"Maaf, karena aku datang hanya sebentar, tapi
akan aku usahakan, suatu saat nanti aku akan kembali, walaupun aku juga tak tahu kapan?".....
"Camilla udah siap kan?" tanya sang bunda yang melihat Camilla baru saja keluar dari kamarnya dengan tas kecilnya yang ia gendong.
Tanpa menjawab pertanyaan sang bunda, Camilla pun langsung berjalan keluar menghampiri sang ayah yang sedang memasukan koper ke dalam bagasi mobil.
"Camilla udah siap?" tanya sang ayah yang melihat Camilla berdiri di dekat mobil.
Sedangkan lagi dan lagi Camilla hanya menghiraukannya."Camilla" Teriak Adelia dan Dita tersenyum lebar menghampiri Camilla.
"Adel, Dita" balas Camilla lalu tersenyum lebar ke arah kedua temannya itu.
"Camilla udah mau pergi ya?" tanya Adelia dengan raut wajah sedihnya. Camilla pun hanya menganggukan kepalanya dan wajahnya kembali menampilkan raut sedihnya.
"Camilla, ini buat kamu" tiba-tiba Dita menyodorkan sebuah kado berukuran sedang ke arah Camilla, dengan senang hati Camilla pun menerimanya.
"Ini apa?"
"Hadiah buat kamu"
"Itu kita sendiri loh yang buat"
"Wahh hebat, makasih ya, tapi ini isinya apa?"
"Rahasia hehe"
"Bukanya nanti aja kalau kamu udah sampai di rumah baru kamu ya"
"Ok, ohh iya aku juga punya sesuatu buat kalian" ucap Camilla lalu membuka tasnya dan mengambil sesuatu. "Ini buat kalian" lanjutnya lalu menyodorkan 2 buah gelang couple berwarna hitam dengan bergantelan bunga matahari.
"Wahh ini bagus banget, aku suka""Iya, aku juga ini udah pakai,kalian pakai juga ya biar sama"
"Iya, makasih Camilla" balas mereka lalu langsung memakai gelang itu.
"Camilla, udah siap kan? Kita berangkat sekarang ya" tiba-tiba sang bunda menghampirinya dan langsung membuat Camilla menundukan kepalanya.
"Camilla" tiba-tiba Adelia memeluk tubuh temannya itu dengan erat, begitu juga Dita langsung ikut memeluknya. Mereka pun saling memeluk satu sama lain membuat Camilla tak bisa menahan tangisnya lagi.
"Gak papa Camilla, kita akan nungguin kamu kok"
"Camilla jaga kesehatan ya disana, jangan sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeritan Luka
General Fiction" Bunda" "Iya sayang" "Apakah aku boleh berharap" "Tentu saja boleh, memangnya putri bunda ingin berharap apa hemm?" "Bisa hidup lebih lama lagi bersama bunda, ayah dan kak Dio" balas sang anak dengan senyuman manisnya seakan-akan ia percaya akan a...