"Ini bukan tentang rindu, yang datang secara tiba-tiba dengan sendirinya, namun ini tentang jiwa-jiwa penuh luka, yang kini sudah merasa lelah karena keadaan yang selalu memaksanya untuk tetap tersenyum"
......
"Adel" panggil Camilla yang sedang duduk diayunan dan Adelia yang berdiri dibelakangnya sambil mengayun-ayunkan ayunannya.
"Iya"
"Kamu liat deh anak itu" tunjuk Camilla ke arah anak perempuan yang sedang duduk di bawah pohon sendirian sambil melihat ke arah anak-anak yang lainnya yang asyik bermain.
"Anak perempuan itu?" tanya Adelia memastikan.
"Iya, kok dia sendirian ya, kita samperin yu" ajak Camilla lalu turun dari ayunannya menarik tangan Adelia lalu berjalan menghampiri anak itu.
"Haii" sapa Camilla lalu duduk di sebelah anak perempuan itu diikuti oleh Adelia yang juga ikut duduk.
Sedangkan anak itu hanya menundukan kepalanya.
"Kamu lagi ngapain? Kok duduk sendirian, teman kamu mana?" tanya Adelia
"Emm aku gak punya temen"
"Kamu gak punya temen? Emm gimana kalau kamu jadi teman kita"
"Nah iya bener, kenalin aku Adelia dan ini Camilla, kalau kamu siapa?"
"Aku Dita" balas Dita dengan senyuman lebarnya.
"Kamu cantik kalau senyum hehe" ucap Camilla menatap wajah Dita yang membuat Dita tersenyum malu.
"Gak usah malu gitu, Camilla bener kok kamu cantik kalau senyum" sahut Adelia ikut tersenyum, mereka pun langsung tertawa bersama,padahal entah dimana letak lucunya.
"Kita main bareng yu" ajak Camilla yang langsung berdiri lalu memegang tangan Adelia dan Dita, lalu mereka bermain bersama.
"Adelia" Teriak sang papah yang langsung menarik tangan Adelia dengan kencang."Aww sakit pah" ringis Adelia menundukan kepalanya.
Sedangkan Camilla dan Dita hanya menatap papah Adelia dengan wajah tidak percayanya.
"Om" ucap Camilla pelan ketika tangannya terlepas dari genggaman Adelia.
"DASAR ANAK NAKAL, SUDAH DIBILANGIN JANGAN PERGI MASIH TETEP AJA PERGI"
"Maaf pah"
"Kenapa sih saya harus punya anak seperti kamu? Gak berguna tau gak?"
"Pah"
"Apa? Apa hah? Bener kan? Kamu itu gak BERGUNA!" tekan sang papah yang membuat Adelia menatap wajah sang papah dengan wajah tak percayanya.Air matanya mengalir begitu saja setelah mendengar perkataan sang papah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeritan Luka
General Fiction" Bunda" "Iya sayang" "Apakah aku boleh berharap" "Tentu saja boleh, memangnya putri bunda ingin berharap apa hemm?" "Bisa hidup lebih lama lagi bersama bunda, ayah dan kak Dio" balas sang anak dengan senyuman manisnya seakan-akan ia percaya akan a...