"Serius memang perlu, sesekali santai tak apa. Asal jangan keterusan menjadi malas. Ingat, hidup mu tanggung jawab mu."
_IstiqaJeinRow_
Duh, lagi seru nulis kegilaaan Wkwkw. Kangen nulis yang gila-gila🤣 Biasanya nulis Ziro, tapi Ziro lagi ku tarik dari publikasi.
Semoga suka deh yaaaa, selamat membaca sayang❤️
Fania dan Zuhroh masih menekuk wajahnya karena di paksa bangun pagi-pagi buta, kejadian kemarin juga masih membuat kedua nya kesal bukan main.
Mereka yang biasa sholat subuh setengah enam, kini wajib tepat waktu. Memang seharusnya begitu, tapi rasa malas dan ngantuk membuat mereka sering kali mengulur waktu sholat.
Fania menguap malas-malasan, di sampingnya Zuhroh ngelentuk sambil berdiri. Sekarang ini mereka tengah di kumpulkan di lapangan, mendengar khutbah membosankan Pak Regara dan Pak Hamdan yang terhormat!
"Fan, itu di hutan sana gak ada Dukun apa ya? Gue pengen nyantet mereka."Ucap Zuhroh, gregetan parah.
Setelah tadi makan terburu-buru, kini mereka harus panas-panasan bareng prajurit. Gila apa ya? Skincare mahal lho! Ini kulit bisa buluk dalam sekejap, dan Dokter-dokter ganteng di rumah sakit mana mau lirik-lirik manja.
Enggakkkkkkkkk bolehhhhhhh!
"Mana Gue belom pakai sun protection! Tuh cowok kaga tau kali ya perjuangan wanita menjaga kulit wajah dari jajahan debu dan jerawat."Fania menyahut tak senang."Pulang dari sini Gue bener-bener kudu ke spa buru-buru!"
"PERIKSA NADI KALIAN, MULAI BERHITUNG!"Perintah Hamdan dengan suara lantang setelah membariskan para Tentara yang akan di latih.
Sebelum berlari pagi, mereka harus tau keadaan tubuh masing-masing. Semua berdiri, siap mengecek. Caranya dengan menghitung denyut nadi dahulu, kalau di sekitaran angka 60/ 160 mereka boleh lanjut latihan.
"Selesai!"Kata Hamdan, menatap satu persatu peserta yang di didik."Bersiap!"
"Ngapain si siap-siap?"Tanya Fania yang berada di baris belakang."Kayak mau malam pertama aja."Dumel Fania.
"Tau, Fan. Gue gak ngerti."Balas Zuhroh, tidak berdiri tegap dan terus mengintip di balik tubuh prajurit tinggi di depannya."Gak keliatan lagi, badannya pada segede gajah."Zuhroh mencoel lengan si prajurit."Nundukan dikit si, Lo kayak tiang! Tinggi bener."Omel Zuhroh."Bagi-bagi coba sama Gue tinggi badan, serakah amat di ambil semua. Nih pasti kecilnya ngemil bambu!"Lanjutnya, tak tau kalau prajurit di depan nya sudah mencoba menahan tawa setengah mati.
Keduanya kompak melongo kala para pria di depan nya melepas pakaian, sembari memangku senjata dan bersiap akan melangkah.
"Ya Allah ... Lama-lama di sini gue bisa khilaf!"
"Perut nya Zuro ... Pada kotak-kotak! Ya ampun, aku gak mau liat!"Meskipun berkata begitu, nyatanya Fania tak menutupi matanya sama sekali. Hanya memejam sesekali mengintip."Ada yang seksi banget tuh Zuro!"Pekik Fania, saat dia melihat yang punya. Bola matanya ingin lepas, Hamdan. Fania meneguk ludah."Bisa atletis gitu ya? Makan nya apa coba?"
Zuhroh tak menyahut, menikmati pemandangan di depannya dengan khidmat."Kok si Mayor gak buka baju ya? Minta di bukain banget kan. Gue gunting juga tuh seragamnya!"
"Ih! Zuro jorok! Pikiran nya mesum."Tuduh Fania, mendorong bahu Zuhroh.
"Eh, Dugong! Sok polos Lo."Sanggah Zuhroh sekaligus melempar sindiran."Ngeliat Hamdan setengah naked aja liur Lo mau netes kan?"Sinis nya."Gue hampir tiap hari liat dia, bosen. Kalo si Mayor kan belum pernah."Ujar Zuhroh jujur."Ya ampun Gue gemes banget pengen robek seragamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di bawah Pintu Pengabdian
SpiritualFania membenci Ayah nya karena tidak pernah ada untuknya, tetapi selalu berdiri paling depan untuk merah putih. Sedangkan Zuhroh tidak bersahabat dengan pekerjaan Papanya yang merupakan abdi negara, Zuhroh terlukai karena dari situ lah awal mula kes...