Darah boong-boongan, Cek!
Luka-luka tipuan, Cek!
Akting kesakitan? Cek--kidot!
"Zuhroh, coba Lo akting sekarat."Titah Fania dengan kaca matanya, ia menyuruh Zuhroh rebahan di kamar."Nah, coba dah kejang-kejang. Gue mau nilai kehebatan Lo dalam berakting."
Zuhroh lalu mendelik, matanya melotot ke atas sampai hanya keliatan putih nya aja."Eh Fan, Gue nyelet gak?"
"Iya lah! Orang kejang kan biasanya lidahnya itu menjulur keluar, gimana si?"
"Oke-oke."
Zuhroh mengeluarkan lidahnya, lalu tubuhnya mulai gemetaran hebat. Di goyang-goyangin secara paksa, bukan nya terlihat mirip orang kejang Zuhroh malah kayak kesetrum listrik!
"Auzubillah himinas syaiton ni'rajim, bismillahirrahmanirrahim."Fania mengangkat tangan, memegang kepala Zuhroh sambil memejam.
Mendadak Zuhroh berhenti, menepuk tangan Fania keras."Cabe mercon! Lo kira Gue kerasukan apa?"
Fania nyengir, abis mirip si? Kali aja kan ada hantu yang tertarik liat Zuhroh kayak orang kesambet gitu."Maaf-maaf, ayo kita ulang!"
Zuhroh melakukan perintah Fania, lama ia kejang Fania malah terisak pura-pura. Kening Zuhroh berkerut, perasaan dalam rencana gak begitu."Yassin, Wal Qur'an Nil Hakim, inna--"
"Peak Lo, Maemun! Gue gak lagi meninggal, Suep!"Potong Zuhroh gregetan.
Terbahak Fania melepaskan kacamatanya."Udah keren akting Lo, Zuro. Bener dah! Gue yakin kedua tentara itu bakal panik dan langsung ngacir nganter kita ke rumah sakit. Terus tengah jalan kita lompat dan kabur, yehhhhhhh!"
Bukan hanya Fania yang memekik girang, tapi bodohnya Zuhroh juga. Mereka sama-sama pelukan dan lompat-lompat semangat."Sekarang Gue cari target, oke! Lo siap-siap di sini."Kali ini, Zuhroh mengangguk patuh.
Fania ngider mencari Hamdan dan Rega, mulutnya tertarik gravitasi melihat Hamdan sedang push up tanpa baju dengan Rega yang menghitung nya untuk mengajar kan para prajurit."Itu otot di perutnya di perjual belikan gak yah? Astaga, naga! Khilaf nih Gue."Gumam Fania, lalu tersentak saat ingat rencananya."Lah, geblek! Si Zuhroh jangan-jangan dah tewas beneran nih kelamaan kejang?"
Ia berlari, menjerit-jerit di tengah lapangan itu. Wajahnya di buat-buat panik, saking cepatnya Fania tak mampu mengerem langkah. Yang ini gak main-main, memang asli hilang kendali. Ia melotot saat akan menabrak Rega."Awas, Pak! Awas! Mayday! Mayday! Rem bolong! Ralat, Rem blong! Aaaa!"
Rega menangkap tubuh Fania dengan kuat, gerakan spontan yang tepat. Ia bahkan tak sedikit pun bergerak dari posisinya. Kekokohan nya berdiri tegap masih bisa menahan beban Fania."Apa-apaan, Kamu?! Mengontrol gerak kaki sendiri saja tidak mampu! Gimana kalau kamu menuruni gunung, Hah?!"
Fania mengelus dada, ia di dirikan paksa oleh Rega. Kalau cowok lain mungkin akan bilang 'Hati-hati' emang pria ini doang yang kaga punya perasaan."Niat nya tadi Gue mau baper di tangkep cowok ganteng kayak Lo, kayak di film-film gitu. Tar kita tatap-tatapan dan lagu India mulai mengalun. Terus muncul deh rasa-rasa asin, maksud Gue rasa cinta. Lo suka Gue, Gue gak suka Lo. Terus Gue bahagia, Lo merana. Happy Ending, tamat."Oceh Fania."Tapi kenyataan emang selalu menyakitkan, bukan baper Gue malah nyesel di tangkep Lo!"
Hamdan terkekeh geli, bangkit dari posisinya."Sini jatuh depan Saya, di pastikan gak bakal kena tanah. Kamu bakal mendarat sempurna di hati Saya."
Fania mendelik."Idih, kalo sama Lo mungkin Gue gak bakal di lepas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di bawah Pintu Pengabdian
SpiritualFania membenci Ayah nya karena tidak pernah ada untuknya, tetapi selalu berdiri paling depan untuk merah putih. Sedangkan Zuhroh tidak bersahabat dengan pekerjaan Papanya yang merupakan abdi negara, Zuhroh terlukai karena dari situ lah awal mula kes...