menahan mati-matian tawa nya, Rega malah menahan malu luar biasa saat tak sengaja memperhatikan Zuhroh.
"Mereka sedang apa?"
Hamdan melirik kawan nya sekilas, kembali melihat depan dengan sorot geli."Nyari Roti Jepang yang ketinggalan mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di bawah Pintu Pengabdian
SpiritualFania membenci Ayah nya karena tidak pernah ada untuknya, tetapi selalu berdiri paling depan untuk merah putih. Sedangkan Zuhroh tidak bersahabat dengan pekerjaan Papanya yang merupakan abdi negara, Zuhroh terlukai karena dari situ lah awal mula kes...