Tinggalkan tulisan ini jika mengganggu ibadah kalian
Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya, semoga Allah senantiasa menyehatkan kita :)
Asupan untuk kalian, biar kuat puasanya, biar nggak bosan nunggu magrib Wkwkw
***
Hamdan meringis-ringis mengusap lengannya yang kini terasa ngilu, ia melirik dua gadis yang duduk di belakang dengan muka masam, lalu mengetatkan rahang.
Di sampingnya, Rega tengah terpejam menahan dongkol. Baju depannya sobek, di bagian kerah tengah hingga dua kancing ke bawah akibat ulah gadis yang lebih mirip kucing garong.
Kala Rega turut melirik, keduanya kompak membuang muka ke jendela masing-masing sisi. Dengan tangan dilipat, wajah angkuh tanpa rasa sesal, dengus mereka menguar.
Ini semua terjadi setelah gadis itu menolak kembali ke Markas. Alih-alih keduanya malah tiba-tiba berteriak yang tidak-tidak.
"Cilok! Cilok! Tolong ada cilok!" Fania menjerit gila-gilaan sebelum jidatnya kena pukul Zuhroh.
"Culik, goblok! CULIK! Ngapa jadi cilok?! Tukangnya nengok noh!"
Fania nyengir, lalu melambai. "Salah, bang! Maaf, maaf. Kapan-kapan aja ya!"
Begitu katanya yang sempat buat heboh sekitar. Tak mau kena masalah, buru-buru Hamdan dan Rega menyeret kedua macan betina itu masuk mobil—dengan sedikit paksaan dan pergulatan tentu saja.
Fania hampir melejit dari pegangan Hamdan usai menggigit lengan cowok berotot tersebut. Sementara Zuhroh hampir lolos setelah meremas kuat bahu Rega lalu mencakarnya. Ketika Rega bergeming, Zuhroh merampas bajunya dan tersobek tidak sengaja. Tapi karena itulah, Rega jadi hilang waspada.
Mode reog keduanya sukses bikin repot. Belum aja mode jenglotnya keluar, pasti nyusahin abis!
"Nggak usah ditendang-tendang mobilnya. Tendanganmu bahkan nggak berpengaruh!" dumel Rega mendengar gedebak-gedebuk di belakangnya.
Hamdan mendesah pasrah, menoleh malas lalu berujar. "Kalem sehari nggak bisa ya?"
"Ngomong nih sama setan gue!" balas Fania, menunjuk belakang asal. "Dia ogah berdiam diri bahkan semenit."
Menyender lelah, lamat-lamat deru nafas memburu Hamdan. Mengepal tangan, Hamdan menahan jeritannya sekuat tenaga. Rasanya dia sudah tak tahan dengan tingkah laku dua gadis ini.
"Ga, mau lompat dari mobil nggak sih?" tanyanya, stress tak tertolong.
Dengar saja. Kedua gadis itu kini menendang kursi di depannya sambil ngereog alias teriak-teriak minta diturunin.
Rega yang tengah mengemudi jelas tersulut emosi. Diliriknya lewat spion dalam, Zuhroh yang memang tepat di belakangnya asik bertingkah. Kala kedua gadis itu masih tak kunjung berhenti, Rega menginjak rem kuat-kuat. Al hasil, dua gadis itu tersungkur menabrak badan kursi.
"Adaw!" desis Zuhroh, mengusap keningnya. "Supir laknat! Bisa bawa mobil nggak sih?!"
Fania tak kalah mengerang. "Jidat aduhai gue! Makin jenong aja nih gueee!" jeritnya tak terima.
Rega melompat ke belakang, tatap tajamnya menghunus seperti pedang berkilat. Rahangnya mengeras dan itu disadari Zuhroh serta Fania. "Diam!"
Fania meneguk ludah, Zuhroh terpaku sesaat.
"Duduk yang tenang. Mau kalian jerit sekuat apapun, teriak sejadi-jadinya atau nangis nggak berhenti-henti aku nggak akan biarin kalian lepas. Kalian coba saja, aku bakal menyeret kalian balik apapun yang terjadi!" kata Rega, bengis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di bawah Pintu Pengabdian
EspiritualFania membenci Ayah nya karena tidak pernah ada untuknya, tetapi selalu berdiri paling depan untuk merah putih. Sedangkan Zuhroh tidak bersahabat dengan pekerjaan Papanya yang merupakan abdi negara, Zuhroh terlukai karena dari situ lah awal mula kes...