Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas gugur nya Brigjen TNI Putu Danny Kabinda ( Kepala BIN daerah) Papua. Hormat kami setinggi-tingginya untuk mu.
Semoga Allah meridhoi mu, perjuangan mu mengangkasa.
Fania tak henti-hentinya memikirkan nasib setelah memandang kiri kanan cuma pepohonan aja. Gak ada tempat spa, mall, salon apalagi warteg! Ayah nya kejam banget ngirim Fania untuk liburan di Markas Tentara."Jangan-jangan Ayah beneran dendam nih sama Gue."Yang benar saja, Fania bosan melihat Kacang ijo sejak kecil. Ia tuh pengen nya ngeliat permen sugus alias Dokter, bukan Pocong ya! Amit amat liat begituan.
"Pak, ini hutan nya lebat banget ya?"Fania bertanya sambil meneguk ludah."Masih gondrong?"
Penjaga menahan tawa, masih gondrong?"Iya, Nona. Kebetulan masih terjaga dan jauh dari pemukiman, jadi cocok untuk tempat latihan."
"Banyak macan, singa, ular, badak, dan saudara-saudara nya yang karnivora dong?"Gumam Fania, melotot."Astaga! Ini si lembah neraka. Bunuh diri masuk ke sana, Ya Allah."
Fania menyeringit kala tiba-tiba ajudan Ayah nya itu menghentikan laju kendaraan."Kok berhenti, Pak?"
"Maaf, Nona. Saya di perintahkan Bapak untuk menurunkan Nona di dekat Markas. Jarak dari tempat tujuan masih lumayan jauh, jadi Nona silahkan berjalan kaki dari sini."
Mulut Fania seperti tertarik gravitasi, Fix ini mah! Dia anak pungut! Jahat amat Ayah nya si? Fania menjerit frustasi. Membujuk ajudan nya dan merengek keras, tetapi kaca mobil yang di ketuk gak sabar membuyarkan tangis Fania.
"Heh, bayi Dugong! Udah jangan banyak ngeluh, Gue tau nasib Lo!"
"Zuhroh!"Pekik Fania tak percaya, ia membuka pintu mobil dan memperhatikan Zuhroh sambil meringis. Tampilan nya tak kalah kusut dari nya, bahkan lebih parah. Tas besar di pundak Zuhroh terlihat seperti menelan gadis itu."Ya ampun, Lo di turunin tengah jalan juga?"
Zuhroh mendengus."Hukuman tambahan karena mencoba kabur tadi malam!"
Fania mendesah lelah, ia bahkan tidak boleh bawa koper. Katanya, terlalu mudah kalau Fania harus mendorong tanpa mengangkat beban. Emang bener-bener titisan dewa kematian Ayah nya tuh!
Akhirnya, mereka berdua berjalan dengan langkah gontai menuju tempat tujuan. Terbersit keinginan untuk turun, dan mencoba kabur. Tapi lagi-lagi, tidak mungkin berhasil.
"Ini hutan pasti masih banyak keturunan Dinosaurus, kayak badak dan abang-abang nya tuh si macam. Kalo salah satu dari mereka demen sama Gue, terus nyulik Gue buat di jadikan santapan lezat gimana Fan? Secara Gue kan cantik jelita ulalah membahana badai halilintar! Dar! Der! Dor! Yang lemah lembut dan suka menolong."Oceh Zuhroh membuat Fania dengan senang hati memutar bola matanya malas.
"Omongan Lo gak membantu, Zuro. Mending kita banyak-banyak doa deh supaya tiba-tiba ada bom jatoh di Markas sana."
Zuhroh yang sama gesrek nya kayak Fania mengangguk semangat."Al-fatihah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di bawah Pintu Pengabdian
SpiritualeFania membenci Ayah nya karena tidak pernah ada untuknya, tetapi selalu berdiri paling depan untuk merah putih. Sedangkan Zuhroh tidak bersahabat dengan pekerjaan Papanya yang merupakan abdi negara, Zuhroh terlukai karena dari situ lah awal mula kes...