"Adel" panggil Dita pelan merasa khawatir dengan keadaan Adelia, yang kini hanya berjalan dengan tatapan kosongnya.Setelah kepergian Camilla, Dita pun langsung mengajak Adelia untuk pulang dan seperti biasa mereka akan berjalan kaki karena jarak sekolah dengan rumah mereka juga tidak terlalu jauh.
"Adel, Kamu baik-baik aja kan?" tanya Dita lagi namun masih dihiraukan oleh Adelia, yang kini malah menundukan wajahnya menatap jalanan.
"Aku ngerti perasaan kamu, tapi mungkin kita bisa coba lagi dilain waktu" Lanjut Dita yang langsung mendapat tatapan dari Adelia yang kini sudah menghentikan langkahnya.
"Dit, aku emang sempet berpikir kayak gitu, tapi aku berubah pikiran"
"Lupakan soal Camilla, mungkin dia Camilla yang berbeda dengan Camilla kita, atau mungkin--"
"Dia emang bukan Camilla" tegas Adelia lalu berlalu meninggalkan Dita yang masih berdiri ditempatnya.
....
"Dek" Panggil Dio yang melihat Camilla berjalan kearahnya yang kini sudah menunggu Camilla diparkiran.
Sedangkan Camilla hanya menghiraukannya dan malah berjalan melewatinya, menghampiri seorang lelaki yang sekarang tersenyum kearahnya.
"Sorry, nunggu lama ya, tadi ada urusan sebentar" ucap Camilla,lalu menerima helm yang diberikan oleh lelaki itu--Darren.
"Engga kok, santai aja" balas Darren, yang sudah terlebih dahulu keluar dari kelas bersama Rafael dan menunggu Camilla diparkiran.
"Camilla" panggil Dio menghampiri Camilla dan Darren yang kini menatapnya bingung.
"Maaf siapa ya?" tanya Darren yang memang merasa asing dengan lelaki yang kini berdiri di depan mereka.
"Sorry gue gak ada urusan sama lo, dek ayo pulang sama kakak" ajak Dio lalu memegang tangan Camilla.
"Sorry siapa ya?" tanya Camilla dengan wajah tak sukanya, lalu melepaskan tangan Dio yang menggenggam tangannya.
"Dek"
"Ren, Kita berangkat sekarang aja" ucap Camilla
"Tapi dia?"
"Gue gak kenal sama dia" balas Camilla lalu menarik Darren untuk segera menaiki motornya.
"Camilla" Panggil Dio yang terus berusaha membujuk Camilla.
"Maaf, kita duluan" pamit Darren yang kini sudah menghidupkan mesin motornya dan Camilla yang sudah duduk di jok belakangnya, memalingkan wajahnya dari pandangan Dio.
"Camilla, kakak minta maaf, kakak mohon, Camilla" teriak Dio namun Camilla dan Darren sudah pergi dari hadapannya.
"Arrhhggg" teriaknya kesal karena Camilla pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun kepadanya.
...
"Mill?" Panggil Darren yang masih fokus menjalankan motornya.
"Hemm"
"Kamu kenal dia?" pertanyaan dari Darren terlontar begitu saja, sebenarnya dia merasa tidak enak menanyakannya, namun dia terlanjur penasaran siapa lelaki itu. Benar, ini pertama kalinya Darren melihat sisi Camilla yang bisa bersikap seperti itu bahkan mengacuhkan seseorang, sejauh ini yang Darren tahu, Camilla itu salah satu perempuan yang memiliki sikap ramah dan menghargai seseorang.
Bahkan lelaki tadi terlihat seperti kakak tingkat keduanya.
"Aku gak tahu" balas Camilla pelan.
"Tapi tadi dia panggil kamu dek"
"Mungkin dia kakak kelas kita" balas Camilla cepat.
"Mill, aku gak tahu dia siapa, tapi kalau ada apa-apa kamu bilang aja sama aku" ucap Darren yang membuat Camilla terdiam kembali.
"Dia Kakak aku, puas!" tegas Camilla, lalu mengadahkan wajahnya menatap langit yang kini sepertinya terlihat mendung, mungkin hujan sebentar lagi akan turun.
"Maaf" balas Darren merasa bersalah sekaligus merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal itu. Jujur, setelah menjadi teman sekolah SMP bahkan sekarang sekelas dengan Camilla, membuat Darren mengetahui bahwa Camilla mempunyai seorang Kakak laki-laki.
Itu juga Darren dengar sendiri cerita dari sepupunya, Della Pramarsya. Sahabat Camilla sekaligus sepupunya Darren.
"Udah nyampe, makasih udah anterin pulang" ucap Camilla menuruni motor Darren, dan melepaskan helmnya, memberikannya kembali kepada Darren,dengan senyuman manisnya yang membuat Darren merasa tidak enak.
"Bentar lagi mau hujan, langsung pulang jangan keluyuran" lanjut Camilla.
"Mill"
"Gue perduli sama lo, karena lo dan Dela itu sama, sama-sama sahabat gue"
"Maaf juga karena udah buat lo, harus ikut campur sama kehidupan gue"
"Gue minta maaf kalau udah bikin lo gak nyaman sama sikap gue, dan makasih juga untuk semuanya"
"Gue ngehargain setiap perjuangan lo, tapi maaf gue gak bisa anggap lo lebih dari sekedar sahabat"
"Gue harap lo bisa dapatin perempuan yang lebih baik dari gue, dan gue minta lo lupain kejadian tadi dan masalah keluarga gue"
"Sekali lagi, gue minta maaf dan terimakasih" tegas Camilla tersenyum tulus kepada Darren sebelum dia benar-benar pergi memasuki rumahnya meninggalkan Darren yang mematung dan mencoba mencerna setiap kata yang dilontarkan oleh Camilla sebelumnya.
Sedangkan sosok Dio, yang berdiri tidak jauh dari keduanya, dan mendengar semua perkataan sang adik hanya mampu menundukan kepalanya dan mengepalkan tangannya.
Dia merasa, semua yang terjadi terhadap adiknya adalah kesalahan dia sepenuhnya.
....
Hujan kini turun dengan derasnya, membuat jalanan dan pepohonan yang kering menjadi basah seketika.
Dengan ditemani hujan, kini Camilla hanya duduk di dekat jendelanya. Dengan tangan yang sibuk menuliskan keadaan hatinya saat ini.
Hujan...
Kau kembali datang,
Seperti biasanya.
Dan seperti biasa juga,
Air mataku yang sudah kering
Kembali basah dan mengalir begitu saja
Membasahi kedua pipiku.Hujan..
Kau tahu bukan?
Ini tak sepenuhnya keinginanku
Ini berjalan begitu saja
Bahkan aku juga tidak tahu
Akan berakhir seperti apa?Hujan..
Aku benci semuanya!
Aku benci ayah yang berbohong
Aku benci bunda, yang hanya terdiam
Dan Kak Dio, aku benci karena
Pernah berharap kepadanya!Dan ingatan itu?
Aku tidak tahu maksudnya apa,
Tapi, kenapa aku merasa senang
Sekaligus sedih ketika mengingatnya?-Asmaranti Camilla Adeeva-
Setelah menuliskan perasaannya ke dalam buku, kini Camilla hanya terdiam memandangi hujan di balik kaca jendelanya.
Lagi dan lagi, langit yang lebih tahu tentang keadaan dan suasana hatinya.
Dan hujan.
Yang menemaninya menyembuhkan setiap luka, yang semakin hari makin terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeritan Luka
General Fiction" Bunda" "Iya sayang" "Apakah aku boleh berharap" "Tentu saja boleh, memangnya putri bunda ingin berharap apa hemm?" "Bisa hidup lebih lama lagi bersama bunda, ayah dan kak Dio" balas sang anak dengan senyuman manisnya seakan-akan ia percaya akan a...