17. Mode Princess Kalem

1K 108 20
                                    

Warn ! Fania dan Zuhroh mode princess. Percaya oke? Percaya aja udah 🤣🙏

***

Hampir sebulan sudah dilewati oleh Fania dan Zuhroh. Daripada bosan, mereka lebih ke depresi berada di Markas Kopassus. Bayangkan saja, setiap hari nyawa mereka menjadi mainan di sini.

Waktu istirahat sore mereka gunakan baik-baik untuk mengais kembali energi. Ada beberapa latihan yang tak mereka ikuti, prajurit-prajurit itu sudah pergi sedari pagi. Zuhroh dan Fania mendadak bosan tak punya kegiatan apa-apa.

Pasalnya, di sini mereka tak bisa bermain ponsel. Kabar keluarga di dapat lewat pengasuh setan, alias Hamdan dan Rega.

Kalau memang ingin membuat kedua gadis itu kapok, waktu sebulan saja sudah cukup. Makanya mereka jadi heran, mengapa sampai detik ini masih tak dapat pulang.

"Menurut lo, bokap kita menyembunyikan sesuatu nggak sih, Fan?" tanya Zuhroh, menarik-narik rumput di bawahnya. "Gue udah pengin banget balik."

Fania menghela nafas. Rumput itu ditaruh di atas hijab Zuhroh dengan sengaja. "Apa sebenarnya kita di kirim ke sini bukan untuk diberi pelajaran?"

"Tapi?" tanya Zuhroh, sekaligus mendelik karena ulah usil Fania.

"Diberi perlindungan."

Jawaban Fania membuat omelan Zuhroh yang hendak melayang jadi sirna. Ia mengedip takjub, ada benarnya juga.

Tapi—dari siapa? Memangnya hidup mereka sedang terancam?

Fania yang telah lama memikirkan hal itu merasa inilah waktu yang tepat membagi isi kepalanya. Jarang mereka bisa berbincang serius.

"Gue udah lama curiga, Zuro. Kalo dipikir-pikir, kadang baik Hamdan atau Rega ngasih kita kisi-kisi tau nggak!"

Zuhroh mendelik. "Kisi-kisi apaan? Di sini kita nggak pernah ujian tulis, Fania. Kita uji nyali!"

Fania terkekeh. "Kisi-kisi mengenai kondisi kita." jawabnya, lalu mengedikkan bahu. "Mungkin ini perasaan gue aja, tapi Hamdan sering banget secara tersirat mengatakan ke gue supaya gue bisa latihan serius agar gue bisa menjaga diri dan survive dalam hidup."

Deg

Entah mengapa otak Zuhroh seketika berlayar ke arah yang sama. Jika dipikir-pikir, Rega pun sering melakukan hal yang sama!

Meski cuek, Rega tuh sering berharap besar agar ia mengikuti latihan dengan benar. Lelaki itu percaya ilmu yang ia dapat tidak akan sia-sia.

"Fan, sebelum kita dikirim ke sini. Lo inget ada berita besar apa gitu di media?" selidik Zuhroh.

Fania meringis. "Nggak ngikutin berita gue." jujurnya. "Kan tiap hari bucinin Na Jaemin."

Samar-samar ingatan Zuhroh tentang berita yang tengah panas menguar, ini meliputi keluarganya dan keluarga Fania. Kalau tidak salah, Papanya berbicara mengenai hal berbau politik bersama Ayah Fania.

Apa ya?

"Aku dapat rujukan untuk menjadi Menteri, Ali. Berat rasanya meninggalkan kesatuan. Aku ingin berakhir di militer."

"Entah itu di militer ataupun di pemerintahan, keduanya sama-sama mengemban tugas sebagai abdi negara. Yang penting itu isi hatimu, Faruq. Jangan lupakan tempatmu bersama rakyat."

Astaga!

Benar. Sewaktu Zuhroh hendak meminta uang pada Papanya, ia tak sengaja mendengar percakapan serius mereka.

"Fan!" seru Zuhroh, memegang bahu Fania sambil melotot. "Lo tau nggak, bokap lo mau nyalon jadi Menteri?!"

Sesaat Fania melongo, tawanya mencuat tak lama kemudian. Yang benar saja, Ayah itu cinta mati dengan TNI!

Di bawah Pintu Pengabdian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang