13. Diam dan Perhatian

1.2K 151 54
                                    

KBL!KBL! KBL!
KANGEN BANGET LHOOO!!!

Hola! Apa kabar kalean?! Hihihi
Selamat membaca ya, semoga tiap aksara disini bisa membawa manfaat. Sekurang-kurangnya menghibur kalian semua ❤️👋

Seviyorum, IstiqaJeinRow.

**************

Dalam waktu singkat, kondisi Zuhroh sudah jauh lebih baik meski tak boleh banyak gerak. Toh, cewek itu menjalankan dengan senang hati. Fania yang ketiban sial terus-terusan jadi babu sekaligus kena omel Hamdan.

"Cepet mati deh lo, zuhroh. Empet banget gue liat akting busuk lo!"

Zuhroh yang keasyikan menguyah apel ditempat tidur melirik Fania yang baru saja tiba. Wajah senangnya hilang dengan muka melas. "Ntar siapa yang nemenin lo gila kalo bukan gue, fan?"

Akibat dari ulah Rega, hamdan yang mulanya dengan sangat keras mendidik Zuhroh mulai luluh. Sejak Zuhroh siuman, laki-laki itu terus memanjakannya. Dia rela turun-naik gunung untuk membelikan Zuhroh makanan. Bahkan saat ini, apapun yang Zuhroh mau bisa dengan mudah didapat kecuali ponselnya.

Fania turut duduk bersila ditengah ranjang, dia mencomot satu pizza yang kotaknya terbuka lebar. "Dari Hamdan lagi nih?"

Tak usah ditanya sejujurnya, raut sumringah Zuhroh telah menjawab. Zuhroh bahkan bebas dari tugas apapun! Ya ampun, rasanya Fania mau nabrak diri aja ke Tank biar bisa rebahan sepuasnya.

Zuhroh tiba-tiba duduk tegap walaupun kedua kakinya masih selonjoran. "Eh, eh, fan! Si Mayor gimana hari ini?"

"Apanya?" balas Fania, sewot. "Nggak usah bahas si goblok itu lah. Kesel gue!" lanjutnya, mencocol pizza ke dalam saus keju. "Dia jenguk elo aja nggak pernah, Zuhroh. Heran gue, tuh lakik hatinya sekeras batu kali ya?"

Sepasang mata Zuhroh yang tadinya berkerut jadi mengedip heran. Kok jadi Fania yang lebih marah? Tapi, ucapan Fania memang benar. Rega tak pernah menjenguknya bahkan untuk sekali.

Nggak ngerti lagi deh tuh Mayor selama ini ngapain. Apa dia nggak ngerasa bersalah sama sekali?

Tiba-tiba Fania mendelik. "Lo mau sampe kapan berlagak jadi orang tak berdaya gini?"

Dengan entengnya Fania bahkan menabok keras kaki Zuhroh yang tentu membuat gadis itu menjerit. Yang bahkan dibalas Fania dengan mata memutar. Dia hafal persis kelakuan sahabatnya ini.

"Sok-sokan sakit lo ya. Nggak inget tadi malem kita dangdutan, lo goyang ngebor, hah?!" pekik Fania dengan mata berapi-api. "Hilih! Depan Hamdan kayak orang sekarat. Depan gue cacingan!"

Zuhroh melotot ke arah Fania, takjub dia karena ucapan Fania tak ada yang meleset. Ngomong-ngomong karena terus istirahat dikamar sendirian, zuhroh jadi lebih cepat bosan. Hamdan meminjamkan mereka radio dengan memory card yang isinya dangdut semua. Kebanyakan Rhoma Irama dan Koplo.

"Kapan lagi kan gue merasakan surga ditengah-tengah neraka?" ucap Zuhroh membalas Fania. "Habis ini pasti gue dicecer lagi sama mereka, fan!"

Fania mengerucutkan bibirnya. "Gue kan bosen, oneng! Nggak ada yang bisa gue ajak sesat." keluhnya. "Fahmi gue ajak kawin lari nggak mau."

"Si bege!" Zuhroh menoyor Fania. "Ajakan nikah lo sama aja ajakan mati buat dia, dugong!"

Fania makin cemberut, dia kemudian turut merebahkan tubuhnya. "Cepet sembuh deh lo, paus! Gue kangen jadi bandel."

Tawa Zuhroh menggelar. "Tenang, fan. Nanti gue come back dengan sesuatu yang waw! Gue bikin Hamdan sama Rega jantungan ditempat."

Kepala Fania mendadak miring, dia memperhatikan gerak-gerik Zuhroh dan menelisik matanya. Senyum Fania hilang. "Lo sakit hati banget ya sama Mayor Rega?"

Di bawah Pintu Pengabdian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang